Sejarah kebaya di Indonesia menarik di ulik. Siapa sangka ternyata masih ada yang belum terungkap. Apa itu, bagaimana kehadirannya menjadi simbol nasionalisme dan pemersatu bangsa. Serta kearifan lokalnya yang membuat semakin cinta tanah air. Temukan jawabannya sekarang juga. Retno Widianti – Trias Politika
Penemu Kebaya Pertama
Sejarah mencatat kebaya di Indonesia telah ada sejak lama di wilayah Nusantara. Khususnya di Jawa, Bali, dan Sumatera. Kebaya telah menjadi bagian integral dari budaya tanah air. Namun ada berbagai hal yang mempengaruhi persebaran dan makna penggunaannya.
Ada teori yang menyebutkan bahwa kebaya mungkin sudah muncul sejak zaman kerajaan Majapahit di Jawa. Sekitar abad ke-13 hingga 16. Salah satu nama yang sering terkait dengan penemu atau pengguna pertama kebaya yakni Ratu Kencana Wungu.
Sayangnya tidak ada bukti konkret dalam sejarah kebaya di Indonesia yang membuktikannya. Tapi, legenda menggambarkan Ratu Kencana Wungu sebagai figur yang elegan dan berpakaian indah. Salah satunya barangkali mencakup penggunaan kebaya.
Selain dari budaya asli tanah air, budaya Tiongkok memiliki keterkaitan serupa. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa penggunaan kebaya menurut sejarah di Indonesia dapat kita telusuri. Terutama ke masa pengaruh Tiongkok.
Selama abad ke-15 hingga abad ke-16, perdagangan antara Tiongkok dan Nusantara berkembang pesat. Hal ini membawa pengaruh bidaya termasuk mode pakaian. Ini memberikan fondasi bagi penggunaan kebaya di suatu wilayah.
Selanjutnya pada zaman Kolonial Belanda, sejarah mencatut kebaya di Indonesia mengalami transformasi. Itu menjadi pakaian resmi untuk wanita pribumi yang bekerja di rumah-rumah Belanda. Oleh karena itu, terjadi percampuran budaya antara gaya Eropa dan lokal dalam penggunannya.
Namun demikian, penting untuk kita catat bahwa kebaya tidak hanya sekadar pakaian. Tapi juga menjadi simbol identitas budaya dan perempuan Indonesia sejak masa lampau. Seiring waktu, kebaya telah mengalami perkembangan kompleks, semakin variatif, dan mencerminkan ragam pesona ibu pertiwi.
Sebagai contoh, pandangan dari R.A. Kartini. Seorang tokoh emansipasi wanita Indonesia yang terkenal. Dalam surat-suratnya, Kartini sering membicarakan penggunaan kebaya di kalangan perempuan Jawa pada masanya.
Organisatoris lain baca ini: Peran Guru Saat Harus Berpisah dengan Kepala Sekolah
Menurut Kartini, kebaya adalah simbol dari penindasan perempuan Jawa pada masa kolonial Belanda. Dalam surat-suratnya, Kartini mengungkapkan bagaimana kebaya memberikan keterbatasan terhadap seorang wanita.
Bahwa kebaya yang ketat dan panjang yang dipakai oleh perempuan Jawa pada zamannya tidak hanya menghambat gerak mereka. Tetapi juga mencerminkan ketergantungan dan keterbelakangan mereka dalam masyarakat.
Kartini menulis tentang aspirasi untuk perubahan dalam surat-suratnya, menentang norma-norma sosial yang membatasi kebebasan dan kesempatan perempuan.
Meskipun Kartini mungkin menghormati kebaya sebagai bagian dari tradisi Jawa, pandangannya tentang kebaya tempo dulu lebih terkait dengan kritik sosial dan budaya terhadap peran perempuan dalam masyarakat kolonial pada masanya.
Namun, keterbatasan itu dapat terkikis seiring waktu berjalan. Serta dengan berbagai cara kreatif untuk membuat seorang perempuan semakin nyaman menggunakan kebaya. Justru dapat mewakili apa yang ingin disuarakan dengan bahan, motif, dan coraknya.
Kearifan Lokal Baju Kebaya Indonesia
Selanjutnya, kebaya menjadi salah satu simbol budaya Indonesia yang kaya. Termasuk hal kearifan lokal, mencakup beragam aspek. Mulai dari teknik pembuatan, bahannya, motif, hingga peran sosial budaya yang terkait.
Kearifan lokal dalam sejarah kebaya di Indonesia terlihat dari teknik pembuatannya. Di berbagai daerah di negeri ini, ada macam-macam teknik tradisional. Misalnya, kebaya Jawa sering kali menggunakan teknik bordir tangan yang rumit.
Hal tersebut membutuhkan keahlian dan ketelatenan tinggi dari pengrajinnya. Berbeda lagi dengan kebaya Bali. Ia seringkali menggunakan teknik songket atau tenun ikat. Tujuannya agar menciptakan motif yang khasi dan memukau.
Teknik-teknik itu tidak hanya menjadi bagian dari proses pembuatan pakaian. Tapi juga menjadi warisan budaya turun temurun dari generasi ke generasi. Sebagaiman tercermin dalam hal pemilihan bahan kebaya di Indonesia yang banyak jenisnya berdasarkan sejarah.
Terdapat bahan-bahan alami seperti kain batik, songket, sutra, dan kain tenun tradisional. Mereka adalah bahan yang sering pengrajin gunakan untuk membuat kebaya. Penggunaannya tidak hanya memberikan keindahan estetika, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai lokal serta keberlanjutan lingkungan.
Karena bahan-bahan alami tersebut merupakan hasil produksi tradisional yang memanfaatkan sumber daya lokal. Lebih detail lagi, pada setiap bahan dan cara membuatnya maka menjadikan kebaya memiliki motif atau corak khas.
Organisatoris lain baca ini: Belajar Lebih Dalam Hukum Soal Pajak Perdata dan Pidana
Setiap kebaya bercerita dengan motif dan coraknya. Pengrajin sering kali sengaja menggambarkan cerita-cerita lokal, mitologi, atau simbol-simbol budaya. Misalnya kebaya dengan motif parang rusak merupakan ciri khas dari kebaya Jawa.
Maknanya filosofis, mencakup kekuatan dan keberanian. Lain lagi dengan motif flora dan fauna yang sering tergurat pada kebaya dari daerah-daerah tertentu. Mencerminkan keanekaragaman alam di Indonesia.
Tidak hanya sebagai pakaian tradisional, kebaya juga memiliki peran sosial dan budaya yang penting dalam masyarakat Indonesia. Kebaya sering menjadi pilihan kostum dalam acara adat, upacara pernikahan, dan acara resmi lainnya. Menyimbolkan keanggunan dan kemuliaan.
Penggunaan kebaya ternyata juga dapat menjadi cara bagi individu untuk mengekspresikan identitasnya. Bayangan rasa bangga atas siapa dirinya dan kebanggaan akan warisan lokal. Intinya, kearifan lokal dalam kebaya Indonesia mencerminkan kedalaman budaya dan keberagaman.
Kebaya dan Kaitannya dengan Nasionalisme
Berikutnya, mari mengupas bagaimana kebaya memiliki keterkaitan dengan nasionalisme. Kebaya telah menjadi simbolnya karena beberapa alasan kuat. Serta tercermin dalam berbagai aspek, baik sejarah, budaya, maupun identitas nasional.
Sejarah kebaya di Indonesia memiliki akar yang mendalam. Sebagai pakaian tradisional yang telah lama hadir di Nusantara, kebaya telah menjadi warisan budaya. Dalam konteks ini, penggunaannya sebagai pakaian resmi di berbagai acara nasional membantu mengukuhkan identitas orang Indonesia.
Selain itu, berbagai institusi dan lembaga pemerintah telah mengadopsi kebaya sebagai seragam resmi. Hal ini menegaskan kedudukan kebaya sebagai simbol nasionalisme. Juga mencerminkan upaya untuk mempromosikan dan melestarikannya di tengah arus globalisasi.
Selanjutnya, kebaya memiliki nilai-nilai yang dianggap mewakili karakter dan moralitas bangsa. Penggunaan kebaya merupakan manifestasi dari kesopanan, keanggunan, dan kemuliaan. Dalam konteks ini, penggunaan kebaya menjadi cara untuk memperkuat identitas nasional.
Penulis dan budayawan terkemuka Indonesia, Ayu Utami. Dalam salah satu wawancara, ia menyampaikan pandangannya tentang kebaya sebagai simbol budaya Indonesia. Ia menyatakan bahwa kebaya adalah simbol yang sangat kuat dari keanggunan dan kedamaian.
Menurut Ayu Utami, kebaya adalah bagian yang tak terpisahkan dari identitas bangsa Indonesia. Dalam pandangannya, kebaya tidak hanya pakaian tradisional, tetapi juga merupakan ekspresi dari warisan budaya yang kaya dan peradaban yang telah lama ada.
Ia juga menyoroti pentingnya pelestarian dan pengembangan kebaya sebagai bagian dari upaya menjaga keberagaman budaya Indonesia.
Tentang bagaimana kebaya menjadi terkait dengan nasionalisme telah tercermin dalam bagaimana tokoh dan lembaga secara aktif mendukung penggunaannya. Secara keseluruhan, sejarah kebaya di Indonesia dari waktu ke waktu semakin menguatkan keberadaan kebaya sebagai identitas nasional.
Kebaya sebagai Pemersatu Bangsa
Kebaya, sebagai salah satu pakaian tradisional Indonesia yang kaya akan sejarah dan kebudayaan, memiliki peran yang signifikan dalam mempersatukan bangsa. Hal ini tercermin dalam berbagai aspek, mulai dari simbolisme budaya hingga integrasi sosial dalam masyarakat Indonesia yang beragam.
Pertama-tama, kebaya memiliki makna simbolis yang kuat dalam konteks budaya Indonesia. Sebagai pakaian tradisional yang telah ada sejak lama di Nusantara, kebaya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia.
Meskipun memiliki variasi yang berbeda di setiap daerah, kebaya dipandang sebagai lambang kesatuan dan identitas nasional. Penggunaan kebaya dalam berbagai acara resmi, upacara kenegaraan, dan perhelatan budaya menjadi bukti kuat akan peran kebaya sebagai simbol pemersatu bagi bangsa Indonesia.
Selain itu, kebaya juga berperan dalam menyatukan bangsa melalui integrasi sosial. Sebagaimana dunia mengenal Indonesia dengan keberagaman etnis, suku, agama, dan budaya. Namun, kebaya mampu menghadirkan kesatuan di tengah keberagaman tersebut.
Penggunaan kebaya tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan dipakai oleh berbagai kelompok etnis dan budaya. Meskipun memiliki ciri khas yang berbeda di setiap daerah, kebaya membantu menghubungkan berbagai tradisi lokal dan memperkuat rasa persatuan sebagai bangsa Indonesia.
Saat seseorang mengenakan kebaya, mereka tidak hanya mengenakan pakaian, tetapi juga merayakan warisan budaya yang sama yang dimiliki oleh semua orang Indonesia.
Berikutnya, kebaya juga memainkan peran penting dalam ekspresi identitas nasional. Penggunaan kebaya tidak hanya terbatas pada acara-acara resmi, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Banyak wanita Indonesia memilih untuk mengenakan kebaya dalam kesempatan-kesempatan khusus, seperti acara keluarga, pernikahan, atau bahkan dalam kegiatan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa kebaya bukan hanya simbol identitas nasional.
Organisatoris lain baca ini: Tujuh Ketentuan Supaya Susunan Acara Resmi Tidak Ditolak Dinas
Kesukaan para wanita itu menunjukkan kebaya telah masuk ke dalam kehidupan sehari-hari yang memperkuat rasa persatuan dan cinta terhadap budaya Indonesia.
Sebagai contoh lain, pandangan dari Anne Avantie, seorang desainer kebaya ternama di Indonesia. Dalam berbagai wawancara dan tulisannya, Anne Avantie sering menekankan peran kebaya dalam mempersatukan bangsa Indonesia.
Menurut Anne Avantie, kebaya bukan hanya sekadar pakaian tradisional, tetapi juga merupakan simbol persatuan dan kebanggaan bangsa. Dalam sebuah wawancara, beliau menyatakan bahwa kebaya adalah bahasa universal yang dapat menghubungkan berbagai lapisan masyarakat.
Mulai dari pedesaan hingga perkotaan, dari berbagai suku dan agama. Penggunaan kebaya oleh berbagai kalangan masyarakat Indonesia dalam berbagai acara formal dan non-formal. Menurutnya, itu adalah bukti nyata bahwa kebaya mampu menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang.
Di samping aspek simbolis dan sosial, kebaya juga memiliki andil dalam memperkuat ekonomi lokal. Produksi dan penjualan kebaya memberikan mata pencaharian bagi banyak pengrajin lokal, termasuk penenun, pembatik, dan pengrajin bordir.
Dengan mempromosikan kebaya baik di dalam maupun di luar negeri, Indonesia juga dapat meningkatkan dampak ekonomi dari industri kreatif dan pariwisata yang berkaitan dengan kebaya.
Seterusnya dalam konteks politik, penggunaan kebaya oleh pejabat pemerintah dan tokoh-tokoh publik juga memiliki makna yang mendalam. Kebaya menjadi simbol kesederhanaan, keterbukaan, dan kedekatan dengan rakyat.
Saat seorang pemimpin negara mengenakan kebaya, mereka tidak hanya mewakili diri mereka sendiri, tetapi juga mewakili nilai-nilai dan tradisi yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia. Secara keseluruhan, kebaya memiliki peran yang sangat penting dalam mempersatukan bangsa Indonesia.
Melalui simbolisme budaya, integrasi sosial, ekspresi identitas nasional, dan kontribusi ekonomi, kebaya tidak hanya menjadi pakaian, tetapi juga menjadi lambang persatuan dan kebanggaan bagi seluruh bangsa Indonesia.
Referensi
- Kartini, “Habis Gelap Terbitlah Terang” dan Surat-surat lainnya
- Wawancara dengan Anne Avantie, “Anne Avantie: ‘Kebaya Adalah Bahasa Universal’”, Kompas.com, 8 September 2020.
- Artikel “Kebaya: Cerminan Budaya Indonesia yang Elegan”, CNN Indonesia, 6 Juli 2016.
- Kenapa Kebaya Bukan Hanya Punyanya Indonesia oleh CXO Media tahun 2022