Tugas ketua kelas pada SMA, merupakan jabatan yang tiada henti untuk dibahas, apalagi kaitannya dengan perempuan. Jadi berikut ulasan selengkapnya. Ayu Maesaroh, Konsep Organisasi – organisasi.co.id
Halo para organisator? Bagaimana kelancaran hari ini? Masih sempat melihat beberapa kerikil “masalah” yang selalu melalang buana di medsos? Atau terserah saja?
Memang di era sekarang, sepertinya hidup serba rumit. Katanya era teknologi, digital, penuh dengan kemajuan. Namun sangat belibet dengan berbagai aspek lain, terutama hak.
Mungkin kewajiban adalah satu aspek yang sudah seharusnya kita kerjakan dalam bidang apapun yang digeluti. Tapi, kadang tidak sedikit dari orang-orang yang tidak kita sadari mempunyai “kekuasaan”.
Akan melakukan sesuatu yang seharusnya tidak ia lakukan, tetapi dengan apa yang dia inginkan, hal tersebut dapat terjadi. Alhasil, yang menjadi korban adalah orang dengan hak serta kebebasan yang sebenarnya mereka berhak.
Namun terenggut karena hal tersebut, dan akhirnya pupus semua harapan yang ada. Contoh paling kecilnya adalah seorang perempuan.
Yang mana sangat jarang mendapatkan kesempatan panggung sebagai ketua kelas pada sekolah tingkat SMP atau SMA, dengan alasan tugas yang ada.
Jadi, apakah memang jabatan sebagai seorang pemimpin meski hanya di ranah ketua kelas, itu absolut untuk laki-laki? Berikut beberapa ulasannya.
Jabatan Sebagai Ketua dan Perempuan
Kita sangat paham betul, bagaimana sebuah jabatan kemudian mempunyai tugas dan wewenang, sehingga tidak sembarangan orang yang dapat merangkak ke jabatan tersebut.
Walau mungkin tidak begitu esensial dalam sebuah kelompok atau pun organisasi, tetapi yang namanya jabatan, tetap masih mengandung kedua hal tersebut.
Dan membutuhkan pemikiran keras agar nantinya ada seorang yang sanggup untuk bisa melaksanakan beberapa tugas dan wewenang tersebut.
Apalagi jabatannya sangat esensial, filter yang berlaku dalam mencari seseorang yang dapat melaksanakan hal tersebut, pasti akan lebih ketat, detail dan juga aspek yang ada lebih rumit, untuk mencari seseorang yang mampu dan kompeten.
Seperti misalnya jabatan sebagai seorang ketua, apapun itu ranahnya. Kadang butuh selektifitas yang sangat sering, kemudian melihat bagaimana sepak terjang dalam loyalitasnya pada organisasi, atau suatu kelompok tersebut, dan sebagainya.
Tetapi, hal tersebut tidak tergantung pada sebuah gender, laki-laki, atau perempuan saja. Keduanya mempunyai hak yang sama.
Selagi mereka memenuhi kriteria sebagai tugas ketua kelas misalnya pada sekolah tngkat SMP/SMA. Kemudian siap dengan kewajiban yang ada.
Serta voting pendukung yang sudah sampai kepada kriteria menang, dan sah menjadi seorang pemimpin. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa pembahasan selengkapnya:
Kriteria Pemilihan Ketua Kelas
Seperti yang sudah kita singgung sebelumnya, menjadi seorang pemimpin, tidak terletak pada gender mana yang boleh untuk melenggangkan diri ke ranah tersebut.
Organisatoris lain baca ini: Struktur Organisasi PT Sido Muncul: 2 Strategi
Baik dari perempuan dan laki-laki, ketika mereka sanggup dan dapat menghadapi konsekuensi yang ada ketika mendapati amanah sebagai pemimpin, maka mereka sudah termasuk dalam kriteria yang ada.
Kriteria tersebut antara lain:
Dapat Memimpin Bawahannya
Seperti misalnya beberapa divisi, atau pun sejenisnya. Yang membutuhkan pengarahan baik atas apa yang harus mereka kerjakan. Serta mereka dapat mewujudkan tujuan yang sudah dirancang dengan baik.
Kreatif
Dalam artian memberikan beberapa ide bagus, untuk kemajuan dari perusahaan, atau pun organisasi yang ia pimpin. Pun dengan tugas dari seorang ketua kelas pada sekolah tingkat SMP/SMA.
Yang juga membutuhkan kreatifitasnya ketika mendapat tuntutan untuk memberikan masukan saat ada lomba kelas. Atau pun beberapa kegiatan lain yang dapat memberikan nilai plus pada kelas.
Bijaksana
Selanjutnya adalah seorang pemimpin harus bisa bijaksana. Mengerti mana yang menjadi prioritas, dan yang tidak. Yang harus ditindak lanjut, dan yang tidak.
Juga dapat memilih keputusan mana yang terbaik untuk kelompok atau organisasiny, dan mana yang tidak. Karena jika hal tersebut seorang pemimpin tidak paham, maka akan terjadi berbagai konflik, yang bahkan bisa terjadi di luar dugaan.
Sebagai Penghubung yang Baik
Khususny bagi seorang pemimpin kelas. Yang ana ia mendapat amanah untuk menjadi seorang penghubung, antara rekan kelasnya dengan seorang guru, mengenai suatu hal.
Entah dalam masalah pelajaran, atau pun hal lain, yang membutuhkan diskusi lebih. Agar nantinya permasalahan yang ada dapat terselesaikan dengan baik.
Adil
Yang paling terpenting adalah adil. Pemimpin harus adil kepada para anggotanya, terutama dalam pengambilan keputusan.
Harus dilihat terlebih dahulu bahwasannya apa yang menjadi keputusan yang diambil. Memang semata-mata untuk kepentingan bersama, bukan diri pribadi sendiri.
Itulah beberapa kriteria, yang setidaknya harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Tidak ada kriteria harus seorang laki-laki yang dapat menjadi seorang pemimpin suatu kelompok tertentu.
Jika kompeten dan dapat memenuhi amanah yang ada, maka ia layak untuk maju sebagai seorang pemimpin, serta dapat menjadi referensi.
Metode Voting Pemilihan Ketua Kelas
Lalu, metode apa yang dapat kita gunakan ketika akan memilih seorang ketua kelas dengan tugas yang ada, baik pada tingkat SMP/SMA?
Mungkin sebelum adanya pandemi seperti sekarang, pemilihan untuk memilih siapa yang menjadi seorang pemimpin, baik di organisasi dengan cakupan kecil, sedang maupun luas.
Yang paling sering digunakan adalah menggunakan metode voting secara langsung. Dengan cara kerja, mereka yang mempunyai hak sebagai pemilih.
Langsung ke tempat pemungutan suara, kemudian memilih salah satu kandidat yang ingin mereka jadikan sebagai pemimpin, dengan alasan masing-masing.
Setelah itu para petugas dari penghitung suara, akan menghitung ketika semua sudah selesai. Setelah selesai, para petugas penghitung suara pun mengumumkan siapa yang menjadi pemimpin, dengan skor yang di dapat.
Namun, di zaman sekarang pun masih demikian. Hanya saja metode dalam pengambilan keputusan yang berbeda. Seperti contoh yang dilansir dari radarsemarang.jawapos.com.
Mengatakan bahwa salah satu sekolah di wilayah Semarang, mengadakan Pilketos atau singkatan dari Pemilihan Ketua Osis ini, menggunakan metode pengumpulan suara dengan e-voting.
Sekolah tersebut menyeleksi para kandidat pemimpin organisasi OSIS dengan cara memakai google form. Kemudian para kandidat tersebut nantinya akan tes wawancara dan sebagainya oleh Bidang kesiswaan, dengan menggunakan google meet.
Hingga nantinya para kandidat tersebut akan terfilter lagi, dan lagi, hingga pada puncak keputusan siapa yang akan menjadi ketua OSIS di masa bakti tahun 2020-2021.
Namun ada juga yang langsung tertunjuk oleh guru, tentang permasalahan pertanggungjawaban ketua kelas oleh pihak pembimbing akademik, pada ranah perkuliahan.
Tetapi, hal tersebut masih dapat berlaku untuk memilih ketua kelas di SMP atau SMA, dengan tugas yang ada.
Pandangan Tentang Perempuan Menjadi Ketua Kelas
Namun, kenapa hal demikian kemudian menjadi satu jabatan yang sering disandang oleh kaum lelaki? Dan jika ada perempuan yang ikut menjabat sebagai seorang pemimpin.
Ia akan dimaki, dicaci, bahkan lebih parah dibenci. Seolah seorang perempuan menjadi pemimpin, rasanya akan menjadi pemimpin otoriter, dengan segala tipu muslihat yang ada.
Keras, dan tidak mau mengalah. Rasanya image begitu selalu tersematkan kepada seorang perempuan ketika mereka menjadi seorang pemimpin.
Juga dengan nyinyiran jika kemudian ada seorang perempuan yang lebih menggunakan logika mereka ketimbang hati. Sehingga mereka terkadang sulit untuk berempati. Bukan karena tidak mau, namun tersebab belum terbiasa.
Rasanya hal tersebut seperti menjadi aib, dianggap seperti “melenceng” dari kodrat. Padahal, bukankah semua manusia mempunyai hak dan keinginannya sendiri?
Mereka mempunyai hal tersebut, dan boleh menjadi siapa saja yang ia mau di hidup mereka. Bahkan perempuan sekalipun.
Hal tersebut senada dengan pendapat dari pandangan Islam mengenai perempuan yang menjadi seorang pemimpin. Ada begitu banyak contoh yang kemudian membuktikan.
Bahwasannya Tuhan tidak pernah membedakan ummat-Nya selain iman dan takwa yang mereka punya. Selain itu, Tuhan tidak pernah membedakan umat mana yang boleh menjadi pemimpin.
Dan mana yang bisa menjadi budak. Hal tersebut harus sesuai dengan kriteria dari seorang pemimpin itu idealnya seperti apa.
Contoh Konkret..
Contoh konkret dari hal ini, salah satunya adalah Siti Maryam. Yang mana ia menjadi pemimpin diri sendiri, terus bertakwa dan menjadi wanita sholehah.
Ia dapat menjaga diri sendiri, dapat memimpin untuk dirinya sendiri. Hingga akhirnya dari hal tersebut, Maryam dikaruniai seorang anak laki-laki sholeh, bernama Nabi Isa AS.
Pun dengan Ratu Bilqis. Yang merupakan seorang pemimpin wanita pertama, yang dapat membuat wilayah kekuasaannya begitu makmur dan sejahtera.
Ia dapat membuktikan bahwasannya tidak tergantung dari gender, sebuah masyarakat di wilayah tertentu dapat merasakan makmur dan sejahtera, dengan strateginya dalam memimpin.
Kemudian ada Siti Khadijah. Yang mana beliau menjadi satu pemimpin dalam aspek bidang logistik untuk Nabi ketika akan perang melawan musuh dengan semua harta serta kekayaan yang beliau punya.
Organisatoris lain baca ini: Pengertian Moderator: 5 Tugas, Sikap, Persiapan & Naskah
Dari hal tersebut, dapat kita pahami, Islam tidak pernah mengekang siapapun untuk menjadi seorang pemimpin. Sudah ada kriteria masing-masing, bagaimana bisa menjadi seorang pemimpin di sebuah wilaya, atau organisasi tertentu.
Terkecuali rumah tangga, yang memang itu sudah kodratnya laki-laki harus mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Tetapi setelah itu, perempuan juga ada peran penting. Yang mana mereka menjadi the hole dari pengaturan rumah, serta isinya, bahkan sampai berperan menjadi madrasah pertama untuk anak-anaknya.
Jadi, masih mau terus berstatement demikian? Melarang orang lain menjadi pemimpin hanya karena masalah gender? Masih dianggap sebagai orang yang patriakis?
Tugas dan Wewenang Seorang Ketua Kelas
Terlepas dari beberapa pembahasan tadi, ada beberapa tugas dan wewenang yang perlu perhatian oleh seorang ketua kelas pada SMP atau pun SMA.
Yang mana beberapa tugas tersebut antara lain:
- Menjadi pemimpin yang dapat mengarahkan bawahannya
- Kreatif dan dapat memberikan ide bagus untuk merancang kegiatan selanjutnya demi kemajuan kelas
- Menjadi pemimpin ketika berlangsung rapat kelas
- Penghubung antara murid dan guru dalam masalah tugas mata pelajaran, dan sejenisnya
- dll
Penutup
Itulah beberapa pembahasan mengenai tugas ketua kelas pada SMA. Yang mana beberapa poin tersebut memberikan gambaran.
Bahwa semuanya memang ada poin tersendiri yang perlu dipahami untuk sebagai calon pemimpin. Dan ingat, untuk menjadi seorang pemimpin.
Bukan karena atas dasar perempuan, kemudian hak tersebut tidak berlaku bagi mereka. Manusia dalam hadapan Tuhan itu sama. Bahkan dalam Islam saja sudah disebutkan berbagai kisah pemimpin perempuan sukses.
Yang dapat menjadi referensi kita para generasi muda, yang ingin bisa maju dan memimpin perubahan. Agar Indonesia bisa lebih baik lagi dari waktu ke waktu.
Sekian ulasan kali ini, semoga menginspirasi.
Daftar Pustaka: