Bulu Tangkis: Polemik Final Lomba Internasional 2021

Bulu tangkis
Bulu tangkis (Foto: mediaindonesia.com)

Bulu tangkis. Satu cabor yang di satu sisi menjadi hal emas terbaru bagi Indonesia, namun di sisi lain, cabor tersebut mengalami banyak polemik di tahun 2021, terutama pada kancah Internasional. Berikut ulasannya. Ayu Maesaroh, Olahraga – organisasi.co.id

Sejak adanya beragam problematika yang menyenggol olahraga bulu tangkis di tanah air. Rasanya menjadi satu kelegaan, ketika ada begitu kabar baik yang menyertai dari para atlet kebanggaan Indonesia.

Bacaan Lainnya

Hal tersebut pula yang kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi berbagai orang dengan latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Untuk mengasah kemampuan mereka dalam ajang olahraga tersebut.

Serta penuh harapan agar dapat menjadi kebanggaan Indonesia selanjutnya di generasi masa depan. Seperti salah satu anak dari pemusik legenda dari band Sheila On 7, Duta.

Beberapa literatur banyak membahas tentang tekad dari anak sang vokalis, yang lebih suka untuk mengambil jalur masa depannya sendiri, sebagai atlet profesional bulu tangkis.

Ialah Bima Al Ayman, yang kini telah ikut berada pada naungan pendidikan bulu tangkis di PB Djarum. Ia sudah menekuni dan debut sebagai atlet profesional saat usianya 6 tahun.

Remaja tersebut sekarang sudah berkembang dengan berbagai keterampilan yang dimiliki, termasuk kesiapannya dalam menghadapi berbagai tantangan, ketika harus beradu keahlian dengan lawan.

Ketika berada pada perlombaan bulutangkis tingkat nasional maupun Internasional. Dan bagi kamu yang ingin seperti Bima, tidak ada salahnya jika ikut membahas dan memahami beberapa hal berikut mengenai cabor yang kini, menjadi primadona di tanah air.

Bulu Tangkis dan Polemik Final Lomba Internasional 2021

Pasalnya cabor bulutangkis menjadi salah satu primadona di Indonesia, nyatanya dalam perkembangan untuk menjadi cabor yang lebih maju, tidak semudah yang ada di angan-angan.

Beragam polemik, mulai dari ketidakadilan dalam memberikan sanksi terhadap para pemain saat wabah covid-19 terus melanda dan entah kapan akan usai.

Serta beragam kasus lain yang berbuntut dengan penutupan akun resmi dari salah satu penyelenggara pertandingan cabor tersebut.

Benar, polemik All England 2021 yang bahkan sampai sekarang tidak bisa kita lupakan begitu saja, sebagai warganegara Indonesia.

Nampaknya hal tersebut juga akan terus membekas, ketika dalam berbagai pers di masa itu, seorang pebulu tangkis nasional Greysia Polii.

Mengkritik habis terkait hal tersebut, dan meminta kepada organisasi bulutangkis tingkat dunia, untuk segera mengambil sikap agar hal tersebut tidak lagi terjadi di masa depan.

Tetapi, bukan hanya itu polemik daripada jadwal final, yang pernah terjadi dan dialami oleh timnas bulutangkis Indonesia, di 2021 ini.

Selang beberapa permasalahan tersebut, datang kembali pada ajang perlombaan India Open 2021, yang tergelar pada bulan Mei lalu.

Melansir dari sportfeat.bolasport.com, Tim nasional bulutangkis Indonesia, diharuskan untuk menepati jadwal, terutama masalah protokol kesehatan.

Hal ini, menjadi alasan untuk tidak terulang lagi peristiwa All England terjadi, dan akan merugikan tersendiri bagi pihak dari tim nasional Indonesia.

Begitulah polemik yang menjadi gonjang-ganjing perbulutangkisan Indonesia. Dalam perjalanan penuh lika-liku, dan harus sesegera mungkin dituntaskan, agar tidak mendapatkan pahit yang sama, walau di acara yang berbeda.

Tapi, apakah sepenting itu bulutangkis Indonesia, di mata publik?


Bulu Tangkis di Mata Publik

Bulu tangkis adalah
Supporter bulutangkis Indonesia (Foto: antarafoto.com)

Padahal masyarakat sangat paham bagaimana Indonesia, mempunyai beragam cabor yang dapat dibanggakan. Mereka juga menyabet berbagai penghargaan.

Atas prestasi yang telah mereka capai, selama dalam kurun waktu debut mereka menjadi seorang atlet profesional kebanggaan Indonesia.

Tapi jika ditanya sepenting apa bulutangkis di mata publik? Sebenarnya sama pandangannya dengan jenis cabor lain. Mereka para atlet mempunyai kesulitan masing-masing dalam menaklukan suatu lawan.

Menjadi yang terdepan, serta berusaha membanggakan nama bangsa di kancah Internasional. Ibaratkan Elang, yang ingin terkenal menjadi satu hewan yang terkuat di udara.

Mereka harus mengambil resiko mengintai seperti menjadi mangsa dari berbagai oknum manusia yang ingin mengoleksi mereka.

Kemudian menerjang angin, sungai, badai, untuk membuatnya lebih terbiasa, ketika harus terbang lebih tinggi lagi, atau lebih landai.

Kemampuan itulah yang menjadikan mereka penting, karena tidak semua burung, dapat menjadi seekor elang yang sangat luar biasa kuat.

Sama halnya dengan bulutangkis, atau pun cabor lain. Mereka sangat penting, terutama para atletnya. Yang mempunyai skill atau pun kemampuan berbeda-beda.

Entah dari sisi strategi, kemampuan skill dalam menguasai beberapa teknik, hingga membuat mereka menjelma, menjadi kebanggaan Indonesia.

Organisatoris lain baca ini: Induk Organisasi Dunia Bulutangkis, 9 Negara Pendiri

Sungguh, bukankah sebenarnya seorang yang mempunyai title sebagai “atlet” kebanggaan Indonesia, adalah mereka yang berwujudkan emas, terus di asah, hingga menjadi berlian?

Titik tersebut bukan? Yang mengubah diri para atlet tersebut menjadi lebih bermakna, berkualitas, terutama pada pandangan seluruh warganegara tanah air, memandang mereka.


Perkembangan Bulutangkis Era Digital

Lalu, bagaimana dengan perkembangan cabor bulutangkis yang sekarang telah mempunyai fans fanatik, bahkan akan segera turun tangan ketika mendapatkan perlakuan “tidak baik” dari negara tetangga?

Semua masyarakat Indonesia sudah paham betul, bagaimana kemudian tanah air kita, mempunyai orang-orang dengan bakat yang luar biasa dalam ajang bulutangkis.

Bahkan, hal tersebut menjelma, menjadi salah satu cabor paling ditakuti oleh beberapa negara, ketika harus berlawanan dengan Indonesia dalam ajang internasional.

Sangat berkembang pesat bukan, jika kita lirik dari segi tersebut. Apalagi di cabor Paralympic 2020 tahun kemarin, serta yang baru-baru ini Indonesia dapatkan atas medali emas pada cabor bulutangkis, serta berhasil mengumandangkan lagi kebangsaan di negeri orang.

Tapi, bagaimana perkembangan di aspek lain, seperti fasilitas misalnya? Melansir dari beberapa literatur yang ada. Indonesia dalam hal ini di cabor bulutangkis.

Masih dalam fase yang “kurang”. Mulai dari hal yang konkret terlebih dahulu seperti lapangan bulutangkis atau pun sejenisnya, untuk mengadakan acara internasional, yang menjadi tempat tergelarnya beberapa perlombaan cabor.

Jika kita amati pun, Indonesia hanya mempunyai fasilitas memadai untuk melaksanakan ajang perlombaan cabor yang ada, hanya di Jakarta, tidak dengan beberapa daerah lain di Indonesia.

Bahkan legenda pemain bulutangkis Taufik Hidayat, mengatakan hal yang tidak jauh berbeda ketika mendapatkan singgungan dari para wartawan, akan pendapatnya mengenai perkembangan bulutangkis Indonesia.

Ia menyayangkan betapa tidak niatnya pemerintah untuk memajukan cabor bulutangkis, yang sudah menorehkan berbagai prestasi untuk Indonesia.

Benar, satu rekor mungkin yang sekarang menjadi kemajuan, yakni para wakil Indonesia mendapat penyambutan hangat dari pemerintah, dengan mengajak makan bersama di istana.

Tapi, hal tersebut lantas menjadi alasan untuk tidak memberikan fasilitas memadai bagi cabor ini bukan? Bahkan anggarannya, terbilang sangat jauh jumlahnya ketika kita lirik kembali dengan cabor sepak bola.

Yang sudah mempunyai gedung olahraga untuk memajukan persepakbolaan Indonesia, terutama untuk beberapa ajang internasional.

Sama-sama cabor kebanggaan Indonesia, tapi, kenapa harus dibedakan soal hal tersebut? Bukankah sudah mempunyai fans fanatik sendiri-sendiri. Dan harusnya, mendapat perlakuan adil ya kan? Bagaimana menurutmu?


Atlet Bulu Tangkis Terbaik dengan Permainan Cemerlang

harusnya PR tersebut harus segera terselesaikan. Sebagai pihak yang kemudian menjadi satu check pot untuk memajukan satu cabor tertentu di wilayah kekuasaannya.

Sudah semestinya mulai melirik, bagaimana strategi untuk bisa memajukan cabor tanah air, yang telah memberikan kontribusi kepada Indonesia.

Bahkan, para atletnya, sudah begitu tersohor, melebihi dari seorang aktor atau pun aktris, yang sering mondar-mandir di layar TV.

Siapakah mereka?

Greysia Polii

Yang menjadi satu atlet putri kebanggaan Indonesia. Telah begitu banyak kontribusinya kepada Indonesia, mengharumkan nama bangsa entah berapa kali.

Prestasi emas yang bahkan baru ia raih dengan partnernya yakni Apriyani Rahayu, adalah medali emas untuk perlombaan Olympic Tokyo 2020 lalu.

Apriyani Rahayu

Juga tidak kalah dengan partnernya soal masalah prestasi. Masih darah muda dengan umur 23 tahun, Apriyani terus mengepakkan sayap yang begitu lebar, dalam dunia bulutangkis.

Termasuk rank-nya yang menjadi urutan ke 3 pada tahun 2018, serta mendapatkan 6 gelar sekaligus bersama dengan Greysia Polii di BWF World Tour.

Pia Zebadiah Bernadet

Wanita kelahiran tahun 1989 ini, juga menjadi salah satu pebulutangkis Indonesia yang menorehkan namanya dalam sejarah prestasi dunia bulutangkis.

Dengan tercatat sebagai juara dari Indonesia Satelitte yang tergelar pada tahun 2006, sampai kepada Indonesia International Challenge, yang tergelar pada tahun 2007.

Bona Septano

Beliau adalah pebulutangkis putra andalan Indonesia, yang lahir pada tahun 1987. Telah menggaet beberapa kejuaraan internasional bulutangkis.

Seperti SEA GAMES 2011, Indonesia Grand Pix Gold yang tergelar pada tahun 2010 di Vietnam, dan lainnya.

Mohammad Ahsan

Pria kelahiran tahun 1987 di Palembang tersebut, juga menyabet beberapa kejuaraan, terutama untuk di ganda putra bersama dengan rekannya, Hendra Setiawan.

Seperti misalnya menyabet medali emas di ajang perlombaan Asian Games Incheon pada tahun 2014, lalu Juara Dunia yang terselenggarakan pada thaun 2013.

Itulah beberapa para atlet Indonesia dalam cabor bulutangkis, yang telah menorehkan namanya dalam sejarah, sehingga menjadi makna tersendiri bagi bangsa Indonesia.


Organisasi Induk Bulu Tangkis Indonesia Adalah

PBSI logo (Foto: medcom.id)

Kita berdoa saja semoga, beragam keinginan, permohonan kita para warganegara Indonesia akan kemajuan bulutangkis Indonesia di sisi fasilitas.

Dapat terdengar oleh pemerintah, beserta jajarannya. Apalagi dengan beragam pemberitaan yang kemudian, organisasi bulutangkis resmi Indonesia yakni PBSI.

Menyinggung untuk memberikan doa agar para atlet Indonesia, bisa membawa pulang trofi kemenangan untuk ajang Piala Sudirman yang telah lama belum pernah tergapai kembali oleh Indonesia.

Benar, rasanya sudah lebih dar 10 tahunan, bahkan 20 tahun lebih. Indonesia tidak lagi memenangkan piala tersebut. Baru di tahun 1989, di edisi perdana, Indonesia memenangkannya.

Tapi, siapa sebenarnya PBSI tersebut?

Organisatoris lain baca ini: 5 Kelas Bulu Tangkis: Struktur Organisasi Dan Jawara

PBSI atau Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia, merupakan salah satu wadah resmi untuk para pebulutangkis dalam menjajalkan diri untuk mengasah kemampuannya dalam dunia bulutangkis Indonesia.

Serta menjadi satu wadah untuk mereka yang ingin menjadi pemain bulutangkis profesional, dengan mengikuti beragam ajang pertandingan bulutangkis Internasional, lewat PBSI ini.

Organisasi tersebut, berdiri pada tahun 1951, dan sekarang mempunyai kantor sekretaris resmi di Jakarta. Untuk ketua umum yang sekarang, ialah Agung Firman Sampurna.

Penutup

Itulah beberapa pembahasan mengenai cabor bulu tangkis, yang era sekarang sudah mempunyai fans fanatik, dengan berlandaskan pada prestasi para atlet yang telah tertoreh.

Ini menjadi gambaran untuk kamu yang mungkin, sampai detik ini masih menimbang akankah menjadi seorang profesional atlet, atau memilih di jalan lainnya.

Karena semua, akan ada resiko serta konsekuensi masing-masing.Tapi percayalah, konsekuensi tersebut akan bisa kamu lalui, karena Tuhan pada dasarnya memberikan hal tersebut, di porsi yang pas untukmu.

Sekian ulasan kali ini, semoga menginspirasi.

Daftar Pustaka:

  1. pikiran-rakyat.com
  2. sportfeat.bolasport.com
  3. antaranews.com
  4. suara.com
  5. wikipedia.org

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar