Pertanian Terintegrasi Secara Organik: 3 Pola

Pertanian integrasi
Integrasi pertanian - peternakan (Foto: kampustani.com)

Pertanian terintegrasi, adalah cara bertani secara organik, yang sekarang banyak para petani mulai mencoba untuk tanaman budidayanya. Terdapat 3 pola dalam pembahasan kali ini, berikut penjelasannya. Ayu Maesaroh, organisA51 – organisasi.co.id

Ada banyak yang mengatakan bahwasannya bertani, merupakan kegiatan yang mengasyikan. Tidak sedikit orang yang mengatakan bahwasannya melakukan kegiatan bertani.

Bacaan Lainnya

Membuat mereka sedikit lupa akan berbagai hal yang seketika membuat stress dan mudah emosi, melatih kesabaran, juga mendapatkan suasana yang lebih baru.

Hal tersebutlah yang pada akhirnya, sering menjadi salah satu kegiatan yang bermanfaat, ketika sudah beranjak dewasa, dan berada pada usia lanjut.

Namun, sekarang juga tidak sedikit dari beberapa kaum muda, yang rela mengabdikan dirinya untuk bisa meraih kesuksesannya lewat jalur bertani.

Bertaninya pun tidak kaleng-kaleng. Mereka mempelajari sedemikian rupa, agar bidang pertanian tidak cepat ditinggalkan nantinya di generasi berikutnya, dengan mempelajari berbagai metode yang ada.

Salah satunya adalah konsep dari pertanian organik yang terintegritas. Hal tersebut sebenarnya sudah ada sejak lama. Yang kemudian pada tahun-tahun sekarang, mulai adanya penggalakkan kembali, dengan tujuan menyelamatkan alam, terutama tanah.

Berikut beberapa pembahasannya.


Pengertian Pertanian Terintegrasi

Pengertian pertanian integrasi
Definisi pertanian terintegrasi (Foto: radarsurabaya.jawapos.com)

Yang pertama mengenai pengertian dari pertanian terintegritas sendiri. Beberapa literatur lain mengatakan, bahwa jenis pertanian tersebut adalah bentuk dari sebuah pola.

Dimana pola bertani tersebut, secara bersamaan juga menanam atau membudidayakan beberapa jenis komoditas lain, dalam satu lahan.

Sehingga nantinya ada berbagai permasalahan yang harus terselesaikan secara terpadu, guna menyelamatkan beberapa komoditas-komoditas yang ada pada lahan tersebut.

Contoh konkretnya adalah masalah hama, yang kemudian berevolusi, dengan munculnya beberapa jenis. Dengan tujuan agar hama-hama tersebut dapat mengganggu pertumbuhan serta perkembangan komoditas tersebut.

Adapun beberapa pengertian lain menurut beberapa ahli tentang pola dari pertanian tersebut, antara lain:

Menurut Kathleen

Beliau memaparkan bahwasannya pertanian yang terintegritas, dalam hal ini adalah sistem tanam-ternak, adalah suatu cara untuk bisa meningkatkan alam, kemudian peningkatan hasil pangan yang beragam.

Serta memperbaiki keadaan tanah yang menjadi media tanam terpadu atau terintegritas tersebut. Yang kemudian sistem tersebut mempunyai berbagai manfaat yang bisa di dapat oleh para petani organik.

Preston

Beliau mengemukakan tentang pertanian demikian dengan sistem pertanian terpadu. Beliau memaparkan bahwa sistem tersebut, adalah sistem yang menitikberatkan pada pengelolaan hewan, lalu hasil laut seperti ikan, dan juga tanaman secara optimal.

Guna mendapatkan hasil yang lebih baik, serta dapat membangun pertanian dengan sistem organik berkelanjutan.

Organisatoris lain baca ini: Kompos dan Kandang: 2 Perbedaan Jenis Pupuk Organik

Jika kita simpulkan, maka pertanian dengan sifat yang terintegrasi tersebut, adalah sistem pengelolaan pertanian secara terpadu, yang mengkombinasikan antara pertanian, peternakan, dan sejenisnya dalam satu lahan.

Guna meningkatkan komoditas hasil yang lebih baik, serta memperbaiki keadan daripada tanah yang menjadi media tanam.


Membentuk Pertanian Organik Terintegrasi

Adapun beberapa cara untuk bisa membentuk pertanian dengan sistem demikian. Kita harus mengerti terlebih dahulu, jenis apa saja yang akan kita tanam dan budidayakan secara bersamaan dengan beberapa jenis lainnya.

Juga memperkirakan dari luas media tanam yang ada, serta tempat untuk budidaya jenis lainnya, entah perikanan, ataupun peternakan, dan sejenisnya.

Pun juga dengan beberapa komponen daripada pertanian tersebut, agar nantinya dalam pembuatan sistem pertanian demikian, akan berjalan lancar.

Seperti contohnya saja sistem bertani secara integritas, yang menggunakan pola tumpang sari. Yang mana mula-mula kita persiapkan terlebih dahulu beberapa tanaman yang akan tertanam pada lahan yang sudah siap.

Kemudian melakukan penanaman yang mana waktunya hampir bersamaan. Biasanya penanaman demikian, dilakukan untuk dua jenis tanaman, yang mana sistem ini jarang yang menggunakannya untuk mencampurkan antara tanaman dengan perikanan atau sejenisnya.

Dan dalam membentuk pertanian yang demikian, harus ada komitmen juga dari para petani yang ingin melaksanakan program demikian, dengan menyiapkan beberapa hal yang memang sudah seharusnya ada.

Serta konsistensi dalam perawatan daripada tanaman yang dibudidayakan secara terintegritas. Sehingga tujuan mendapatkan berbagai keuntungan yang sudah terancang, akan terwujud dengan sendirinya.


Komponen Pertanian Organik Terintegrasi

Selaras dengan pembahasan yang sudah ada, beranjak ke komponen daripada pertanian yang demikian. Komponen ini adalah salah satu poin penting dalam menyelenggarakan bertani yang terintegrasi.

Jika tidak, maka tidak akan ada pertanian semacam demikian. Butuh adanya kerjasama antar komponen, yang kemudian membentuk simbiosis mutualisme.

Maka, berikut beberapa pembahasan mengenai komponennya:

Tanaman

Yang pertama adalah tanaman. Komponen tersebut adalah poin yang dapat dimanfaatkan sebagai hal utama yang nantinya akan terlibat dalam sistem tani yang terintegrasi.

Mereka akan diolah sedemikian rupa, beserta dengan beberapa komponen lain agar bisa mendapatkan hasil panen serta tanah yang dapat kembali seperti semula. Mendapatkan unsur hara yang baik, dan sebagainya.

Komponen Lain

Kemudian ada beberapa komponen lain yang nantinya juga berada pada kelompok yang dibudidayakan. Ialah pada aspek peternakan dan perikanan.

Jenisnya bisa bervariasi, tergantung dari apa dan bagaimana keadaan media tanam tersebut. Apakah bisa melakukannya secara bersamaan dengan tanaman yag ada, atau tidak.

Pun tujuannya tetap sama, mendapatkan hasil panen yang lebih optimal, memanfaatkan lahan sebaik mungkin, dan sebagainya.

Manusia

Komponen terakhir adalah manusia. Manusia sebagai aspek pengeksekusi yang paling penting dari lainnya. Mereka bertugas untuk mencari bagaimana yang terbaik untuk menjalankan daripada pertanian dengan sistem terintegrasi.

Kemudian mereka mempunyai kewenangan dalam mengatur, serta mengolah secara berkelanjutan daripada tanaman serta hasil panen nantinya.

Itulah beberapa komponen yang terdapat pada sistem bertani secara terintegrasi.


Bagaimana Cara Mengintegrasi Ikan dan Sayur-sayuran atau Padi?

Integrasi pertanian – ikan (Foto: mongabay.co.id)

Yang kemudian akan ada banyak petanyaan, bagaimana caranya agar kita dapat mengintegrasikan beberapa tanaman, kemudian dicampur dengan jenis atau aspek lainnya?

Perlu diketahui terlebih dahulu, pertanian secara terintegrasi, mereka mempunyai jadwal panen, dan jadwal istirahat untuk tanah.

Yang mana agar nantinya saat akan digunakan lagi, tanah sudah berada pada tahap atau keadaan siap untuk menjadi media tanam.

Pun dengan jeda waktu yang juga jangan terlalu lama. Sebab jika terlalu lama, takutnya unsur hara yang ada akan menipis seiring berjalannya waktu.

Dan tanah akan kembali pada masa tandusnya. Cara mengintegrasi yang paling lumrah untuk pola sayuran dengan ikan ataupun sejenisnya, adalah dengan sistem “mina padi”.

Organisatoris lain baca ini: Bakteri Fotosintetis: Pengertian, 5 Jenis Hingga Manfaat

Mina padi ini adalah cara mengintegrasikan antara padi dengan ikan, yang mana mereka dibudidayakan dalam satu lahan.

Genangan air daripada padi tersebut, menjadi satu peluang bagi manusia untuk membudidayakan ikan secara bersamaan.

Mina padi tersebut, mempunyai beberapa aspek yang penting, dan menjadi rekomendasi kenapa beberapa tani padi harus melakukan demikian.

Yang paling utama adalah potensi daripada hasil yang sangat besar. Hal tersebut sudah banyak dilakukan oleh beberapa negara tetangga seperti Laos dan Filipina, yang dilansir dari mongabay.co.id.

Adapun cara lainnya untuk beberapa aspek lain.


Bentuk Pertanian Integrasi Ayam dengan Ikan

Integrasi ayam – ikan (Foto: troboslivestock.com)

Yang mana selanjutnya adalah melakukan integrasi untuk aspek peternakan seperti Ayam dan Ikan. Keduanya dapat berada dalam satu lahan, dengan menggunakan teknologi bernama “mina ayam”.

Mina ayam ini, adalah jenis teknologi pengintegrasian yang menitikberatkan pada pembuatan kolam ikan, lalu di atasnya dengan bantuan topangan dari kayu ataupun sejenisnya, dibuatlah kandang ayam.

Keuntungan dari teknologi ini, adalah menghemat lahan yang ada, kemudian tidak terlalu mencemarkan lingkungan, akibat kotoran daripada unggas tersebut.

Mengingat nantinya, kotoran dari ayam, akan jatuh dengan sendirinya ke kolam tersebut. Sehingga ikan yang ada di bawahnya, bisa mendapatkan pakan alami.

Yang mana mendukung pertumbuhan ikan agar lebih cepat besar. Pun dengan perawatan daripada ikan serta ayam tersebut, yang juga akan lebih hemat, ketimbang terpisah.


Integrasi Pertanian antara Kambing dengan Sayur-sayuran

Integrasi kambing – pertanian (Foto: tabloidsinartani.com)

Selanjutnya pada pola ternak-pertanian, dengan mengintegrasikan antara kambing dengan beberapa jenis sayuran. Yang mana hal ini sudah di kaji oleh berbagai peneliti, salah satunya adalah Harli.

Beliau mengemukakan pendapatnya mengenai sistem integrasi terpadu untuk pola pertanian – peternakan kambing dan sayuran, dalam jurnalnya.

Bahwasannya ada begitu banyak keuntungan jika menggunakan sistem integrasi terpadu. Yang mana jika disimpulkan, kotoran daripada kambing tersebut, nantinya akan diolah sedemikian rupa, untuk menjadi pupuk organik, yang baik bagi tanaman.

Kemudian beberapa daun yang ada, nantinya akan menjadi pakan alami juga untuk kambing yang diternak dalam satu lahan tersebut.

Begitu efisien dan juga sangat berguna, manakala kita menggunakan sistem pertanian yang terintegrasi. Jadi, tidak ada kata tidak bisa, jika kita belum mencoba, dan membuktikannya.

Penutup

Itulah beberbapa pembahasan daripada pertanian integrasi. Yang dapat kita simpulkan bahwasannya, semua hal dapat terjadi secara bersamaan, begitu juga dengan memanfaatkan satu lahan untuk bisa menanam atau membudidayakan lebih dari satu jenis.

Semua sah-sah saja, dan memang benar adanya. Tergantung dari manusia itu sendiri, bagaimana mereka dapat mengoptimalkan tanaman ataupun peternakan serta perikanan yang mereka budidayakan secara terintegrasi.

Karena keberhasilan daripada sebuah sistem tertentu, ada pada tangan manusia, yang mana mereka mendapat anugerah dari Tuhan untuk memiliki akal, dan mereka manfaatkan akal mereka untuk bisa melakukan berbagai hal.

Serta menciptakan berbagai hal juga secara bersamaan. Kemudian setelah itu mengolah, dan menghasilkan, hingga pada keberlanjutan dari bidang yang mereka geluti tersebut.

Dan hal ini, juga berlaku pada bidang pertanian, dengan cara terintegrasi tersebut. Jadi, tidak ada salahnya jika kita mulai dari sekarang, melestarikan alam dengan cara masing-masing.

Karena kita tidak pernah tahu bagaimana masa depan akan menyambut kita, dan generasi kita yang akan datang tersebut. Semua, masih menjadi rahasia Tuhan.

Dan kita, hanya bisa berusaha agar hal yang buruk tidak terjadi di masa depan.

Sekian ulasan kali ini, semoga menginspirasi.

Daftar Pustaka

  1. Pertanian terintegritas
  2. Pola pertanian integritas
  3. Definisi tumpang sari
  4. Komponen pertanian terintegrasi
  5. Budidaya ikan dan padi
  6. Definisi mina padi
  7. Engkus Ainun Yakin, dkk, “Aplikasi Teknologi Budidaya Mina Ayam di Desa Selorejo Girimarto Wonogiri”, Jurnal Kumawula, vol 3, no 2, 2020, hal. 337.
  8. Harli, “Sistem Intergrasi Tanam-Ternak Kambing untuk Produksi Kakao yang Resilien”, Jurnal Ilmu Pertanian, vol 2, no 1, 2017, Hal. 4
  9. Suwarto, dkk, “Perancangan Model Pertanian Terpadu Tanaman-Ternak dan Tanaman-Ikan di Perkampungan Teknologi Telo, Riau”, Jurnal Agro. Indonesia, vol 43, no 2, 2015, Hal 169
  10. M. Nurcholis dan G. Supangkat, “Pengembangan Integrated Farming System untuk Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian”, Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian, ISBN: 978-602-19247-0-9, Hal. 73

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *