Definisi butterfly hug. Satu metode dalam psikologi yang menjadi satu komponen, dapat mengontrol emosi seseorang, yang dirasa sudah hampir meledak. Berikut beberapa ulasan selengkapnya. Ayu Maesaroh, Konsep Organisasi – organsiasi.co.id
Terkadang dalam hidup, ada begitu banyak stressor yang kemudian menjadi satu hal memicu adanya emosi berlebih. Apalagi bagi para organisator, yang kadang kedapatan beragam fenomena dalam kelompoknya.
Entah apapun, misalnya dalam merencanakan kegiatan yang seringkali gagal dan harus ada backup, kisruh antar anggota, dan sebagainya.
Tidak heran jika kemudian, semua orang membutuhkan metode agar emosi mereka bisa tenang, dan stabil. Seperti tidak cukup dengan kata “sudah, tenangkanlah dirimu”.
Lebih dari itu. Manusia kiranya mempunyai lebih dari 7 emosi. Yang mana terkadang dalam kehidupan sehari-hari, muncul seketika dengan frekuensi masing-masing.
Ada yang dapat mengontrol, tetapi ada juga yang kurang dalam hal tersebut. Hingga dalam beberapa film maupun drama, metode ini, dikenalkan. Ialah definisi dari butterfly hug. Berikut ulasannya:
Definisi Butterfly Hug
Butterfly hug, merupakan salah satu metode untuk mengontrol emosi sendiri, yang mana hal tersebut diakibatkan suatu trauma.
Sehingga berimpact pada kepribadian diri yang mudah emosi, impulsif, dan sebagainya. Butterfly hug ini, adalah metode bilateral, yang mana terdapat beberapa gerakan.
Seolah sedang menepuk diri dan berbicara pada diri sendiri. Inilah kemudian yang membuat beberapa para ahli di waktu perkembangannya, merasa akan berhasil terhadap metode tersebut.
Berselang beberapa waktu kemudian, metode butterfly hug ini, sudah banyak berlaku oleh beberapa ahli psikologi dalam menangani pasiennya.
Namun, sebenarnya metode ini dapat terlaksana oleh siapa saja, untuk mengontrol emosi agar tidak mudah meledak. Menerima dan tidak menolak terus akan hal yang mereka alami.
Bahkan sebelum itu, beberapa agama mendapati beberapa metode, yang bisa mengontrol emosi ummat, ketika dalam situasi yang mengharuskan adanya nurani yang bergejolak.
Terutama kepada mereka yang kafir, dan tidak mau mengikuti atas ajaran agama yang para Nabi dan Rosul tersebut bawa.
Serta dapat dengan mudah, mencari jalan keluar, ketika sudah stabil, dan bersiap untuk melangkah lagi. Tapi, bagaimana pandangan para ahli lain mengenai hal tersebut?
Butterfly Hug Menurut Para Ahli
Menurut beberapa ahli dalam psikologi sendiri, butterfly merupakan metode paling ampuh, untuk menekan adanya gejala kecemasan yang bisa muncul oleh siapapun.
Metode ini pertama kali terppulerkan oleh dua terapis sekaligus pada tahun 1998, yang mana menerapkannya pada pasien korban badai Pauline, yakni Lucina Artigas, serta Ignacio Jarero.
Mereka menerapkan hal tersebut, dan selang beberapa waktu kemudian, terlihat dari pergerakan perubahan kontrol emosi yang baik dari para korban.
Organisatoris lain baca ini: Gen Baby Boomer: 3 Kriteria, dan Kehancuran Pertanian
Teknik ini kemudian mendapatkan telaah kembali hingga menjadi pengetahuan yang utuh, agar nantinya metode tersebut dapat berlaku oleh banyak orang. Terbukti hingga sekarang, definisi dari butterfly hug.
Banyak orang yang mengimplementasikannya di kehidupan sehari-hari. Walau pun memang butuh adanya pelatihan, agar beragam stimulus positif yang ada, dapat teresap dengan baik.
Mengingat ada berbagai emosi yang dialami oleh manusia, dengan tingkat intensitas yang berbeda-beda. Emosi tersebut antara lain:
Bahagia
Adalah emosi yang kerap kali datang dengan tanda membuncahkan hati karena merasa senang. Biasanya hal tersebut, muncul karena mendapatkan pemberitaan positif dari hal yang orang tersebut idamkan.
Reflek dari emosi tersebut contohnya, tersenyum, mata agak menyipit, karena secara tidak langsung menarik bagian pipi ke atas.
Sedih
Kebalikan dari ekspresi sebelumnya. Mereka juga mempunyai frekuensi tertentu ketika datang dan menghampiri hati seseorang.
Intensitas setiap orang berbeda-beda. Ada yang sampai meratapi, namun tidak jarang yang kemudian setelah bersedih, kembali bangkit.
Reflek yang ada dari emosi ini, adalah wajah terlihat lesu, sulit untuk diajak berbicara, dan sukar untuk mengatakan sepatah kata yang membuat mereka harus menjelaskan dengan detail.
Takut/ketakutan
Yang selanjutnya emosi takut. Yang mana lebib prefer kepada kewaspadaan dari seseorang akan satu hal yang mengganjal, lantas ketika ada suatu yang mengancam mereka.
Sontak emosi tersebut terkuak, dalam intensitas tertentu. Ada yang bisa membuat orang keringat dingin bercucuran, sampai melakukan hal yang “diluar nalar”.
Untuk tanda-tanda emosi itu muncul, ialah gelagat seseorang yang terus melihat ke kanan dan ke kiri, karena merasa terawasi. Dalam alam bawah sadar mereka, mengiyakan untuk perlu adanya kewaspadaan lebih, agar aman dari bahaya.
Jijik
Jenis lainnya adalah “Jijik”. Suatu bentuk emosi yang menafsirkan akan diri mereka yang tidak suka dengan suatu hal, karena ada stimulus yang membuat otaknya, merasa hal tersebut aneh.
Tidak biasa, dan sangat jarang dalam kehidupan mereka temui. Biasanya emosi ini akan mengidentifikasikan sesuatu, mulai dari bentuk, tekstur, dan sebagainya.
Marah
Jenis lain ada “marah”. Bentuk ini biasanya merupakan ekspresi dari seseorang yang tidak dapat menerima dengan baik, akan suatu hal yang menimpa mereka.
Atau pun sebuah argumen, yang menurutnya tidak pas sesuai dengan kenyataan. Bahkan, dalam kemunculannya, di setiap orang berbeda-beda.
Kaget
Biasanya jenis ini muncul ketika seseorang mendapati hal yang diluar ekspektasinya. Sehingga secara tidak sadar, dalam alam bawa sadar mereka.
Mengindentifikasi bahwa hal tersebut tidak seperti biasa pada umumnya mereka temukan. Emosi ini biasanya dibarengi dengan beberapa emosi lain, termasuk yang sudah terbahas sebelumnya.
Itulah beberapa jenis emosi yang sering ada pada banyak orang, atau mungkin sekarang kamu sedang berada pada fase salah satu emosi tersebut?
Langkah Mengaplikasikan Butterfly Hug
Seperti yang sudah kita singgung sebelumnya, definisi dari butterfly hug, adalah salah satu metode ampuh yang dapat mengontrol emosi seseorang.
Meski demikian, perlu adanya pelatihan untuk dapat menerapkan metode tersebut kepada seseorang, dengan kerjasama antar bilateral.
Benar, teknik ini bisa dilakukan oleh dua orang atau pun sendiri, dengan cara sebagai berikut:
1. Satu orang akan menjadi yang mendapatkan butterfly hug, satu orang lagi akan menjadi orang yang mengarahkan dengan menggunakan kata-kata.
2. Setelah itu, letakkan kedua tangan bersilangan di dada, pejamkan mata, kemudian mencoba diri untuk lebih tenang, dan nyaman.
3. Jika sudah, dari hal tersebut diri sendiri atau pun orang yang menjadi pemandu, akan segera memberikan stimulus berupa kata-kata, yang dapat seseorang tersebut resapi, dan hayati. Gunanya adalah, untuk meningkatkan kontrol emosi dari diri seseorang.
Beberapa langkah tersebut dapat terlaksana di rumah, atau pun bersama dengan keluaga, teman, untuk bisa lebih mengontrol emosi, tenang, dan lebih menyayangi diri sendiri.
Manfaat Butterfly Hug
Sejalan dengan hal tersebut, manfaat secara keseluruhan dari definisi metode butterfly hug tersebut. Seperti yang sudah disinggung sebelum-sebelumnya.
Adalah mengontrol emosi. Mengingat dalam kehidupan, ada saatnya manusia harus mengontrol emosi mereka, agar tidak menimbulkan permasalahan lain.
Yang dapat menyebabkan kehancuran bagi diri sendiri. Bahkan, pengontrolan emosi tersebut sudah ada dan tercantum dalam agama terutama Islam, dengan metode yang sedikit berbeda.
Dalam Islam sendiri bahkan tergambar dalam riwayat Rosulullah, mengajarkan para ummatnya ketika dalam keadaan emosi.
Maka seseorang yang emosi tersebut mendapati ajakan untuk duduk dengan tenang, lalu menyuruh mereka untuk meneguk air putih agar lebih tenang.
Dengan begitu, pikiran dan hatinya bisa lebih baik. Namun jika hal tersebut tidak bisa, Rosulullah menyuruh mereka untuk berwudhu.
Agar hati mreka dapat tenang kembali, pun dengan kondisi mereka. Sebab air wudhu dapat menenangkan hati siapa saja, yang sedang berada dalam satu emosi atau pun kemarahan berlebih.
Betul, emosi yang berlebih. Hal ini dapat berdampak bagi siapa saja, dan tidak pandangn bulu munculnya kapan dan berada di mana.
Yang bisa memfilter dan meminimalisir emosi-emosi yang meletup terlalu lebih, adalah diri sendiri.
Butterfly Hug dan Kaitannya dengan Depresi
Lalu, apa kaitannya antara definisi metode butterfly hug dengan depresi? Perlu kita ketahui terlebih dahulu, bahwasannya depresi yang dialami oleh manusia, ada beragam.
Yang paling banyak dirasakan adalah depresi mayor. Bentuk depresi ini, biasanya lebih cenderung kepada gejala kesedihan berlebih.
Sehingga dapat mengganggu beberapa aktifitas serta kesehatan dari seseorang yang mengalami hal itu. Contohnya seperti jarang makan, tidak nafsu makan, selama kurang lebih 2 minggu
Gairah untuk hidup sangat minim, dan sebagainya. Hal ini butuh terapi yang lebih lanjut, mengingat akan lebih parah jika tidak segera ditangani.
Depresi tersebut bisa datang dari beberapa sumber, contohnya seperti trauma masa kecil, pengalaman buruk dalam hidup, dan sejenisnya.
Organisatoris lain baca ini: Cara Pendirian Dan Struktur Organisasi: CV, Kontraktor Dan UKM
Ada juga karena kelainan genetik, namun unutk prosentasenya tidak lebih banyak dari kedua ha yang tadi. Oleh karenanya, salah satu untuk pencegahan kejadian tersebut berlanjut.
Dengan melakukan metode butterfly hug tersebut. Mencoba untuk memberikan situasi menenangkan, mulai memberikan mereka pembelajaran akan penerimaan perasaan yang tidak boleh berlarut.
Dan mencoba mengajarkan mereka tentang bangkit dari trauma, meski harus membutuhkan waktu yang panjang. Karena, hal itu baiknya untuk mereka, dan bukan untuk orang yang mencoba membantu mereka.
Penutup
Itulah beberapa pembahasan mengenai definisi butterfly hug, yang pernah menjadi satu topik panas di masanya. Dari hal tersebut dapat kita simpulkan.
Kegiatan yang demikian walau terlihat sangat simpel, namun mempunyai efektifitas yang luar biasa. Dapat mengubah seseorang untuk bisa lebih mengontrol diri sendiri.
Serta dapat mengubah seseorang menjadi insan yang lebih baik. Menerima dan mencoba untuk bangkit dari trauma atau pengalaman buruk.
Adalah bukan suatu kesalahan, bukan juga mereka yang dianggap “cacat mental”, karena mempunyai trauma tersebut. Dan juga, orang yang demikian, bukanlah mereka yang patut untuk dikasihani.
Support kemudian menjelma. Menjadi satu kebutuhan yang lebih adil bagi mereka, ketimbang berpura-pura menjadi super hero, yang mencoba untuk menasehati.
Mengerti dan dapat memposisikan diri, tanpa menghakimi. Menjadi satu kekuatan bagi mereka untuk bisa survive, keluar, dari lubang hitam yang terus berada dalam lingkaran hidup mereka.
Yang enggan untuk pergi, padahal sudah mereka paksa. Sekian ulasan kali ini, semoga menginspirasi.
Daftar Pustaka: