HIKPEM Tetebatu Pada Irisan Sungai Jeneberang

HIKPEM

Himpunan Kreatifitas Pemuda (HIKPEM) Tetebatu dengan tagline “Tetebatu Semangat Baru” telah melaksanakan kegiatan ulang tahun pertama pada tahun 2021.I & W Organon, Organisasi.co.id

Tetebatu itu apa?

Bacaan Lainnya

Tahukah anda, Tetebatu itu nama daerah, dan harus anda ketahui bahwa jauh hari sebelum ada jembatan kembar, yang membentang di Sungai Jeneberang, maka dulu orang dari dan ke Gowa menyeberang Jeneberang di Tetebatu tersebut. Nah baru tahu kan?

Tetebatu merupakan penggalan dari kata Tete dan Batu. Tete itu jembatan, sementara Batu itu bermakna “batu itu sendiri atau keras atau terbuat dari campuran semen dan pasir”.

Tetebatu ini berada di dekat Jembatan Kembar (Twin Bridge). Ketika mengakses dari arah Makassar, setelah jembatan kembar, belok kiri sekira 1 Kilometer akan kita temukan daerah bernama Tetebatu. Lokasinya beririsan dengan Sungai Jeneberang.

Namun jika hendak mencari dimana jembatan Tetebatu tersebut, maka kita tidak akan menemuinya sekarang. Sebab jembatan tersebut telah terendam air Sungai Jeneberang yang ada sekarang. Maklum, pada zaman dahulu kala, air sungai Jeneberang tidak sedalam sekarang ini (Pasca pelebaran sungai).

Dilokasi ini berhimpun beberapa orang dewasa, remaja, dan anak-anak. Berbaur menjadi satu, dalam kondisi dunia yang terbungkus oleh selimut Milenial.

Kultur acuh biasanya melekat pada generasi milenial. Namun tidak dengan mereka yang tinggal di Tetebatu, sebab masih ada segelintir dari mereka yang meleburkan diri untuk suatu organisasi yang mereka rancang bernama HIKPEM.

HIKPEM

Nah, Hikpem itu apa?

Hikpem merupakan singkatan dari Himpunan Kreatifitas Pemuda Tetebatu, dengan demikian untuk mempermudah penyebutannya maka kita kenal dengan HIKPEM Tetebatu.

Pada 9 Juni 2020 Tahun lalu, organisasi yang semula merupakan perkumpulan anak muda beberapa orang. Dalam kondisi suasana Covid-19 saat itu, yang memaksa semua orang berkomunitas dalam lingkaran pada lingkungan dekat. Ternyata memberikan inspirasi kepada mereka untuk menyatukan diri.

Logo HIKPEM Tetebatu

Logo HIKPEM

Dengan menggunakan lingkaran sebagai bentuk dasar Logo, yang bermakna kelenturan, mereka mendesain brand mereka. Lengkap dengan Patonro sebagai khas Sombayya Ri Gowa Sultan Hasanuddin. Hal ini bermakna bahwa organisasi tersebut tidak akan meninggalkan peta budaya asli mereka sebagai orang Suku Makassar (Akkasaraki) Tulen (Gowa).

Dengan buku terbuka yang mencerminkan “literasi” bahwa melakukan sesuatu harus memiliki pondasi berpikir benar kuat terutama dalam tataran budaya.

Terdapat gambar padi yang menguning menggambarkan kesejahteraan jiwa dan raga.

Organisatoris lain baca ini: Konsep Organisasi Komunitas, Arti, Manfaat Dan Jenis

Anggota Organisais
Pengurus HIKPEM

Program Kerja

Program kerja organisasi ini, tercermin bahwa kajian budaya menjadi titik tolak utama. Mereka mengalami sebuah kegelisahan dengan kemajuan zaman yang terus menggelinding generasi saat ini.

Mereka menjawab bahwa benteng terkuat dalam menghadapi badai zaman itu adalah dengan kajian budaya. Tentu ini berhubungan dengan nilai-nilai “siri’ sipaccei”.

Tidak heran organisasi ini telah setahun menjalankan berbagai kegiatan:

  1. Menggali Nilai Budaya Gowa,
  2. Program Sosial,
  3. Kegiatan Keagamaan, dan
  4. Kemandirian.

Menggali Nilai Budaya

Jas Merah (Jangan Sekali-sekali melupakan sejarah). Organisasi ini sangat paham, bahwa dimana bumi dipijak maka disitu langit dijunjung. Mereka menapak tanah leluhur mereka, yang menjadikannya sadar bahwa leluhur mereka mewariskan budaya.

Salah satu budaya yang mereka geluti adalah Silat. Tepatnya pencak silat, sebagai warisan budaya di Kabupaten Gowa. Maklum daerah yang terkenal dengan kehebatan para pendekar dari kerajaan ini. Sebutlah misalnya Sultan Hasanuddin, I Fatimah Dg Takontu dan lain sebagainya.

Keduanya merupakan petarung yang gagah berani dalam detak jantungnya yang mengalir darah seorang pejuang. Tak akan terucap dari bibir kata “Aku menyerah kepada Belanda”. Justru mereka dengan gagah berani pula mengayunkan senjata mereka berjuang dan merobohkan lawan-lawannya, dengan silat yang mereka miliki.

Hingga hal tersebut menginspirasi organisasi untuk belajar banyak dan menggali nilai budaya. Terhitung puluhan dari mereka aktif melakukan latihan. Baik di kawasan Taeng, Tamala’lang hingga menyeberang sungai ke Parangtambung.

Membekali diri dengan menggali budaya Silat. Tentu bukan untuk tujuan “nakal” namun lebih kepada membela diri jika suatu waktu mereka butuhkan.

Organisatoris lain baca ini: 12 Organisasi Kepemudaan Indonesia

Program Sosial

Mereka tidak Rasis, mereka tidak hanya merasakan jiwa hanya sesuku Makassar. Namun lebih dari itu mereka memiliki jiwa sosialis kenegaraan.

Tahun lalu, ketika Luwu diterjang banjir dan Badai. Mereka tak menangis dan meratap, namun mereka menyelami kesedihan. Mereka ikut merasakan penderitaan saudara senegaranya di Luwu. Akhirnya dengan gotong royong mereka mengumpulkan dana untuk membantu korban banjir.

Kegiatan Keagamaan

Dan yang tidak ketinggalan dari kegiatan sosial mereka adalah memberikan tenaga dan pikiran membantu rehabilitasi Masjid pada kawasan ini. Maka jangan heran, jika mereka mendapatkan dukungan banyak dari para orangtua, terutama pengurus Masjid.

Sebab keberadaannya membawa azas manfaat pada lingkungan dimana ia berada.

Kemandirian

Ada hal unik dari komunitas ini, yakni mereka memelihara bebek petelur. Tidak tanggung-tanggung mereka telah mengambil tempat yang luas untuk menampung ratusan ekor bebek pada sekretariat Hikpem.

Sebuah langkah yang kreatif sebab dengan memanfaatkan potensi sungai, mereka menggeluti usaha tersebut. Dalam hitungan bulan, mereka akan panen telur bebek. Keren kan?

Sehingga nilai lebih dari komunitas tersebut adalah, tidak hanya duduk menghabiskan bergelas-gelas kopi dan pisang goreng yang terhidang setiap mereka ngumpul. Tapi juga mereka bergegas dengan kreatifitas produktif.

Milad Pertama Tahun 2021

Tepat pada 9 Juni 2021, mereka telah berusia 1 tahun. Mereka mengadakan kegiatan dengan menghadirkan warga sekitar. Termasuk komunitas Budaya KSATRIA. Tampak beberapa Offisial Ksatria hadir dalam acara tersebut, seperti Dg Tinri, Dg Nya’la, Dg Ngamba, Dg Siama.

Maklum komunitas KSATRIA ini merupakan komunitas yang banyak memberikan input positif.

Bertempat di sekretariat, dengan pohon yang rimbun.

Meski tak berbuah, namun pohon durian, mangga yang memayungi lokasi tersebut. Lengkap dengan kerlap kerlip lampu yang mereka pasang pada batang pohon.

Tampak kursi mereka atur berjarak (tentu untuk memenuhi standar protokol kesehatan selama pandemi Covid-19).

Pada bagian tengah ada terpal yang terhampar, menjadi ruang untuk menari dan bantingan pencak silat.

Kegiatan Milad HIKPEM

Suasana yang bermula dari sore hingga malam hari tersebut menampilkan beberapa kegiatan:

  1. Tari Padduppa
  2. Tari Mappadendang
  3. Gandarang Bulo
  4. Pencat silat
  5. Rampak Gendang
  6. Akustik
Tari Paduppa Hikpem
Kegiatan Tari Pada Haul HIKPEM (Foto: Hikpem)

Para Penari adalah:

  1. Novita Vebriani
  2. Rapika Putri Salsabila
  3. Adelia Putri
  4. Nurhidayat
  5. Nengsi Aulia Syarif
  6. Suhana
Silat Pada Kegiatan Hikpem
Pementasan Silat

Sementara sebagai pemain silat adalah:

  1. Irgi
  2. Johari
  3. Habib
  4. Sapriadi
  5. Agung Mutakabbir Albasya

Yang main di penampilan akustik

  1. Yusran (Viko)
  2. Nurhidayat
  3. Johari

Rampak Gendang

Rampak Gendang

  1. Dg. Mangung
  2. Johari
  3. Hasan
  4. Wahyu
  5. Anugrah
  6. Arkan
  7. Sugandi

Dengan menggunakan pakaian seragam komunitas yang bertema gelap dan bawahan juga gelap, mewarnai kegiatan tersebut. Mereka kompak, dan sesekali terdengar teriakan senang mereka. Hingga sesekali mereka tertawa satu sama lain.

Budaya Iye dan Mappatabe

Bisa jadi budaya iye mulai luntur. Dan Mappatabe tak lagi kita temukan kelenturannya. Namun tidak untuk di lokasi ini. Sebab mereka masih sangat memegang budaya iye dan mappatabe, menghormati orang lain.

Mereka tidak terkesan sibuk sendiri dengan kehendak pribadi mereka. Bahkan budaya saling menghargai menjadi sebuah cerminan.

Ramah dalam menyapa, dan ketika hendak meninggalkan lokasi mereka berpamitan. Tak seperti mantan yang pergi entah kemana, hehe.

Tentu budaya ini merupakan warisan leluhur yang masih betah dihati mereka, ditengah terpaan teknologi yang terus berekspansi.

Meski dengan swadaya dalam pelaksanaan kegiatan mereka. Namun mereka mampu meramu kegiatan dengan sederhana namun berkesan. Terbukti, warga sekitar betah tinggal dan menonton musik akustik. Yang mendentang dari dawai senar yang mereka petik.

Planning HIKPEM Tetebatu

Ada beberapa agenda yang mereka rencanakan. Organisasi dibawah kepemimpinan Agung Mutakabbir Albasya sebagai Ketua. Dengan Muhammad Yusran(Viko) sebagai Sekretaris dan Nurul Khofifah Sebagai bendahara, masih merancang beberapa kegiatan masa datang:

Persiapan 17an 2021

Entahlah, jika Pandemi Covid-19 dengan pembatasannya telah tercabut. Namun pada dasarnya mereka memiliki planning spektakuler pada masa datang. Yakni ingin terlibat langsung dengan perencanaan kegiatan dan event menarik dalam menyambut perayaan kemerdekaan Indonesia.

Pembersihan Sungai

Sungai yang berjarak 10 meter dari sekretariat, tidak luput dari kiriman sampah plastik yang terbawa air. Sehingga terdapat pemandangan kurang menarik.

Maka dengan hal tersebut komunitas ini berencana melakukan pembersihan bantaran sungai, serta menghimbau warga sekitar untuk tidak membuang sampah pada sungai.

Kerambah Lele

Tak hanya dengan memelihara bebek, mereka juga memiliki planning untuk memelihara lele. Dengan Kerambah. Sebagaimana ini merupakan cara memanfaatkan air sungai Jeneberang yang mengalir.

Hingga pukul 23.00 acara selesai, dan panitia menuntaskan seluruh tugas kepanitiaan mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *