Secara teori Ilmiah, Kepemimpinan memiliki gaya tertentu, sebagaimana hal ini menjadi acuan dalam aplikasi leardeship.
Leadership Management style dapat terlihat dari berbagai sudut pandang dan teori kepemimpinan yang menjadi perhatian pengembangkan oleh berbagai ahli dan peneliti.
Berbagai Teori Tentang Gaya Kepemimpinan
Siapa pemimpin yang menjadi Idola anda, jawabannya bisa macam-macam. Bisa jadi menyebut nama Soekarno, Soharto, SBY, Abraham Lincoln, Mahathir Muhammad, Jokowi, hingga Muhammad Jufri (Kepala Sekolah Waktu SMP).
Siapapun nama yang kita sebutkan tersebut, tentunya memiliki kemampuan leadership. Maka mari kita melakukan pencocokan. Gaya mana yang sesuai.
Teori Tentang Model Kepemimpinan
Setiap teori kepemimpinan memiliki pandangan yang berbeda tentang apa yang membuat seorang pemimpin efektif. Berikut beberapa pandangan terkenal tentang management style:
Great Man Theories
Gaya Kepemimpinan Menurut Teori Kepemimpinan Great Man (Teori Tokoh Besar): Teori ini berpendapat bahwa pemimpin lahir, bukan rekayasa. Ini berarti bahwa pemimpin memiliki karakteristik bawaan yang membuat mereka mampu memimpin, dan karakteristik ini tidak dapat kita ajarkan atau kita pelajari.
Dalam teori ini memiliki beberapa pakar yang merancangnya, yakni Thomas Carlyle (1795-1881), Herbert Spencer (1820-1903), Francis Galton (1822-1911). Pada intinya mereka menjelaskan bahwa pemimpin harus memiliki darah keturunan sebagai pemimpin (pahlawan). Selebihnya tidak boleh orang memimpin tanpa aliran darah pemimpin.
Model Kepemimpinan Menurut Teori Trait (Teori Ciri)
Gaya Kepemimpinan Menurut Teori Trait (Teori Ciri): Teori ini juga berkaitan dengan karakteristik bawaan pemimpin. Kemudian, para peneliti mencoba mengidentifikasi ciri-ciri kepribadian tertentu yang membuat seseorang menjadi pemimpin yang efektif. Beberapa ciri yang terkaitkan dengan pemimpin yang sukses termasuk kepercayaan diri, empati, kecerdasan, dan ketegasan.
Mereka yang memiliki kontribusi dalam pengembangan teori ini adalah Ralph Stogdill (1904-1976), Warren Bennis (1925-2014), Kirkpatrick and Locke.
Tidak bermakna kepemimpinan yang monarki, namun lebih kepada ciri yang melekat pada diri seseorang. Yakni pada Prinsipnya memandang bahwa seorang pemimpin lahir atas kejujuran, kebaikan, integritas, kreatifitas dan sebagainya. Jika ciri ini melekat pada diri seseorang maka dia adalah calon pemimpin.
Contingency Theories
Gaya Kepemimpinan Menurut Teori Kontinjensi (Contingency Theories): Teori-teori kontinjensi mengatakan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung pada situasi tertentu. Contohnya, Model Fiedler mengatakan bahwa ada situasi di mana seorang pemimpin tipe tertentu lebih efektif daripada yang lain. Seseorang mungkin menjadi pemimpin yang efektif dalam situasi tertentu tetapi tidak dalam situasi lain.
Adapun pakar lain yang menjelaskan mengenai teori Kontijensi adalah Hersey dan Blanchard, Victor Vroom, Philip Yetton, Robert House.
Behavioral Theories
Gaya Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku (Behavioral Theories): Yakni, teori ini menekankan perilaku pemimpin daripada karakteristik pribadi. Kedua teori utama dalam kategori ini adalah Teori Gaya Kepemimpinan Task-Oriented dan management style Relationship-Oriented. Gaya task-oriented fokus pada tugas dan tujuan, sedangkan gaya relationship-oriented fokus pada hubungan antara pemimpin dan bawahan.
Teori Werner, Fiedler: yang banyak menginspirasi mengenai Teori Prilaku dalam management style ini, dan menginspirasi leader style seseorang.
Situational Leadership Theory
Gaya Kepemimpinan Menurut Teori Situasional (Situational Leadership Theory): Yakni, Teori ini mengatakan bahwa pemimpin harus menyesuaikan gaya mereka dengan situasi dan tingkat kesiapan bawahan. Ada empat jenis kepemimpinan situasional dalam teori ini, yaitu memberi tahu, memerintah, konsultasi, dan memberdayakan. Pakar yang terkenal dengan teori ini adalah Hersey dan Blanchard.
Transformational Leadership
Gaya Kepemimpinan Menurut Teori Transformasional (Transformational Leadership): Teori ini menekankan pemimpin yang mampu memotivasi dan menginspirasi orang untuk mencapai hasil yang lebih tinggi daripada yang kita harapkan.
Pemimpin transformasional seringkali memiliki visi yang kuat dan mampu mengubah organisasi secara positif. Dengan pakar yang mengembangkan teori ini adalah James V. Downton.
Servant Leadership Theories
Gaya Kepemimpinan Menurut Teori Servant (Servant Leadership): Teori ini menempatkan pelayanan kepada orang lain sebagai pusat kepemimpinan. Pemimpin servant mengutamakan kebutuhan bawahannya dan berusaha untuk melayani mereka.
Tentu saja, pandangan tentang management style dapat bervariasi tergantung pada teori dan pendekatan yang kita gunakan. Beberapa pemimpin mungkin memadukan berbagai aspek dari management style ini tergantung pada situasi dan lingkungan di mana mereka bekerja.
Bentuk Gaya Memimpin
Gaya kepemimpinan mengacu pada cara seorang pemimpin memandu, mengarahkan, dan memotivasi anggota tim atau organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Ada berbagai management style yang telah teridentifikasi dan kita pelajari oleh para peneliti dan praktisi manajemen. Berikut beberapa gaya kepemimpinan yang umum:
Autocratic Leadership
Kepemimpinan Otoriter (Autocratic Leadership): Dalam gaya ini, pemimpin memiliki kendali penuh atas pengambilan keputusan dan memberikan arahan yang jelas kepada bawahan tanpa banyak partisipasi dari mereka. Keputusan dibuat secara sentral oleh pemimpin, dan anggota tim diharapkan untuk mengikuti perintah dengan tulus.
Prinsip gaya ini adalah “laksanakan” “siap, perintah”. Bawahan tidak boleh banyak komplain, tetapi runut dalam menjalankan seluruh instruksi.
Democratic Leadership
Kepemimpinan Demokratis (Democratic Leadership): Dalam gaya ini, pemimpin memfasilitasi partisipasi aktif dari anggota tim dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan dibuat secara bersama-sama, dan pemimpin berfungsi sebagai fasilitator dan penasehat. Kepemimpinan demokratis mendorong kreativitas dan keterlibatan anggota tim. Berbeda dengan gaya otoriter, model ini lebih mengedepankan ide dan saran dari bawahan.
Apapun pendapat secara umum daripada semua bawahan maka hal itulah yang menjadi keputusan kelompok tersebut. Sehingga segala bentuk keputusannya bergantung secara mayoritas. Secara sepintas ini menarik dan bagus dalam hal penerapan. Namun kelemahannya adalah lambat dalam pengambilan keputusan.
Transactional Leadership
Kepemimpinan Transaksional (Transactional Leadership): Gaya ini melibatkan hubungan yang berfokus pada pertukaran antara pemimpin dan anggota tim. Pemimpin mengatur harapan dan menghargai kinerja yang memenuhi harapan. Di sisi lain, pelanggaran aturan atau tidak memenuhi harapan dapat menghasilkan sanksi. Dan biasanya atasan menentukan tarif transaksi tertentu atau kompensasi atas pelanggaran.
Dalam kondisi pemimpin yang demikian, maka biasanya mereka akan melihat kinerja berdasarkan transaksi dan keuntungan yang masuk dalam perusahaan atau lembaga.
Transformational Leadership
Kepemimpinan Transformasional (Transformational Leadership): Pemimpin transformasional menginspirasi dan memotivasi anggota tim untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dan memotivasi mereka untuk melampaui diri mereka sendiri. Mereka fokus pada pengembangan individu, membangun visi bersama, dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan inovasi. Gaya kepemimpinan transformasional lebih mengedepankan regerasi kepemimpinan dan kemandirian daripada bawahannya.
Dalam hal pengembangannya, metode kepemimpinan seperti ini akan selalu memandang bahwa pergantian secara periodik merupakan kebutuhan institusi secata konstitusional,
Servant Leadership
Kepemimpinan Servant (Servant Leadership): style ini berpusat pada ide bahwa pemimpin sejati adalah pelayan pertama. Mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhan anggota tim dan organisasi sebelum memenuhi kebutuhan pribadi mereka sendiri. Pemimpin servant fokus pada mendukung pertumbuhan dan kesejahteraan bawahannya.
Dalam hal melayani, maka pemimpin tipe ini lebih pada upaya melayani seluruh kebutuhan anggota untuk mencapai kesejahteraannya.
Situational Leadership
Kepemimpinan Situasional (Situational Leadership): Pemimpin situasional menyesuaikan style kepemimpinan mereka sesuai dengan situasi dan kebutuhan tim. Mereka mungkin menggunakan pendekatan yang berbeda tergantung pada tingkat kemampuan dan kesiapan anggota tim.
Lebih adaptable, friendly, pada kondisi yang berbeda, kreatif dalam mengambil keputusan, hanya saja kelemahan model ini adalah pemimpin bisa mengambil keputusan tidak sesuai dengan kesepakatan. Sebab ada pertimbangan lokal yang situasional.
Kelebihannya adalah cepat dalam pengambilan keputusan, meski membutuhkan koreksi.
Laissez-Faire Leadership
Kepemimpinan Laissez-Faire (Laissez-Faire Leadership): Dalam gaya ini, pemimpin memberikan otonomi penuh kepada anggota tim untuk mengambil keputusan dan mengelola diri mereka sendiri. Pemimpin lebih berperan sebagai sumber daya dan mendukung daripada pengambil keputusan utama.
Pemimpin yang efektif seringkali memiliki fleksibilitas dalam menggunakan berbagai management style tergantung pada situasi dan kebutuhan lembaga. Mereka mampu mengadaptasi diri dan memilih gaya yang paling sesuai untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan yang efektif juga memerlukan kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi dengan anggota tim, memotivasi mereka, dan menciptakan lingkungan kerja yang positif.
Rekomendasi Pakar Manajemen
Beberapa nama ahli manajemen terkemuka yang mungkin Anda kenal atau ingin Anda teliti lebih lanjut. Harap dicatat bahwa ini hanya beberapa contoh, dan dunia manajemen ilmiah memiliki ribuan ahli yang berkontribusi dalam berbagai bidang. Berikut beberapa nama terkemuka dalam bidang manajemen:
- Peter Drucker – Salah satu tokoh terkemuka dalam manajemen modern, penulis buku “The Practice of Management” dan “Innovation and Entrepreneurship.”
- Henry Mintzberg – Dikenal dengan karyanya dalam bidang teori manajemen, terutama tentang pengelolaan dan peran manajer.
- Philip Kotler – Ahli pemasaran yang terkenal dan penulis buku “Marketing Management,” yang banyak digunakan dalam pendidikan pemasaran.
- Michael Porter – Terkenal dengan teori “Five Forces” dalam analisis industri dan kontribusinya terhadap strategi bisnis.
- W. Edwards Deming – Ahli statistik dan manajemen yang dikenal dengan kontribusinya dalam pengembangan konsep Total Quality Management (TQM).
- Mary Parker Follett – Dianggap sebagai salah satu pendiri manajemen ilmiah dan konsepnya tentang manajemen partisipatif dan kerjasama.
- Adam Smith – Meskipun dikenal sebagai seorang ekonom, karyanya dalam “The Wealth of Nations” memiliki implikasi dalam manajemen ekonomi dan sumber daya manusia.
- Frederick Taylor – Dikenal dengan pendekatannya dalam manajemen ilmiah, terutama dalam pengembangan metode kerja efisien.
- Elton Mayo – Kontribusinya terhadap teori hubungan manusia dalam manajemen memiliki dampak besar pada praktik manajemen sumber daya manusia.
- Rosabeth Moss Kanter – Seorang ahli manajemen terkemuka yang fokus pada inovasi, kepemimpinan, dan keberlanjutan.
- Robert K. Greenleaf: Pengembang konsep Kepemimpinan Hamba.
- Henry Mintzberg: Kritik terhadap metode Taylor dalam manajemen.
- Henri Fayol: Ahli teori Prancis yang menekan struktur organisasi dalam manajemen.
- Dr. H. Malayu S.P Hasibuan: Menurutnya, manajemen adalah seni atau ilmu untuk mengatur dan memproses sumber daya yang ada.
- Andrew F. Sikula: Pendapatnya tentang manajemen tidak dijelaskan secara rinci dalam sumber yang saya temukan.
- Prof. Oei Liang Lee: Menurutnya, manajemen merupakan ilmu serta seni untuk mengkoordinasikan tenaga manusia dan mengawasinya menggunakan bantuan alat.
- Larry C. Spears: Mengidentifikasi karakteristik Servant Leadership.
- Bernard M. Bass: Mengembangkan dan memperluas Teori Kepemimpinan Transformasional.
Demikian materi mengenai teori dan pakar yang memberikan penjelasan mengenai gaya leadership.