Aliran lukisan Agus Djaya. Merupakan tokoh besar dalam dunia seni lukis, yang mana karyanya sudah banyak dikenal oleh orang. Hingga membuat Presiden pertama Indonesia, jatuh cinta pada lukisannya. Berikut beberapa pembahasan selengkapnya. Ayu Maesaroh, Konsep Organisasi – organisasi.co.id
Hai para organisator, bagaimana kabar hari ini? Masih berkutat dengan hobi sendiri, atau mencari hal baru lainnya? Atau mendapatkan inspirasi mengenai apa yang harus dilakukan dengan hobi yang sedang kamu geluti?
Melakukan hobi, kerap kali membuat diri sendiri, merasakan seperti mempunyai nyawa sendiri. Hal itu dapat terlihat ketika kita sendiri melaksanakan berbagai aktivitas terkait dengan hobi.
Kemudian lupa dengan beberapa hal lain yang sebenarnya menjadi tanggungjawab. Tidak dipungkiri memang. Tapi bagaimana lagi, sudah dunianya.
Kesadaran tersebut, tidak sedikit dari beberapa orang kemudian mencari pekerjaan sesuai dengan dunia mereka. Contoh konkretnya, menjadi seorang pelukis.
Seperti satu tokoh yang akan terbahas dalam artikel kali ini. Mengenai bagaimana sepak terjang dari tokoh tersebut, lalu profil, hingga kepada aliran lukisan yang terpakai oleh sang tokoh, yakni Agus Djaya.
Berikut ulasan selengkapnya:
Profil Agus Djaya
Agus Djaya, atau nama lengkap dari beliau adalah Raden Agoes Djajasoeminta. Merupakan seorang pelukis sekaligus salah satu orang terpenting dalam pendirian organisasi seni lukis resmi di Indonesia.
Beliau lahir pada tahun 1913, tepatnya tanggal 1 April, dan wafat pada tahun 1994, di 24 April. Beliau tutup usia pada genap 81 tahun.
Seorang Agus Djaya dalam karir sebagia seorang pelukis, pernah menjabat sebagai seseorang yang penting dalam Kolonel Intel, serta bagian F.P atau Persiapan Lapangan, untuk bagian , kemiliteran Indonesia.
Tetapi setelah lepas dari hal tersebut, beliau pun kembali lagi ke dunia yang lama, yang merupakan “dunianya”, yakni sebagai seorang pelukis.
Agus Djaya juga terkenal dengan seni visual yang sangat briliant. Tidak sedikit dari beberapa karyanya yang kemudian membuat para pejabat negara di zaman tersebut, tertarik dengan hasil lukisan dari beliau.
Sebut saja Presiden pertama Indonesia, yakni Soekarno. Beliau sampai merekomendasikan Agus Djaya sebagai ketua daripada bagia Ketua, di Pusat Kebudayaan untuk Seni Rupa, pada zaman Jepang menjajah Indonesia.
Yang mana beliau menjabat selama 5 tahun lamanya, yakni sejak tahun 1937 sampai dengan 1942. Beliau sendiri mempunyai kerabat bernama Otto Jaya, yang juga menjadi salah satu pewaris daripada bakat seni lukis beliau.
Sepak Terjang Karir Agus Djaya
Seperti yang sudah terbahas sebelumnya, bahwa Agus Djaya merupakan pelukis seni yang mempunyai aliran lukisan unik. Hal tersebut yang pada akhirnya membuat para pejabat penting Negara, tertarik dengan karya beliau.
Beliau juga pernah aktif di bidang kemiliteran, yang mana kala itu beliau bergabung di organisasi Putera, dengan tugas untuk bisa mendapatkan pengakuan kedaulatan dari Kerajaan Belanda atas kemerdekaan Indonesia.
Hal tersebut beliau lakukan selama kurang lebih 4 tahun, di masa Revolusi tersebut. Kesempatan itu lantas tidak beliau manfaatkan untuk menimba Ilmu.
Sembari mendapatkan mandat demikian dari Presiden, Agus Djaya meneruskan studinya ke Rijk Academie Beeldende Kusten Amsterdam, mengambil jurusan Jurnalistik, dengan Fakultas yang sama, selama kurang lebih 2 tahun.
Setelah kelulusan beliau, akhirnya sang pelukis tersebut membukan berbagai usaha di bidang seni. Seperti misalnya membukan art shop serta galeri lukisan yang berada di Jakarta.
Organisatoris lain baca ini: Mengenal PERSAGI, Sejarah dan Tujuan Organisasi
Kemudian beberapa tahun, beliau pindah ke Bali, dan menetap di sana. Pun membuka usaha di bidang kesenian, terutama seni lukis.
Ialah membuka studio lukis, yang ada di Kuta, Bali. Sebelum beliau wafat, sempat mendapatkan hadiah penghargaan atas karya-karyanya dari Pemerintah kala itu.
Mengingat lukisan beliau yang sungguh unik, indah dan sangat mempunyai makna yang mendalam. Berikut beberapa ulasan mengenai corak lukisannya.
Lukisan Pertama Agus Djaya
Beberapa literatur sendiri belum ada yang pasti mengenai hal tersebut, entah dari lukisan pertama, sampai kepada aliran pertama dari lukisan Agus Djaya tersebut.
Namun, beberapa karyanya sendiri sudah ada beberapa yang terkenal, bahkan tidak sedikit yang kemudian menjadi koleksi dari sang Presiden pertama Indonesia.
Seperti misalnya Lukisan beliau yang berjudul Legong Winarata. Merepresentasikan seorang penari wanita, dengan pakaian yang sangat khas akan penari.
Ada pernak pernik yang menghiasi, serta membuat penampakan lukisan nampak sempurna. Tetapi disamping hal tersebut, tidak sedikit yang percaya, bahwasannya lukisan demikian, mengandung hal-hal magis di dalamnya.
Kemudian beberapa karya lain yang dikoleksi oleh Presiden Soekarno, adalah Shidarta Meninggalkan Kehidupan Duniawi.
Yang tergambarkan adalah seorang perempuan yang tengah berbaring, kemudian ditemani oleh beberapa orang yang ada di sampingnya.
Pembuatan lukisan tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. Ialah pada tahun 1930 sampai dengan 1960-an beliau membuat lukisan tersebut.
Gaya Lukisan Agus Djaya
Kemudian gaya lain dari aliran dari lukisan Agus Djaya, Godaan Waktu Bertapa. Merepresentasikan bagaimana seseorang yang bertapa.
Lalu mendapati berbagai godaan yang dapat membuat keimanannya goyah, dan berpaling kepada godaan tersebut. Hal itu beliau gambarkan dengan menggambar seorang pemuda.
Yang dikelilingi oleh para wanita, sebagai subyek daripada sang penggoda. Mengingat wanita adalah makhluk Tuhan, dengan segala keindahan paras, kecantikan wajah.
Yang mana hal tersebut bisa saja membuat para lelaki, jatuh hati kepada mereka. Adapun gaya lukisan lain yang mana, beliau menggambarkan kehidupan masyarakat pada zaman tersebut.
Dengan judul lukisan ialah Pulang dari Sawah. Beliau menggambarkan seorang wanita tangguh. Yang kemudian membawa beberapa hal dari sawah seperti padi, di atas kepalanya.
Terlihat sangat anggun, namun sangat kuat. Berjalan dengan membawa beberapa benda hasil dari sawah bajakan mereka.
Pun tidak lupa dengan lukisan Ramayana. Kisah legendaris yang bahkan sampai sekarang masih terdengar akan bagaimana kisah perjuangan cinta dari Rama, kepada Shinta.
Serta kisah legendaris lainya seperti Nyi Roro Kidul, pun beliau lukis dengan menggambarkan seorang wanita cantik, dengan balutan pakaian bawah, kemudian mahkota yang ia pakai.
Tidak lupa juga dengan menambahkan beberapa aksesoris layaknya puteri kerajaan. Membuat vibes daripada Nyi Roro Kidul sangat terpancar pada lukisan tersebut,
Tetapi, apa sebenarnya aliran asli daripada lukisan Agus Djaya tersebut?
Aliran Lukisan Agus Djaya
Jika dilihat dari beberapa penjelasan mengenai lukisan dari Beliau. Rata-rata menggambarkan bagaimana kehidupan sosial daripada warganegara Indonesia kala itu.
Kemudian tidak lupa juga menyinggung tentang ketaatan agama seseorang. Salah satunya adalah dengan merepresentasikan seorang yang pertapa tersebut.
Kemudian ada bebera aliran lainnya, ialah mengenai cerita yang melegenda dari Indonesia. Salah satunya yang sudah terbahas sebelumnya.
Yakni Ramayana, serta Nyi Roro Kidul. Dua hal yang sampai sekarang melegenda, bahkan tidak sedikit dari beberapa orang yang percaya, bahwa Nyi Roro Kidul memang ada.
Hal tersebut berawal dari kisah Nyi Roro Kidul, yang mana banyak orang mengatakan, tentang ia yang mempunyai kerajaan di bawah laut pantai selatan.
Dari cerita legenda, mengatakan bahwa Nyi Roro Kidul sangat suka dengan warna hijau. Entah dari apapun itu, baik warna baju, tas, atau apapun yang berwarna hijau.
Organisatoris lain baca ini: Olahraga Golf: Identik Orang Kaya, 4 Alasannya
Jika ada seseorang yang memakai aksesoris warna hijau, malapetaka bisa datang kepada mereka yang memakai hal tersebut.
Entah akan hilang dan ditemukan mayatnya dari dasar laut pantai selatan, atau lainnya. Dari kejadian tersebutlah, pada akhirnya menjadi kepercayaan dari beberapa orang, tentang hal tersebut.
Walaupun sudah era benar-benar digital seperti sekarang. Rasanya, kepercayaan mengenai Nyi Roro Kidul tidak serta merta dapat hilang, atau bahkan musnah begitu saja.
Kaitannya dengan PERSAGI
Seperti yang telah terbahas, bahwasannya Agus Djaya, merupakan salah satu pelopor daripada pembentukan organisasi resmi, untuk para seniman lukis di Indonesia.
Ialah PERSAGI, atau singkatan dari Persatuan Ahli Seni Gambar Indonesia. Agak ambigu memang antara kata “gambar” dengan “lukis”.
Namun, terlepas dari hal tersebut, PERSAGI sampai sekarang masih eksis serta melahirkan berbagai seni lukis ternama Indonesia.
Agus Djaya sendiri, pada saat mengembangkan PERSAGI, lantas tidak sendirian. Beliau bekerjasama dengan beberapa rekan sejawatnya, seperti S. Sudjojono sebagai sekretaris.
Kemudian beberapa pelukis ternama lain seperti Ramli, Otto Jaya, Abdulsalam, dan sebagainya. Menjadi anggota pertama yang bergabung dalam organisasi tersebut.
Untuk tahun daripada pembentukan PERSAGI ini, ada beragam versi dari beberapa literatur. Tidak sedikit yang mengatakan bahwasannya, PERSAGI terbentuk sekitar tahun 1937-an.
Namun, ada juga yang menuliskan bahwa organisasi lukis tersebut, lahir dan berdiri, tepat pada tahun 1938-an. Meski demikian, dari hal itu, kita dapat mengenal berbagai pelukis ternama.
Dengan segudang prestasi yang mereka berikan kepada Indonesia. Seni lukis bukan hanya berbicara soal bagaimana kita dapat menggambar dengan baik.
Dapat merepresentasikan apa yang ingin kita gambar. Atau tahu beberapa komponen apa yang perlu ada saat akan menggambar sesuatu.
Tetapi lebih dari itu. Bahkan sebuah mahakarya perlu ada rasa. Agar nantinya dapat memukau siapa saja yang melihat, serta mereka dapat merasakan rasa apa yang tergambar dalam lukisan tersebut.
Penutup
Itulah beberapa pembahasan mengenai aliran lukisan dari Agus Djaya, yang merupakan salah satu pelopor dari PERSAGI, yakni organisasi resmi untuk para pelukis di Indonesia.
Dari beberapa hal tersebut pula, memberikan gambaran bagaimana sepak terjang beliau lantas tidak semata-mata instant. Ada perjuangan di dalamnya.
Beliau harus melakukan beberapa hal terlebih dahulu, yang kemudian membuahkan hasil, seperti beberapa lukisannya menjadi koleksi daripada Presiden Pertama Indonesia.
Kemudian beberapa lukisannya ada yang dipamerkan di dalam negeri, namun tidak sedikit pula yang berada di luar negeri. Seperti ke Belanda, dan sebagainya.
Ada secercah pembelajaran untuk kita, yang mana pada dasarnya semua hal yang kita perjuangkan, entah mengenai hal yang kita sukai atau tidak kemudian merubahnya menjadi kenyataan.
Mengingat dalam dunia ini, sebenarnya bukan seolah hanya kebetulan, atau hoki semata. Mungkin menurut kita fenomena atau kejadian yang kita alami adalah sebuah kebetulan.
Tetapi, tidak dengan Tuhan. Karena Dia-lah yang merencanakan dari awal sampai akhir, mengenai seseorang. Baik tentang hidup, karir, jodoh, kematian, sampai kepada kesialan hingga keberuntungan kita di dunia.
Sekian ulasan kali ini, semoga menginspirasi.
Daftar Pustaka: