Atletik merupakan olahraga yang ada sejak ribuan tahun, dengan induk organisasi secara nasional dan internasionalRatna Bintari – organisasi.co.id
Kegiatan manusia sehari-hari, seperti berjalan, berlari, melompat, hingga melempar merupakan cikal bakal lahirnya olahraga atletik.
Karenanya dapat kita katakan bahwa olahraga ini merupakan salah satu yang tertua di dunia.
Namun, aktifitas rutin tersebut mulai dipandang sebagai kegiatan olahraga pada tahun 2250 SM.
Hal ini tercatat melalui ilustrasi-ilustrasi mengenai perlombaan lari dan lompat tinggi yang terpahat pada makam raja-raja Mesir Kuno di Saqqara.
Karena gerakannya yang dekat dengan keseharian manusia, tak heran bahwa atletik menjadi salah satu olahraga yang paling populer di seluruh penjuru dunia.
Lalu bagaimana atletik mampu berevolusi menjadi cabang olahraga yang terstruktur seperti sekarang ini?
Organisasi apa yang mengembangkan dan mengayomi atletik? Berikut ini pembahasannya.
Organisatoris lain baca ini: Induk Organisasi Dunia Olahraga, 71 Nasional Dan Internasional
Sejarah Singkat Atletik Dunia
Awalnya olahraga atletik hanya dilakukan secara bebas. Oleh masyarakat tanpa ada kompetisi tetap atau pakem yang tegas. Atletik seperti berlari dan sebagainya, sebagai kebutuhan tubuh.
Karena Bukan untuk perlombaan dan mencari yang terbaik dalam kelasnya. Maka semuanya biasa saja ketika itu, sebab sejak zaman kerajaan, kegiatan berlari adalah kegiatan latihan prajurit.
Begitupun pada masyaraat umum, sehingga kegiatan itu adalah kebiasaan seperti pada aktifitas berburu.
Alhasil, Atletik mulai masuk perlombakan sejak tahun 1812 di Royal Military College, Inggris.
Berbagai institusi pendidikan di Inggris mulai mengikutsertakan atletik dalam kompetisi olahraga tahunan.
Meski begitu, kompetisi ini bersifat eksklusif. Karena hanya bisa untuk kalangan borjuis Inggris.
Akhirnya, Pemerintah Inggris baru mau membuka kompetisi atletik untuk masyarakat umum pada tahun 1880. Hal ini pun mendapat sambutan hangat.
Sementara itu di Negeri Paman Sam, cabang olahraga atletik berkembang cukup pesat dan merakyat. Sehingga pada tahun 1876, terlaksana kompetisi atletik nasional yang bernama The USA Outdoor Track and Field Championship.
Tidak Kondusiftnya Pertandingan
Dengan semakin tenarnya olahraga atletik di seluruh dunia, maka semakin banyak juga pro kontra soal aturan main dalam suatu pertandingan.
Seringkali perbedaan aturan membuat kompetisi menjadi kisruh dan ada pihak-pihak yang dirugikan. Kompetisi pun menjadi tidak kondusif dan tidak pula sportif.
Maka demi mengembangkan sekaligus menjaga olahraga atletik, organisasi atletik di berbagai Negara berinisiatif untuk melakukan kodifikasi dan standarisasi.
Gerakan ini bermula oleh organisasi AAA di Inggris, kemudian menyusul The Amateur Athletic Union di Amerika, dan Union des Sociétés Françaises de Sports Athlétiques di Perancis. Akhirnya terciptalah keseragaman aturan mengenai penyelenggarakan kompetisi olahraga atletik.
Atletik pertama kali diikutsertakan sebagai salah satu cabang olahraga dalam Olimpiade pada tahun 1896. Cabang yang satu ini selalu menyedot perhatian khalayak karena sangat kompetitif.
Organisatoris lain baca ini: Induk Organisasi Bola Voli, Nasional Dan Internasional
Awalnya, cabang atletik hanya boleh diikuti oleh atlet pria. Namun seiring dengan terbitnya kesadaran mengenai emansipasi wanita, cabang olahraga Atletik dapat diikuti oleh atlet wanita sejak tahun 1928.
Sejarah Atletik Nasional Dan Organisasi
Pesona popularitas olahraga atletik di Eropa dan Amerika pada abad ke-19, ternyata memikat pula perhatian masyarakat di Asia, termasuk Indonesia.
Olahraga atletik pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Dan tak segan menetapkannya sebagai salah satu pelajaran wajib di sekolah-sekolah.
Meskipun mayoritas pelajar pada masa itu adalah anak-anak keturunan Belanda, terdapat pula segelintir pribumi keturunan ningrat yang ikut menjadi siswa.
Siswa pribumi ini kemudian mengajari pesuruh atau temannya yang non bangsawan mengenai olahraga atletik.
Hal inilah yang menjadi mengawali ketenaran olahraga atletik di mata masyarakat Indonesia secara luas.
Setelah berpindahnya kekuasan dari pemerintah Hindia Belanda ke tangan Jepang pada tahun 1942 hingga 1945.
Olahraga Atletik mulai berkembang dan meningkat dengan lebih pesat karena mendapatkan perhatian yang baik dari pemerintah Jepang pada masa itu.
Pemerintah Jepang mulai mengadakan kompetisi-kompetisi lokal yang dapat diikuti oleh umum. Dengan berbagai cabang olahraga terutama lari, lompat tinggi, serta berbagai cabang Atletik lainnya.
Cabang-cabang Atletik
Secara global, terdapat beberapa cabang olahraga Atletik, sebagai berikut:
- Lari Halang Rintang
- Lari Lintas Alam
- Olahraga Lompat (Jangkit, Jauh, Tinggi, Galah)
- Olahraga Lempar (Tolak Pelur, Lontar Martil, Lempar Lembing, Lempar Cakram)
- Jalan Cepat
- Pancalomba Modern
- Biathlon
- Biathlon Musim Panas
- Trek dan Lapangan
- Strongman
Sementara itu, pada penyelenggaraan tahunan Pekan Olahraga Nasional (PON), cabang-cabang Atletik yang masuk pertandingan, yakni:
- Cabang Lari
Lari Sprint, merupakan nomor lomba dengan jarak tempuh 100 meter
Lari Jarak Pendek, merupakan nomor lomba dengan jarak tempuh 100 m, 200 m, dan 400 m
Jarak Lasi Menengah, merupakan nomor lomba dengan jarak tempuh 800 m hingga 1.500 m
Lari Jarak Jauh, merupakan nomor lomba dengan jarak tempuh 3.000 m, 5.000 m, dan 10.000 m
Lari Estafet, merupakan nomor lomba yang dilakukan secara bersambung dengan perantaraan sebuah tongkat
Kemudian, Lari Gawang, merupakan nomor lomba dengan jarak tempuh 3.000 m dan mempunyai ciri khas dengan adanya rintangan di sepanjang lintasan untuk menghalangi pelari - Cabang Lempar
Lempar Cakram
Tolak Peluru
Lempar Lembing
Lempar Martil - Cabang Lompat
Lompat Jauh, Jangkit, Tinggi, Galah
Induk Organisasi Olahraga Atletik Indonesia dan Dunia
Maka, seiring dengan diajarkannya atletik di sekolah-sekolah bentukan Belanda. Olahraga ini pun mulai terkenal secara luas di tanah air.
Para menir pun menyadari bahwa kegiatan olahraga dapat memperlancar agenda politik pemerintah Belanda.
Maka, muncullah ide untuk mengembangkan kegiatan fisik ini.
Olahraga Atletik, Pada Sejarah Pembentukan Induk Nasional
Pada 21 Juli 1917, terbentuklah organisasi atletik pertama di Hindia Belanda yang bernama Nederlands Indische Atletiek Unie (NIAU). Merupakan sentra persatuan para atlit.
Agenda utamanya adalah menyelenggarakan kompetisi atletik tahunan.
Dari sana, lahirlah atlet-atlet kawakan pada masa itu seperti Noer Bambang (atlet lari jarak pendek 100 meter), Soetantio Singgih (atlet lompat tinggi), hingga Harun Al Rosyid (atlet lompat jauh).
Pada masa pendudukan Jepang, segala macam kegiatan olahraga menjadi semakin diminati termasuk atletik. Jepang pun mewajibkan kegiatan olahraga rutin bagi seluruh pegawai, pelajar, dan mahasiswa.
Organisasi NIAU yang bubar atas perintah pemerintah Nippon. Bergantiganti dengan nama Ikatan Sport Indonesia (ISI). Maka terjadi perubahan induk olahraga dari NIAU ke ISI untuk Atletik.
Pada bulan Oktober 1942, ISI menyelenggarakan Pekan Olahraga dengan peserta puluhan atlet dari berbagai penjuru pulau Jawa.
Pada masa ini, berdiri pula sekolah guru olahraga yang bernama Tairenka sekaligus menjadi mercusuar di bidang pendidikan dan olahraga nasional.
Selama masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan bergulir, dunia olahraga di Indonesia mulai padam. Fokus utama masyarakat, kalangan muda, dan pemerintah adalah menjaga bendera Merah Putih agar tetap berkibar.
Kebangkitan Atletik Pasca Kemerdekaan
Ketika gonjang ganjing perpolitikan nasional mulai reda, para pegiat olahraga berinisiatif untuk menggelorakan kembali semangat olahraga.
Akhirnya pada tahun 1946, terselenggarakanlah Kongres Olahraga di Solo yang menelurkan Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI).
PORI memiliki cita-cita besar untuk mengirimkan atlet-atlet berbakat Indonesia ke ajang Olimpiade dunia. Untuk mewujudkannya, PORI menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama pada tahun 1948 di tengah gentingnya perang melawan Belanda dan Sekutu.
Perhelatan olahraga ini berhasil menarik animo besar dari warga. Tokoh-tokoh politik nasional dan perwakilan dari Komisi Tiga Negara (Australia, Belgia, dan Amerika) pun turut menghadirinya.
Meski PON 1948 dinilai sukses besar. Namun tokoh-tokoh dari perkumpulan atletik merasa banyak kekurangan. Mereka ingin cabang olahraga atletik lebih mendapatkan perhatian dan bisa berbicara banyak di kancah nasional dan internasional.
Mereka pun sepakat untuk bergandeng tangan untuk mengembangkan cabor atletik melalui sebuah organisasi mandiri.
Ide itu direalisasikan dengan membentuk Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI). Induk olahraga baru bagi para atlet atletik bernama PASI menggemakan namanya dengan menyelenggarakan kejuaraan atletik tingkat nasional pada 1950 di Bandung.
Tak hanya itu, PASI juga memberikan pelatihan intensif kepada para atlet potensial agar bisa meraih medali dalam kejuaraan internasional.
Berkat pencapaiannya yang memukau. PASI pun diterima sebagai anggota organisasi atletik dunia yang bernama Internasional Amateur Athletic Federation (IAAF).
Sejak saat itu, atlet-atlet cabang olahraga atletik Indonesia dapat bertanding di ajang internasional seperti ASEAN Games.
Saat ini PASI menjadi bagian dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan tetap aktif mendukung para atlet cabang olahraga atletik. Bob Hasan selaku bapak pendiri PASI mengetuai organisasi ini sejak terbentuk pada 1948 hingga ia menghembuskan napas terakhirnya di tahun 2020.
Kepengurusan baru PASI periode 2020-2024. Akan ditentukan melalui kongres akhir tahun, tanpa adanya penunjukkan Ketua Umum baru maupun PLT.
Induk Organisasi Atletik Tingkat Dunia
Di tingkat dunia Internasional, terdapat organisasi IAAF sebagai induk untuk menaungi olahraga atletik sejak berdiri pada tahun 1913 di Berlin. Kantor pusat IAAF berpindah-pindah setiap beberapa tahun sekali dan saat ini tengah berdiri di Monaco.
Namanya pun sempat berubah-ubah mengikuti perkembangan dunia olahraga.
Pada 2001, para petinggi organisasi sepakat menghapus kata ”Amateur” dari nama IAAF dan menggantinya menjadi International Association of Athletics Federations.
Setelah selesainya Kejuaraan Dunia Atletik 2019, IAAF memutuskan untuk melakukan rebranding dengan mengganti namanya menjadi World Athletics.
Selain menyelenggarakan event olahraga internasional, organisasi ini juga memiliki hak dan wewenang, yakni:
- Membuat aturan dan standarisasi kompetisi atletik
- Memberikan penghargaan dan pencatatan rekor dunia
- Memberikan sanksi kepada organisasi dan atlet cabang olahraga atletik di seluruh dunia
Dewan pengurus organisasi World Athletics terdiri dari 26 anggota terpilih, 1 orang presiden, 4 orang wakil presiden, ketua-ketua dari 6 divisi asosiasi, 2 anggota Komisi Atlet, dan 13 anggota pengurus.
Setiap pengurus terpilih melalui World Athletics Congress untuk menjabat selama 4 tahun.
Tidak hanya berdampak pada bidang olahraga, World Athletics juga memberikan banyak sumbangsih di bidang sosial.
Salah satunya melalui The International Athletics Foundation yang aktif memberikan bantuan moril dan materil bagi para atlet serta organisasi-organisasi yang menjadi anggotanya.
Penutup
Waktu telah membuktikan bahwa olahraga, khususnya atletik, mampu berkembang melebihi ekspektasi manusia.
Di masa Kolonial, olahraga sebagai salah satu alat untuk memuluskan agenda politik.
Kini ia tidak hanya menjadi sarana memelihara kesehatan jasmani, namun juga pemersatu bangsa.
Kompetisi olahraga menjadi moment saat orang-orang dari negara yang berbeda dapat berjabat tangan, menerima kemenangan dan kekalahan, sekaligus saling mendukung dalam kebersamaan.
Seperti kata Nelson Mandela:
”Sport has the power to change the world. It has the power to inspire. It has the power to unite people in a way that little else does.”
Daftar Pustaka
- The Ancient Olympic Games: Mythic Worship of Gods and Athletes. e-Legacies. Diakses pada 27 Desember 2020.
- Touny, Ahmed D. 2006. History of Sports in Ancient Egypt. The Wayback Machine.
- The United States’ National Championships In Track & Field Athletics: Introduction. 2007. The Wayback Machine.
- Colby, Frank Moore dan Williams, Talcott. 1918. The New International Encyclopaedia. The Ohio State University.
- Sehatq.com. Okezone.com.