Olahraga Panahan Sejak 5000 Tahun Lalu

Olahraga Panahan
Olehraga Panahan, Induk Nasional dan Internasional (Foto: Mldpot)

Mengenal Olahraga Panahan Sebagai Salah Satu Cabor (Cabang Olahraga), bagaimana kajian Islam, induk organisasi Nasional dan Dunia mengenai olahraga tersebut?Riska Putri, Olahraga – Organisasi.co.id

Pada era Mesolitik yang bergulir 5.000 tahun lalu, manusia purba mengandalkan kemampuan memanah untuk berburu dan mendapatkan makanan.

Bacaan Lainnya

Tak hanya itu, panahan juga berjasa dalam mempertahankan hidup manusia dari serangan predator.

Seiring bekembangnya peradaban, panahan berubah menjadi senjata tempur andalan saat manusia harus bertarung dengan sesamanya. Alat ini tak ubahnya kunci memenangkan peperangan karena senjata ini memungkinkan pasukan menumbangkan musuhnya dari jarak yang aman.

Ilustrasi Memanah Masa Lampau
Kehidupan Masa Lampau, Dengan Aktifitas memanah (Foto: Ilus)

Panahan juga bertalian erat dengan kebudayaan manusia. Hal ini bisa terlihat dari maraknya karya sastra dan mitologi yang menceritakan tokoh penting yang memiliki kemampuan prima dalam memanah. Contohnya, dewi Apollo dan Odiseus dalam mitologi Yunani Kuno, Robin Hood dalam cerita karya sastra Inggris klasik, dan Catnis Everdeen dalam novel fiksi modern.

Hal ini membuat panahan, baik sebagai skill mempertahankan diri dan tidak pernah luntur pamornya. Lalu bagaimana dengan memanah sebagai cabang olahraga? Artikel ini akan membahasnya secara menyeluruh.

Organisatoris lain baca ini: Induk Organisasi Dunia Olahraga, 71 Nasional Dan Internasional

Sejarah Panahan Dunia dan Indonesia

Bukti-bukti tentang penggunaan busur dan panah sebagai senjata dapat kita temukan pada berbagai relik yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Salah satunya adalah relik berupa busur dan panah yang berasal dari Zaman Batu (sekitar 20.000 tahun sebelum masehi).

Benda purba ini menunjukkan manusia pada masa itu telah menggunakan seni panahan sebagai senjata dan alat mempertahankan diri dari serangan binatang buas.

Beberapa ribu tahun setelahnya, tepatnya pada tahun 1027 SM, sebuah literatur menceritakan bahwa para bangsawan di Tiongkok menghadiri turnamen panahan yang terselenggarakan oleh Kaisar secara rutin.

Sejarah memanah
Sejarah Memanah (Foto: Syamsun)

Acara ini memiliki selingan dengan musik dan hiburan persembahan para penari dan pemusik istana.

Kebiasaan itu menjadi titik balik seni panahan yang sebelumnya memiliki keterkaitan erat dengan perang dan pertumpahan darah, menjadi sebuah seni aristokratis yang elegan dan memiliki sisi romantis.

Organisatoris lain baca ini: Olahraga Bela Diri, 19 Jenis Untuk Para Wanita Karier

Eksodus Jepang Ke Tiongkok

Eksodus masyarakat Tiongkok ke Jepang yang terjadi pada abad ke-6, turut serta membawa seni panahan ke ke negeri matahari terbit itu.

Hal ini memberikan warna baru pada kebudayaan tradisional Jepang. Salah satu budaya tradisional yang tercipta karena pengaruh ini adalah “Kyudo”, sebuah seni yang menitkberatkan pada perkembangan fisik, moral, dan spiritual.

Sejak saat itu, kegiatan memanah mulai terkenal luas di seluruh dunia dan terus berevolusi sebagai salah satu bentuk olahraga yang menjadi kompetisi.

Kompetisi panahan pertama di era modern adalah Kompetisi Panahan Finsbury yang terselenggara di Inggris pada tahun 1538.

Acara ini tersambut dengan gagap gempita dan peserta sebanyak 3.000 orang peserta.

Organisatoris lain baca ini: 7 Teknik Olahraga Gulat Amatir, Dan Induk Nasional & Dunia

Masuknya Panahan Di Indonesia

Di Indonesia sendiri, popularitas memainkan busur dan anak panah sebagai cabang olahraga kompetitif bermula pada tahun 1948.

Waktu itu, kegiatan memanah memulai debutnya sebagai salah satu nomor yang masuk lomba dalam Pekan Olahraga Nasional pertama (PON I).

Popularitas memanah sebagai olahraga kompetitif pun terus menanjak secara perlahan di Indonesia.

Hal ini awal berdirinya Persatuan Panahan Indonesia (PERPANI) pada tanggal 12 Juli 1953 di Yogyakarta yang peresmiannya oleh Sri Paku Alam VIII.

Kejuaraan panahan nasional pertama di Indonesia pun sukses terselenggara 6 tahun setelahnya, yaitu pada tahun 1959 dan bertempat di Surabaya.

Meskipun popularitas cabang olahraga memanah tak pernah padam, namun bisa kita bilang kegiatan memanah tidak sepopuler cabang olahraga lainnya seperti Sepak Bola, Bulu Tangkis, atau Bola Basket.

Salah satu faktor penyebabnya adalah sulitnya akses mendapatkan busur dan anak panah serta permasalahan teknis terkait penyelenggaraan.

Ini menyebabkan bermain panah menjadi olahraga yang bernuansa eksklusif karena hanya bisa kita lakukan di tempat tertentu dan oleh orang tertentu saja.

Berbanding terbalik dengan sepak bola yang bisa kita lakukan kapan saja, dimana saja. Dengan murah meriah pula.

Filosofi Memanah Dalam Islam

Bukanlah rahasia bahwa peradaban Islam lebih dulu unggul dalam menciptakan inovasi di berbagai bidang.

Ketika bangsa Eropa masih terjerat dalam “Era Kegelapan”, peradaban Islam telah berhasil menciptakan berbagai penemuan di bidang budaya, ilmu pengetahuan, seni, ilmu farmasi, psikoterapi, hingga astronomi.

Bahkan, di bidang kedokteran pun para ilmuwan Islam telah lebih maju dengan penemuan berbagai teori kedokteran. Teknik anestesi, dan praktik pembedahan yang telah mereka lakukan sejak ratusan tahun sebelum para ilmuwan barat mulai bergerak ke arah tersebut.

Hal yang sama terjadi pada seni memanah. Sejak dulu, para ilmuwan Islam sangat menganjurkan agar para pemuda mempelajari dan mengembangkan ilmu panahan karena memberikan banyak manfaat bagi kemaslahatan umat manusia.

Memanah memang mengakar dalam kebudayaan Islam sejak masa Nabi Adam AS d iutus Allah SWT untuk menjadi khalifah pertama di dunia. Di kisahkan bahwa Allah SWT mengutus Malaikat Jibril untuk memberikan busur dan dua buah anak panah kepada Nabi Adam AS.

Beliau pun menggunakan kedua benda itu untuk membunuh seekor burung yang mencuri tanaman miliknya.

Hingga zaman Nabi Ismail AS, yang merupakan Rasul dengan kehebatannya memanah.

Olahraga panah semakin menempati posisi istimewa di hati umat Islam tatkala baginda Rasulullah SAW pun mempopulerkan dan menggalakannya.

Maka tak heran keahlian memanah pasukan kaum Muslimin memberikan sumbangsih besar dalam memetik kemenangan di berbagai medan perang. Berkat kemenangan-kemenangan gemilang itu, Islam pun berhasil tersebarluaskan ke seluruh dunia.

Dari dapat kita simpulkan bahwa filosofi panahan bagi kaum Muslimin adalah seni untuk mempertahankan diri, membantu penyebaran ajaran Islam, serta sebagai kasih karunia Allah SWT kepada hambanya yang tersampaikan secara langsung melalui perantaraan Malaikat Jibril.

Hadits Tentang Memanah

Selain mengandung filosofi yang indah, terdapat pula beberapa hadits yang menjelaskan betapa istimewanya seni memanah bagi umat Islam. Riwayat dari Uqbah bin Amir Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda di atas mimbar:”

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْىُ أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْىُ أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْىُ

Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka. Ketahuilah, sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah. Ketahuilah, sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah. Ketahuilh, sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah

Hadits lainnya tentang memanah, Riwayat oleh HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah, di shahihkan oleh Syaikh Al-Albani, Rasulullah SAW bersabda:

ارْمُوا وَارْكَبُوا وَإِنْ تَرْمُوا خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَرْكَبُوا

Memanah dan berkudalah, dan kalian memanah lebih aku sukai daripada berkuda.

Selain hadits, terdapat pula hikayat mengenai keterikatan perkembangan peradaban Islam dengan seni memanah. Pada masa Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin, keterampilan memanah menjadi kunci utama kemenangan tantara Islam dalam berjihad dan menggaungkan Islam di Jazirah Arab.

Dalam kisah lain, kepiawaian memanah di yakini menjadi kunci kemenangan pasukan yang di pimpin Sultan Muhammad Al-Fatih. Saat berjihad untuk merebut Konstantinopel dari jajahan orang-orang fasik pada abad ke-14.

Dalam operasi penaklukan itu, pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih terlebih dahulu berenang mengarungi Selat Bosphorus. Kemudian berkuda sembari melepaskan ribuan anak panah untuk mengobrak-abrik pertahanan pasukan musuh hingga kemenangan akhirnya ia peroleh.

Organisatoris lain baca ini: Sejarah Dan Induk Olahraga Dayung

Induk Organisasi Olahraga Panahan Indonesia

Pendirian Persatuan Panahan Indonesia (PERPANI) atas prakarsa Sri Paku Alam VIII menjadi titik tolak melambungnya perkembangan olahraga atlit panah di Indonesia.

PERPANI berperan sebagai satu-satunya badan nasional yang bertanggung jawab atas perkembangan dan kemajuan olahraga panah di Indonesia.

Logo Perpani Olahraga Panahan Indonesia
Logo resmi persatuan panahan Indonesia/PERPANI (Foto: Diponegoro)

Selain berperan besar sebagai pencetus PERPANI, Sri Paku Alam VIII juga menjabat sebagai Ketua Umum induk organisasi panahan/PERPANI selama dua puluh empat tahun, yaitu sejak berdiri pada 1953 hingga 1977.

Selama kepemimpinannya, Sri Paku Alam VIII berhasil membuat PERPANI mendapat sebagai anggota induk organisasi olahraga panah dunia yakni Federation International de Tir L’Arc (FITA) pada tahun 1959.

Cabang olahraga panah berulang kali sukses menyumbang medali emas dan menggaungkan nama Indonesia dalam kompetisi olahraga internasional.

Di level Asia Tenggara, para pemanah di bawah naungan PERPANI tidak pernah luput mempersembahkan medali emas dalam ajang SEA Games setiap dua tahun sekali.

Pada hari Rabu, 20 Mei 2020 lalu, Ketua Umum Komite Olahraga Nasional (KONI) melantik dan mengukuhkan Pengurus Besar PERPANI masa bakti 2018-2022.

Kepengurusan baru pimpinan Illiza Sa’duddin Djamal ini menjadi harapan, dapat mempertahankan sekaligus mengembangkan olahraga panahan Indonesia agar semakin bersinar gilang gemilang.

Setelah pelantikan secara virtual tersebut, Illiza mengungkapkan harapannya agar atlet Indonesia dapat untuk menorehkan prestasi tertinggi pada ajang Olimpiade Tokyo 2021 mendatang.

Induk Organisasi Olahraga Panahan Dunia

Di tingkat Internasional, atlet dan olahraga panah dinaungi oleh The World Archery Federation (sebelumnya dikenal dengan nama FITA: Federation Internationale De Tir A L’arc). Ini merupakan ibu kandung dari para atlit panah dunia.

Logo The World Archery Olahraga Panahan
Logo The World Archery (Foto Wolrdarchery)

Badan internasional yang bertanggung jawab dalam pengembangan olahraga panahan ini didirikan pada tanggal 4 September 1931 di Lwow, Polandia.

Pada saat pendiriannya, badan ini hanya beranggotakan tujuh negara yaitu; Perancis, Cekoslowakia, Swedia, Polandia, Amerika Serikat, Hungaria, dan Italia.

Ketujuh Negara tersebut mendirikan FITA dengan cita-cita besar untuk mengembangkan olahraga panahan dan mengembalikan olahraga panahan menjadi salah satu nomor pertandingan di ajang Olimpiade.

Logo FITA
Logo Resmi, FITA sebelum berdirinya World Archery: WA (Foto:Pinclip)

Sempat vakum dari ajang Olimpiade selama 52 tahun, FITA akhirnya berhasil membawa olahraga panah kembali menjadi salah satu nomor lomba pada penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas tahun 1972.

Pada perayaan ulang tahunnya yang ke 80, mayoritas anggota kongres organisasi yang terdiri dari 156 federasi negara-negara di dunia, sepakat mengubah nama organisasi ini menjadi The World Archery Federation (WA).

Selain bertanggung jawab atas pengembangan olahraga panah secara global, organisasi ini juga memiliki peranan krusial dalam penyelenggaraan berbagai ajang kompetisi panahan di seluruh dunia, serta menghitung dan mengumumkan ranking tahunan atlet panah baik secara individu maupun sebagai bagian dari negara asalnya.

Saat ini, WA dibawah pimpinan Uğur Erdener sebagai presidennya bertanggung jawab secara langsung sebagai penyelenggara 8 kompetisi internasional yang diadakan setiap 2 tahun, sebagai berikut:

  1. World Target Championships
    – World Outdoor Archery Championships
    – Indoor Archery Championships
  2. World Field Archery Championships
  3. W3D World 3D Archery Championships
  4. World Ski Archery Championships
  5. World Para Archery Championships
  6. WYAC World Youth Archery Championships
  7. World University Archery Championships

Daftar Pustaka

  1. Backwell, Lucinda, Bradfield, Justin, Carlson, Kristian J., Jashasvili, Tea, Wadley, Lyn, and d’Errico, Fransesco. 2018. The Antiquity of Bow-and-Arrow Technology: Evidence from Middle Stone Age Layers at Sibudu Cave. Cambridge: Cambridge University Press.
  2. Paterson, W. F., 1966. The Archers of Islam Volume 9: Issue 1-2. Leiden: Brill Publishers.
  3. Purnama, Yulian. 2015. Anjuran Berlatih Memanah dan Menembak. https://muslim.or.id/13849-anjuran-berlatih-memanah-dan-menembak.html. Diakses pada 28 Desember 2020.
  4. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/7.Panahan.pdf. Diakses pada 28 Desember 2020.
  5. Didier, Mieville. 2011. World Archery Communications. FITA Communication.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar