Kepemimpinan Teori Kontingensi: Pakar dan 3 Penerapan

Gaya Kepemimpinan teori kontigensi
sumber: cerdasco.com

Kepemimpinan Teori Kontigensi, bagaimana penerapan dan siapa saja yang menjadi pelopor dari teori ini? Mari kita bahas! Konsep Organisasi

Teori kepemimpinan Kontigensi menjadi salah satu teori yang familiar dan sampai sekarang masih banyak menggunakan teori ini pada perkumpulan atau organisasi yang sedang berlangsung.

Bacaan Lainnya

Mengingat teori bisa kita katakan cukup fleksibel dan dapat tersesuaikan dengan keadaan, situasi, kondisi dari lingkungan yang ada.

Tapi, apakah kamu tahu bagaimana secara keseluruhan dari konsep Kepemimpinan menurut Teori Kontigensi?

Jadi lebih baik mari kita bahas selengkapnya!

Pengenalan konsep dan teori kepemimpinan kontingensi

Konsep kepemimpinan teori kontigensi
sumber: pemimpin.id

Teori Kontingensi (Contingency Theories) adalah serangkaian teori kepemimpinan yang menekankan bahwa gaya kepemimpinan yang efektif akan bervariasi tergantung pada situasi atau konteks tertentu.

Teori ini berpendapat bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang paling baik dalam segala situasi, melainkan kepemimpinan yang efektif akan bergantung pada faktor-faktor seperti tugas yang dihadapi, hubungan dengan anggota tim, kekuatan dan kelemahan individu, dan kondisi lingkungan.

Jadi pada intinya adalah, teori ini mengusung kepemimpinan bergaya fleksibel dengan menyesuaikan kondisi, situasi, bahkan hubungan antara satu dengan lainnya.

Pakar Penemu Teori Kontingensi

Penemun teori kepemimpinan kontigensi
sumber: organisasi.co.id

Sebuah teori pasti akan meredup ketika tidak ada penggiatnya untuk mempelajari lebih dalam mana yang harus terbaharui dan diperbaiki agar ke depannya bisa bermanfaat.

Begitu juga dengan teori ini yang semakin hari semakin banyak pembaharuan, dan banyak sekali pelengkap bahkan para pakar ikut mengembangkan teori tersebut.

Untuk PAKAR pertama kali dari teori ini menurut beberapa sumber, ialah psikologi dari Austria yaitu Fred Edward Fiedler.

Organisatoris lain baca ini: Karang Taruna

Yang mana beliau mulai bereksperimen dan mengerti satu titik kelemahan bahwa dalam kepemimpinan ada yang kurang mendapatkan perhatian dari beragam pihak.

Yakni dalam kepemimpinan sebenarnya bisa lebih fleksibel, bergantung pada 3 poin ciri yang ia rangkum nantinya setelah penelitian tersebut berhasil.

Hasil penelitiannya pun menjadi gerbang pertama para ilmuwan lain yang kemudian menyempurnakan Teori Kontigensi untuk metode terbaik sebagai “pilot” dalam suatu organisasi / perkumpulan yang mulai dirintis.

Dan pada intinya adalah teori ini mengajarkan kepada kita bahwa memimpin suatu organisasi/ perkumpulan harus disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.

Serta melihat sekitar seperti apa metode kepemimpinan antara karyawan satu dengan yang lain. Mungkin ada yang lebih suka dengan jenis gaya kepemimpinan delegasi, supportif, dan lainnya.

Faktor-faktor situasional yang mempengaruhi gaya kepemimpinan yang efektif.

Karena kata kuncinya adalah “efektif”, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana teori kontigensi menjadi teori kepemimpinan yang seperti dikatakan?

Apa yang menjadi faktor utama dalam mewujudkan keberhasilan suatu kepemimpinan menggunakan teori ini?

Jawabannya adalah, tergantung dengan situasi yang ada. Mengingat teori ini sangat fleksibel dan muda teraplikasikan di dunia kerja.

Nah situasi ini pun terbagi atas 3 hal, yakni:

  1. Struktur hubungan kerja antara atasan dan karyawan
    Yang mana hal ini akan sangat berpengaruh terhadap seorang pemimpin yang lebih mudah memberikan satu mandat kepada karyawan tersebut, serta lebih perhatian dengan keadaan dari karyawannya.

    Pun dengan seorang karyawan yang akan lebih segan, mengingat antara dia dengan atasanya memiliki hubungan cukup erat. Sehingga ketika diberikan mandat, mereka akan lebih sigap dan siap untuk menyelesaikannya.
  2. Struktur kerja yang ada
    Kemudian terkait dengan struktur kerja, biasanya akan berdampak kepada respek antara satu dengan yang lain, tapi ini juga biasanya menjadi boomerang bagi beberapa karyawan yang mungkin dianggap kompatibel.

    Sehingga kadang atasan bisa mendelegasikan beberapa pekerjaan yang mungkin bukan jobdesk mereka namun karena dianggap kompatibel, mereka lah yang harus mengerjakan. Dan ketika hal ini terjadi, sebelum itu ada wajibnya kamu mengerti terkait batasanmu dan mulai berlatih untuk mengatakan “tidak” kepada atasan mu dengan cara yang sopan.
  3. Kekuatan posisi
    Pun dengan kekuatan posisi dalam pekerjaan. Hal ini biasanya akan mempengaruhi seseorang tentang previlage yang ia dapatkan di dalam ranah profesionalnya. Semakin tinggi jabatannya biasanya akan setimpal dengan yang ia dapatkan.

    Dan setimpal dengan jobdesk yang harus mereka kerjakan. Mungkin ada beberapa saat kekuatan posisi ini bagus utamanya pada menjalanka satu organisasi. Namun akan menjadi boomerang ketika kemudian disalahgunakan.

Ketiga hal tersebut sangat mempengaruhi apakah kepemimpinan akan lebih baik atau malah mengalami kemunduran.

Contoh Situasional

Seperti contohnya bergantung kepada hubungan kerja antara atasan dan karyawan. Yang mungkin atasan dan beberapa karyawan ini sangat lekat hubungannya, bahkan seperti dengan keluarganya sendiri.

Hal ini biasanya akan memudahkan atasan untuk memberikan saran, masukan, dan nasihat serta apresiasi kepada mereka, karena ini di dasarkan dengan hubungan kedua belah pihak.

Namun akan sangat fatal ketika ada sedikit keretakan hubungan berupa salah paham dan sebagainya, yang tidak terselesaikan dengan cepat. Malah akan menjadi boomerang satu sama lain.

Pun dengan Struktur Kerja. Yang mana bisa jadi dari struktur kerja tersebut menimbulkan kenyamanan tersendiri bagi karyawan, sehingga seorang pemimpin bisa berkomunikasi lebih baik, karena mereka sadar bahwa mereka ahli dalam bidang yang sedang digeluti.

Model-model Teori Kepemimpinan Kontingensi.

Dalam kepemimpinan berdasarkan Teori Kontigensi, adalah menyorot bagaimana seorang pemimpin dapat menyesuaikan cara memimpin mereka kepada satu komponen dengan komponen lain dalam organisasi / perkumpulan.

Dan untuk model sendiri sebenarnya sudah terbahas di pembahasan sebelumnya. Yaitu bergantung pada 3 faktor situasional tadi.

Namun ada satu hal juga yang belum sempat terbahas, yakni mengenai gaya kepemimpinan seseorang. Model akan berkesinambungan dengan situasi serta gaya kepemimpinan yang akan mereka pilih.

Di dalam teori kepemimpinan berdasarkan Kontigensi ini, mengenal beberapa jenis gaya kepemimpinan yang dapat menjadi referensi bagi para pemimpin suatu organisasi / perkumpulan tertentu.

Antara lain:

  1. Kepemimpinan Mendelegasi
  2. Gaya Berpartisipasi
  3. Gaya Penjualan
  4. Gaya Bercerita
  5. Supportif
  6. Partisipatif
  7. Klarifikasi Direktif
  8. Berorientasi pada Prestasi
  9. Otikratis
  10. Konsultatif, terakhir
  11. Kepemimpinan dengan gaya Kolaboratif

Dari ke – 12 ciri khas kepemimpinan tersebut pasti ada kelemahan dan kelebihan yang bisa kamu jadikan referensi, serta menambah ilmu pengetahuan kamu.

Penerapan teori kepemimpinan kontingensi

Tiap teori kepemimpinan pasti ada contoh yang mudah kita analogikan, sehingga memberikan pemahaman lebih baik ketimbang menjelaskan secara teoritis dan diksinya.

Hal ini juga sama dengan teori kepemimpinan yang tercetus oleh Fiedler, yakni Kontigensi. Dalam penerapannya sendiri ada banyak dan mungkin secara tidak kita sadari, sebenarnya kita sedang menggunakan teori tersebut dalam gaya kepemimpinan kamu.

Lalu, bagaimana contohnya?:

  1. Contoh yang paling relate dengan kita adalah di bidang karir atau profesional yakni di bidang marketing. Biasanya mereka akan mendapatkan reward ketika mereka berhasil menjual satu produk, sehingga mereka bisa lebih termotivasi dengan baik, untuk memberikan kinerja lebih baik di masa depan.
  2. Selanjutnya adalah di bidang creative seperti sebagai seorang copywriter, content writer, atau pun bidang pembuatan konten untuk masalah personal branding, dan sebagainya. Biasanya yang kerap digunakan adalah gaya kolaboratif. Yang mana seorang atasan bisa berkolaborasi terkait dengan ide yang ia punya, dengan karyawannya yang mungkin lebih melek terhadap kemajuan teknologi yang ada, utamanya di industri kreatif.
  3. Yang tak kalah penting ketika menjadi seorang virtual assistant, di mana pekerjaan ini mulai marak di Indonesia, dan bahkan sudah mendunia. Gaya kepemimpinan yang kerap kita lihat, adalah pendelegasian. Mereka di delegasi untuk menyampaikan sesuatu, mengatur jadwal meeting dari atasan, dan sebagainya secara virtual. Dan otomatis mau tidak mau orang-orang yang ada di industri ini harus super cekatan, teliti, detail, dan tepat waktu pastinya.

Nah itu dia beberapa contoh dari penerapan Teori Kontigensi untuk kepemimpinan di beragam bidang, memang yang terlihat sangat jelas adalah pada bidang profesional.

Organisatoris lain baca ini: Gaya kepemimpinan teori trait

Tapi tidak menutup kemungkinan, mungkin ada juga yang di luar konteks tersebut, namun menggunakan teori ini.

Studi kasus dan analisis kepemimpinan kontingensi dalam berbagai situasi organisasi.

Studi kasus teori kepemimpinan kontigensi
sumber: gramedia.com

Lalu bagaimana jika kaitannya dengan suatu organisasi? Apalagi dengan kompleksitas yang ada, dengan begitu banyak individu dengan pemikiran berbeda-beda?

Hal tersebut memang tidak bisa terhindarkan ketika seorang pemimpin ingin Organisasinya berjalan dengan baik, tanpa adanya kendala apalagi sampai terpecah belah menjadi beberapa kubu.

Makanya untuk teori ini bisa dibilang penting untuk di terapkan dalam Organisasi. Seperti contoh kasus ada penelitian yang berlangsung pada suatu daerah di Kota Bandung.

Dalam penelitian tersebut lebih menitikberatkan tentang keefekifitasan kepemimpinan Camat dengan menggunakan teori Kepemimpinan dari Fiedler yakni Kontigensi.

Hasilnya adalah dalam penelitian itu memberikan hasil bahwa suatu keefektifan Kepemimpinan dari Camat tersebut berhasil ketika menggunakan teori tersebut dengan gaya kepemimpinan yang memperhatikan hubungan antara satu dengan lainnya.

Ini dianggap dapat memudahkan seorang pemimpin mendelegasikan suatu perintah kepada karyawannya, serta karyawan bisa merasakan lebih dekat dengan pemimpin mereka.

Dan hal tersebut terlihat dari hasil pengumpulan data yang sebagian besar mengatakan demikian.

Kesimpulan

Itulah beberapa pembahasan mengenai Kepemimpinan berdasarkan Teori Kontigensi. Yang mana dalam beberapa pembahasan tersebut bisa kita tarik semua bahwa dalam memimpin satu kelompok, organisasi, dll ada baiknya memperhatikan situasi dan keadaan yang ada.

Hal ini dapat memudahkan kamu sebagai pemimpin mencari gaya kepemimpinan terbaik yang seperti apa. Sehingga Organisasi yang kamu pimpin dapat berjalan lebih baik dari waktu ke waktu.

Apalagi sampai membuat tujuan tercapai dengan sempurna, dan cepat serta tepat. Bukankah akan menjadi satu pencapaian yang sangat baik bagi kamu di masa depan?

Organisatoris lain baca ini: Dampak masif korupsi

Bahkan mungkin Organisasi yang kamu pimpin bisa lebih berjaya, terus maju, berinovasi agar lebih bermanfaat bagi banyak orang.

Untuk kamu yang suka dengan topik pembahasan serupa, bisa langsung mampir ke website kita ya!

—————————————

Tambahan

Beberapa pakar yang terkait dengan teori kepemimpinan kontingensi antara lain:

  1. Fred Fiedler: Fiedler mengembangkan Teori Kontingensi Fiedler yang mengatakan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung pada kesesuaian antara gaya kepemimpinan seseorang dan situasi yang dihadapi. Menurutnya, ada dua gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu kepemimpinan tugas-orientasi dan kepemimpinan hubungan-orientasi.
  2. Hersey dan Blanchard: Hersey dan Blanchard mengembangkan Teori Kondisional atau Teori Kepemimpinan Berdasarkan Perilaku yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang efektif akan bervariasi tergantung pada tingkat kematangan atau kemampuan anggota tim. Mereka mengidentifikasi empat gaya kepemimpinan, yaitu memberi instruksi, memberi dukungan, berpartisipasi, dan memberi delegasi.
  3. Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard: Hersey dan Blanchard mengembangkan Teori Kondisional atau Teori Kepemimpinan Berdasarkan Perilaku.

    Yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang efektif akan bervariasi tergantung pada tingkat kematangan atau kemampuan anggota tim. Mereka mengidentifikasi empat gaya kepemimpinan, yaitu memberi instruksi, memberi dukungan, berpartisipasi, dan memberi delegasi.
  4. Victor Vroom dan Philip Yetton: Vroom dan Yetton mengembangkan Model Pengambilan Keputusan Partisipatif.

    Yang fokus pada bagaimana pemimpin melibatkan tim anggota dalam proses pengambilan keputusan. 

    Model ini mempertimbangkan faktor-faktor situasional seperti pentingnya kualitas keputusan, tingkat keterlibatan anggota tim, dan tingkat kepercayaan dalam pengambilan keputusan.
  5. Robert House: Robert House mengembangkan Teori Jalan Keberhasilan (Path-Goal Theory) yang menekankan bahwa pemimpin harus memberikan dukungan dan arahan yang sesuai dengan kebutuhan bawahan untuk mencapai tujuan.

    Ia mengidentifikasi beberapa gaya kepemimpinan seperti pemimpin yang mendukung, pemimpin yang partisipatif, pemimpin yang memberi arahan, dan pemimpin yang berorientasi tugas.

sumber:

  1. betterup.com
  2. helpfullprofessor.com
  3. Doli Tua Mulia Raja Panjaitan, dan Dearma Sariani Siaga, Efektifitas Gaya Kepemimpinan Camat di Kecamatan Cidadap Kota Bandung, Jurnal Governance Opinion Vol 4, No 1, 2019

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *