Intonasi Salam Dan Mukaddimah (muqoddimah) Singkat Untuk Sambutan Dan Ceramah MC Formal Non Formal, penggunaan tekanan suara yanmg tepat untuk kegiataan keagamaan. Organisasi sosial maupun birokrasi (pemerintahan).
Terdapat perbedaan Intonasi Dalam memberikan salam maupun Muqaddimah pada saat menjadi Penceramah, Sambutan maupun MC Formal dan Informal.
Seorang yang mendapatkan tugas menjadi Master of ceremony maupun menjadi penceramah, sambutan dan sebagainya kita harus memiliki kemampuan untuk membedakan.
Bagaimana tekanan suara pada saat memberikan salam maupun muqoddimah pembukaan yang baik dan benar. Pembahasan lengkap mengenai pembahasan intonasi telah tertulis pada artikel: Komponen Intonasi Saat Berbicara: Ada 7 Hal Penting.
Adapun artikel ini akan membahas perbedaan utama penggunaan tekanan suara pada acara resmi dan tidak resmi. Serta mengenai cara penempatan pitch (nada), power, tempo dan Artikulasi. Sebab penggunaan dari keempat komponen tersebut akan mencerminkan kegiatan tersebut formal maupun informal.
Persaaman dan Perbedaan Acara Formal Informal
Formal adalah resmi, informal adalah antonimnya yakni tidak resmi, namun terkadang kita tidak bisa membedakan antara acara formal dan nonformal.
Apakah ceramah merupakan acara formal? Nah bingung kan menjawabnya? Untuk hal ini maka kajian mengenai formal non formal kita bagi dalam 2 hal, yaitu kajian keorganisasian dan kajian acara itu sendiri.
Kajian Keorganisasian
Perbedaan dari acara formal dan informal, dalam hal keorganisasai yakni:
- Legalitas: Organisasi formal, memiliki izin resmi dari pemerintah, berupa pengakuan dari Kementrian hukum dan HAM (Dasar hukum Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan atau UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas). Sementara itu organisasi informal tidak memiliki izin resmi.
- Periode Dan Pemilihan Pengurus: Periodisasi organisasi formal memiliki batas, sehingga dalam waktu tertentu melakukan pemilihan dengan persidangan maupun penunjukan. Sedangkan organisasi tidak resmi biasanya tanpa batas waktu pengurus.
- Pelantikan Pengurus, organisasi yang non formal biasanya tanpa pelantikan, sementar pada sebuah lembaya yang resmi selalu melakukan pelantikan pada periode kepengurusan.
- Keikutsertaan Dalam Program Pemerintah: sebagaimana telah mendapatkan pengakuan dari pemerintah, maka instansi negeri pada seluruh wilayah Indonesia berhak membangun kerjasama dengan wadah formal tersebut. Dalam hal pelaksanaan kegiatan (program pemerintah).
- AD ART (anggaran dasar dan rumah tangga): tentu saja pada lembaga yang resmi memiliki aturan berupa anggaran dasar dan rumah tangga, sementara pada lembaga tidak resmi tidak menjadi keharusan.
Selain perbedaan tersebut, maka keduanya memiliki persamaan, yakni:
- Pengurus dan tujuan, kedua organisasi tersebut tidak akan berdiri tanpa pengurus dan tujuan pendiriannya.
- Memiliki kop surat, stempel dan logo: sebenarnya, yang berhak memiliki logo hanya yang resmi, namun karena kontrol terhadap pendirian organisasi non formal dinilai tidak ketat, sehingga mereka juga membuat logo untuk ciri khas organisasi mereka.
- Sekretariat, meskipun tidak mendapat pengakuan negara, biasanya organisasi tidak resmi memiliki sekretariat (basecamp) untuk berkumpul para pengurus.
- Pemandu Kegiatan: Dalam hal kegiatan, baik organisasi formal maupun informal, memiliki pemandu acara atau panitia pelaksana kegiatan.
Kajian Acara
Nah kita sampai pada mengkaji sebuah acara, apakah masuk kategori resmi atau tidak?
Setelah mengetahui persamaan dan perbedaan lembaga resmi dan tidak resmi, maka selanjutnya kita mengkaji sebuah acara, apakah itu resmi atau tidak.
Pembahasan ini ada kaitannya dengan sifat organisasi formal/informal. Bahwa yang melakukan kegiatan formal hanyalah organisasi formal.
Maksudnya: kegiatan formal adalah identik dengan lembaga formal.
Sementara semua kegiatan organisasi tidak resmi pasti informal.
Apakah bisa organisasi tidak resmi menyelenggarakan kegiatan resmi?
Tidak bisa.
Apakah bisa kegiatan tidak resmi diselenggarakan oleh organisasi formal?
Bisa.
Maka keuntungan dari sebuah organisasi resmi adalah menyelenggarakan kegiatan formal dan informal.
Kegiatan formal seperti: pelantikan, musyawarah pemilihan.
Kegiatan informal seperti: ceramah, pagelaran musik, sayembara dan sebagainya.
Sampai pada bagian ini tentu kita sudah paham, kategori sebuah acara yang formal dan informal, bukan?
Intonasi Salam Dan Muqoddimah Kegiatan Formal dan Formal
Suatu acara formal maupun non formal akan tergambar pada kegiatan yang mereka selenggarakan. Namun harus kita ingat kembali, bahwa penyelenggara kegiatan informal adalah organisasi tidak resmi, namun bisa juga diselenggarakan oleh organisasi formal.
Sementara acara yang formal hanya oleh lembaga resmi.
Jika saja anda mendapatkan undangan untuk menjadi MC, kedepannya sudah bisa membedakan bukan? Apakah ini acara yang formal/informal.
Salam Dan Muqoddimah Acara Resmi
Ucapan Salam Pembuka
Karena resmi maka pemerintah biasanya turut serta dalam kegiatan memberikan sambutan. Adapun salam pembuka untuk acara resmi maka kita mengikuti standar nasional:
Assalamu Alaikum War. War.
Salam sejahtera bagi kita semua (Kristen),
Shalom (Katolik),
Om Swastiastu (Hindu),
Namo Buddhaya (Buddha) dan
Salam Kebajikan (Konghucu).
Redaksi diatas merupakan “format”salam secara nasional. Dalam kegiatan resmi dipakai, terutama oleh pihak pemerintah, misalnya: presiden, menteri, gubernur hingga kepala desa.
Bisa jadi, tulisan ini mendapatkan pertanyaan? Kenapa menggunakan salam berbagai agama, saya kan beragama Islam. Dan haram menggunakan salam agama Kristen, Hindu maupun Buddha, karena dengan salam tersebut itu berarti saya memohon kepada tuhan mereka?
Untuk pertanyaan ini silahkan baca pada link resmi pemerintah yah: Salam Lintas Agama Syubhat, Benarkah?
Muqoddimah (Mukadimah)
Muqodimah merupakan kalimat rasa syukur kepada Tuhan, sebagaimana muslim membacakan beberaoa contoh muqodimah saat memulai pembicaraan setelah mengucapkan salam.
Pemilihan mukodimah, sesuaikan panjang dan singkatnya waktu yang tersedia persesi. Namun ada beberapa kalimat pembuka (mukodimah) rasa syukur yang bisa kita pergunakan. Sebagai berikut:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ
Bacaan, Alhamdulillaahil ladzii kaana bi’ibadihi khabiiran bashiraa, tabaarokal ladzii ja’ala fis samaa’i buruujaw waja’ala fiihaa sirojaw waqomarom miniira. Asyhadu an-laa ilaa ha-illallah, wa asy-hadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuluh, alladzii ba’atsahu bil haq basyiiraw wanadziiroo. Wa da’iyan ilal haqqi bi’idznihi wa sirojam muniiraa. Allahumma shalli ‘alaihi wa’alaa alihi wa shohbihi wa sallim tasliman katsiroo. Amma ba’du.
Artinya:“Segala puji bagi Allah, yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat hamba-hambanya, Maha suci Allah, Dia-lah yang menciptakan bintang-bintang di langit, dan dijadikan padanya penerang dan Bulan yang bercahaya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, yang diutus dengan kebenaran, sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, mengajak pada kebenaran dengan izin-Nya, dan cahaya penerang bagi umatnya. Ya Allah, curahkan sholawat dan salam bagi nya dan keluarganya, yaitu doa dan keselamatan yang berlimpah.“
Mukadimah Singkat
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أََمَّا بَعْدُ
Bacaan, Bismillahirrohmanirrohiim. Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, was-sholaatu wassalaamu ‘alaa asyrofil anbiyaa-i wal mursaliin, sayyidina muhammadin, wa’ala alihi wa’ashabihi aj’ma’iin, Amma ba’du.
Artinya: Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat dan salam semoga tercurah pada pemimpin para nabi dan rasul, baginda kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat-sahabat beliau. Sumber: Beritaku.Id.
Beberapa pembukaan lainnya yang bisa kita temukan dari berbagai sumber.
Salam Dan Muqoddimah Acara Tidak Resmi
Pada acara yang tidak formal, maka pengucapan salam tidak sekaku dengan acara yang resmi.
Meskipun tidak menjadi keharusan menggunakan salam pembuka lengkap secara nasional yang ada pada penjelasan sebelumnya.
Boleh memilih salah satunya, misalnya pada ceramah agama Islam, maka salamnya adalah Assalamu Alaikum War. Wab.
Atau pada acara pentas seni, Assalamu Alaikum, Hello apa kabar semua?
Atau
Selamat siang, mas bro dan Mba Sis.
Tentu penyebutan mas bro dan mba sis boleh kita pergunakan pada acara yang tidak resmi. Namun tidak bisa pada acara resmi.
Bisa anda bayangkan jika acara resmi kenegaraan. Kemudian tiba-tiba Master Of Ceremony menyapa Presiden dan para hadirin dengan sapaan begini”.
Bapak Presiden, Mas Bro dan Mba Sis yang hadir di Istana, Helllow apa kabar semua, hari ini akan kita masuki acara spektakuler pengibaran bendera merah putih.
Jika seandainya anda yang menjadi presiden, apakah anda pecat MC tersebut? Hehe menghayal. Anda tidak bisa memecat sebab anda belum jadi presiden. Hhh
Lanjut.
Salam pembuka acara tidak resmi itu bebas saja, menyesuaikan dengan tema kegiatan.
Hallow Guys, Hellow Bro, Selamat Siang Semua.
Muqoddimah Pada Acara Non Formal
Mengkondisikan, pada acara keagamaan, pasti menggunakan mukaddimah. Sementara pada kegiatan sosial maupun pagelaran seni. Biasanya tidak memakai mukadimah.
Sampai disini apakah sudah memahami perbedaan antara formal dan normal? Serta bagaimana bentuk (formulasi) salam pada kegiatan keduanya. Selain itu, bagaimana menggunakan mukadimah baik singkat maupun panjang pada pembukaan. Ceramah, sambutan maupun sebagai MC.
Latihan Intonasi MC Acara Formal: Salam dan Muqoddimah
Pada acara formal, dengan intonasi yang memiliki beberapa perbedaan atau ciri khas, baik salam maupun dengan mukadimah menarik. Agar tidak membosankan para hadiri.
Latihan intonasinya adalah dengan memberikan tekanan dan getaran pada dada atas (Antara ulu hati dengan fharinx atau bagian leher atas).
Suaranya memiliki tekanan berbeda. Dari salam, mukaddimah hingga selesainya acara.
Dalam melakukannya, maka kita harus berlatih menggunakan pernafasan dada. Dan menggunakan otot perut dan dada untuk membantu vibrasi.
Sementara untuk acara non formal, sebagai MC menggunakan tekanan pada bagian leher, untuk menghasilkan suara yang sesuai.
Sebab pada saat menjadi MC non formal seperti kegiatan seni, menggunakan tempo (kecepatan) yang tinggi. Sehingga ketika kita menggunakan model tekanan pada dada, selain penempatan yang kurang tepat, hal itu juga menggunakan energi yang terlalu tinggi.
1 Komentar