Wanita dan Emansipasi: Pemimpin dan Pandangan Islam

Pengertian emansipasi dan wanita
sumber: lpmpotlottfsmundip.com

Wanita dan Emansipasi adalah dua hal yang akrab dalam kehidupan kita pada era modern seperti sekarang. Bahkan pandangan tersebut juga ada dalam agama, utamanya agama islam. Mari kita bahas! Konsep Organisasi

Wanita seyogyanya menjadi seorang pion, yang dapat menjadi support bagi orang yang mereka cintai. Ada rasa hangat dan keibuan agar nantinya pasangan mendapatkan tempat ternyaman dan memiliki ruang untuk “pulang”.

Bacaan Lainnya

Benar, wanita identik dengan hal demikian. Mereka penuh dengan empati, simpati, dan tergugah hati untuk saling membantu orang lain.

Tidak ada kesan maskulin, bahkan tegas dalam diri mereka. Serta hal tersebut dikaitkan dengan wanita yang tidak lazim menjadi seorang pemimpin, dalam hal ini seperti pada perusahaan, lembaga, dan sebagainya.

Tapi, apakah benar demikian? Bukankah dalam agama apapun tidak ada pelarangan berarti yang kemudian melarang keras seorang wanita menjadi pemimpin?

Padahal jika kita lihat dalam era sekarang, sudah begitu banyak pemimpin wanita yang kemudian menoreh prestasi dalam hal masalah ketegasan, serta menyelesaikan permasalahan.

Mereka berpedoman pada bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik, dapat dipercaya dan dicontoh, sebagai insan yang dapat diandalkan. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa pembahasannya.

Konsep Pemimpin yang Baik

perbedaan emansipasi dan wanita
sumber: buletinkhatulistiwa.com

Wanita dan emansipasi, adalah dua hal yang mempunyai kaitan erat, bahkan tidak sedikit dari kedua topik tersebut dirujukkan kepada satu topik yang paling krusial dalam budaya Indonesia, yang masih dianggap patriakis.

Organisatoris lain baca ini: Olahraga kuda dalam deretan aktris Muslimah

Benar, “pemimpin”. Yang mana mempunyai beberapa kriteria bagaimana pemimpin yang baik, dan sebagainya. Hingga kemudian melahirkan beragam poin yang menjadi konsep bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik.

Seperti apa? Berikut ulasan selengkapnya:

Dalam menjadi pemimpin yang baik, dijabarkan mempunyai beberapa konsep sikap, yang kemudian berujung menjadi patokan sebagai pemimpin yang baik, antara lain:

1. Mempunyai Karismatik

2. Integritas yang baik

3. Dedikasi yang baik terhadap perusahaan atau pun usaha yang dibangun

4. Dapat mengambil keputusan yang tepat

5. Dapat memecahkan masalah sesuai dengan topik permasalahan

6. Bekerja sesuai porsi, tidak hanya memerintah

7. Mau mendengar masukan dari beragam sumber, terutama para rekan yang ada dalam permasalahan, atau pun beberapa ide untuk inovasi perusahaan, dan sejenisnya.

Itulah beberapa hal yang kemudian menjadi patokan dari seorang pemimpin yang baik seperti apa. Jika ada masukan lain, mari diskusikan!

Wanita dan Emansipasi

Seperti yang sudah terbahas sebelumnya, “wanita” dan “emansipasi” adalah dua hal yang sangat berbeda, namun memiliki kaitan yang sangat erat.

Dengan adanya hal tersebut, kita dapat mengerti bagaimana “kurungan” bagi wanita di era digital dan super maju seperti sekarang sudah dibuat menggunakan besi.

Emansipasi dan wanita di Indonesia
sumber: haibunda.com

Yang mana hal itu semakin membuat kita terbatas dalam berkreasi, inovatif, dan mampu berkontribusi bagi Negara tercinta, dan hal tersebut pada akhirnya harus diperjuangkan.

Tapi itulah yang namanya “patriaki”. Aturan yang selalu mengkonsepkan kita sebagai wanita yang hanya karena pola asuh sejak lahir sudah berbeda dengan laki-laki, hal tersebut menjadi bantalan bagi mereka yang ingin mencegah wanita untuk dapat lebih maju lagi.

Bahkan, sebenarnya pun dalam agama Islam utamanya, sangat membuka peluang yang begitu lebar untuk mereka menjadi seorang pemimpin dalam bidang yang mereka kuasai.

Islam Memandang Wanita sebagai Pemimpin

Jadi, bagaimana Islam memandang wanita sebagai pemimpin dengan kekuatan emansipasinya? Dalam Islam sendiri sudah sangat dijelaskan bahwa siapa saja dapat menjadi pemimpin.

Selagi itu menumbuhkan kemaslahatan ummat dan kebaikan yang di dapat. Contoh saja dalam rumah tangga.

Dimana antara suami dan istri memiliki ranah dan kepentingan yang sudah menjadi tanggungjawab mereka guna menyeimbangkan rumah tangga mereka, serta menumbuhkan rumah tangga yang Sakinah, Mawadah, dan Warohmah.

Wanita dengan emansipasinya, berperan sebagai istri dengan tanggungjawab memastikan semua rumah tangga yang dibina bersama suami dalam keadaan seimbang utamanya di sisi mental.

Begitu juga dengan laki-laki dengan maskulinitasnya, berperan untuk memastikan hal yang terkait dengan membina rumah tangga dalam keadaan yang juga stabil.

Utamanya di aspek finansial serta mental. Jadi sudah jelas bahwa hal seperti mendidik anak, mengambil keputusan, dan sebagainya tidak hanya pada satu suara saja.

Namun ada yang namanya keseimbangan dalam hal apapun. Mengambil resiko secara bersama, serta menuntaskannya juga bersama.

Emansipasi Gender

Wanita tidak hanya bersinggungan erat dengan kata “emansipasi” saja, namun juga dengan “gender”. Oleh karenanya tidak heran jika sekarang ada trend yakni “kesetaraan gender”.

Namun, apa perbedaan dari keduanya? Menurut beberapa sumber, “gender” adalah suatu hal yang menggambarkan kondisi atau pun dalam mata hukum pada posisi yang sama.

Tidak ada yang membedakan mana yang wanita dan mana yang pria. Hal tersebut pun berkaitan dengan kualitas hidup seseorang.

Yang juga sangat luas kesempatannya untuk bisa mengubah hidup mereka lebih baik, entah dalam bidang finansial maupun ekonomi.

Sedangkan “emansipasi” beberapa sumber mengartikan adalah suatu keadaan yang mana memberikan “hak” yang sudah sepatutnya mereka dapatkan, mengingat hak tersebut sebelumnya sudah terampas dari mereka / sekelompok orang.

Daftar Pemimpin Wanita di Dunia

Tapi tidak bisa kita pungkiri bahwa pada era seperti sekarang, masih ada banyak pihak yang mencoba untuk membuat wanita seolah lemah, tidak bisa menjadi pemimpin.

Bahkan ketika menjadi pemimpin pun, kritikan dan hujatan negatif kerap kali mereka dapatkan walaupun kinerja mereka bagus, hingga hasil kinerja mereka melampaui target.

Organisatoris lain baca ini: struktur organisasi renang perempuan

Lalu, siapa saja para pemimpin Indonesia yang ada dalam sejarah utamanya para wanita tangguh?:

  1. Soong Ching-ling, yang pernah menjabat sebagai pemimpin Negara Tiongkok pada tahun 60-an
  2. Agatha Barbara, pernah menjabat sebagai Presiden di Negara Malta pada tahun 80-an
  3. Corazon Aquino juga mendapatkan mandat sebagai kepala Negara Filipina tahun 90-an
  4. Janet Jagan, Seorang Kepala Negara Guyana tahun 90-an
  5. Megawati Soekarno Putri, Presiden Ke-4 Negara indonesia dan menjabat pada tahun 2004
  6. dll

Pemimpin Wanita di Indonesia

Tapi apakah ada pemimpin wanita di Indonesia yang juga menoreh berbagai prestasi saat memimpin suatu bidang yang menjadi jabatannya?

Lagi-lagi, kita tidak bisa memungkiri bahwa budaya patriaki masih melekat pada wanita dan menjadi dinding tembok paling besar dalam perjalanan seorang wanita untuk mencapai cita-cita yang mereka inginkan.

Entah dinding itu dari keluarga sekitar, teman, bahkan lingkungan sosial yang mengharuskan diri sendiri mau tidak mau berpindah dari tempat satu ke tempat lain untuk bisa mewujudkan cita-cita tersebut.

Juga dengan wanita yang harus bekerja lebih keras untuk membuktikan bahwa mereka bisa diandalkan, mereka bisa menang dalam seleksi, dan sebagainya.

Dan mungkin tidak sedikit dari kita yang mengenal bahkan tahu, bahwa nama-nama wanita Indonesia ini, menoreh beragam prestasi di bidangnya, dan memberikan dampak yang positif bagi kemajuan Indonesia.

Siapa saja?

  1. Maria Ulfa Santoso, yang pernah menjabat sebagai Menteri Sosial pada tahun 40-an
  2. Lasiyah Soetanto, yang pernah mendapatkan mandat sebagai Menteri Peranan Wanita di tahun 80-an
  3. Mien Sughandi, menjadi mentri Negara Peranan Urusan Wanita pada tahun 90-an
  4. Khofifah Indar Parawansa menjabat pada 2 posisi yaitu menjadi Mentri Negara Urusan Pemberdayaan Perempuan, dan Menteri Sosial pada tahun 2018

Dan masih banyak lagi para wanita yang berpengaruh sebagai pemimpin pada bidang masing-masing di Indonesia.

Hal ini membuktikan bahwa emansipasi dan wanita, adalah dua hal yang harus menjadi perhatian publik, untuk memberikan kesempatan bagi para wanita atau pun perempuan untuk bisa menjadi apa yang mereka mau.

Kiat-kiat Untuk Terus Memperjuangkan Emansipasi Wanita

Kiat-kiat perjuangan emansipasi dan wanita
Sumber: smkqueenalfalah.sch.id

Di era yang semakin maju dengan teknologi AI yang merajalela, permasalahan tentang kesetaraan gender, emansipasi dan wanita, sangat kita sayangkan masih harus menjadi PR bagi para perempuan di Indonesia.

Budaya patriaki yang masih bergulir bahkan ada begitu banyak berita kekerasan fisik maupun mental yang kerap wanita alami dalam real life mereka.

Kita sebagai wanita juga mungkin masih kerap merasakan ketidak adilan dalam berbagai bidang. Contohnya saja adalah dalam dunia pekerjaan.

Sampai detik ini, wanita masih mendapatkan upah gaji di bawah rata-rata laki-laki dengan beban yang sama, bahkan lebih ringan mungkin.

Organisatoris lain baca ini: Foto Baju Tari Remo

Harus memilih satu aspek dan meninggalkan aspek lain juga masih melekat pada wanita. Contoh paling banyak kita jumpai adalah pilihan sebagai wanita karir atau ibu rumah tangga.

Padahal dalam era seperti sekarang sudah banyak sekali wanita yang bisa menjalankan keduanya, tanpa ada kekurangan sekalipun.

Ini bukan soal wanita ingin memperlihatkan bahwa kita “bisa menggantikan lawan jenis kita”. Namun lebih ke kesetaraan.

Kita sebagai wanita memiliki hak untuk bisa menentukan tentang hidup kita. Sebagai wanita tidak harus memilih menjadi wanita karir atau ibu rumah tangga, karena kita bisa melakukan keduanya.

Sebagai wanita juga mendapatkan hak atas apresiasi terhadap kinerja dalam dunia kerja dengan memberikan upah gaji yang sama sesuai dengan jabatannya.

Jadi, bagaimana kiat-kiat untuk terus mewujudkan emansipasi dan wanita agar kesetaraan tersebut bisa wanita dapatkan dalam berbagai bidang?:

  1. Tidak mentoleransi terhadap gangguan dari lawan jenis ke sesama wanita seperti cat calling, dll.
  2. Membuat batasan terhadap diri sendiri apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh orang lain dari segala gender.
  3. Tidak mengkotak-kotakkan gender bahkan sifat orang atau pun latar belakang orang
  4. Saling mensupport sesama perempuan dan saling membantu ketika sesama perempuan sedang mengalami kesulitan
  5. Mulai menanamkan pada diri bahwa wanita juga manusia yang bisa mendapatkan apresiasi yang sama dalam segala bidang. Tidak memandang gender maupun latar belakang seseorang.

Kesimpulan

Adanya suatu emansipasi dan wanita bukan kemudian membuat gender yang lain harus mundur, dan sebagainya.

Bukan juga dalam arti “menggantikan” mereka pada posisi yang sama. Konsep “kesetaraan” dan emansipasi pada wanita, hakikatnya adalah bertujuan untuk mendapatkan hak yang sama.

Bisa meraih apa yang mereka mau tanpa harus mempertimbangkan, bahkan memilih satu hal dan meninggalkan hal lain.

Mendapatkan keadilan yang sama dalam ranah hukum, berpendapat dalam ranah sosial, serta dapat mengekspresikan apa yang menjadi identitasnya dalam keseharian.

Mudahnya adalah, kita mungkin para wanita akan berujung di “dapur” meskipun sudah memiliki karir bagus, pendidikan tinggi, dan sebagainya.

Tapi, banyak orang yang tidak paham bahwa “jenis dapur” seperti apa, itu kita tentukan. Ada begitu banyak jenis “dapur” yang dapat kita pilih.

Mau itu mewah, simpel, fleksibel, bahkan sederhana, itu bisa kita dapatkan dari penentuan diri kita, value kita.

Itulah beberapa pembahasan terkait topik “emansipasi dan wanita”. Untuk kamu yang suka dengan pembahasan seperti ini, bisa langsung mampir ke website kita.

Daftar Pustaka:

  1. proweb.co.id
  2. republika.co.id
  3. kemenppa.go.id
  4. wikipedia.org
  5. wikipedia 2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *