Pidato manuskrip terdengar sedikit asing di telinga. padahal sebenarnya kita telah sering mengetahui teknik berpidato ini. Berbicara di muka umum memang tidak mudah, namun bukan berarti tidak ada solusi untuk itu. Komunikasi organisasi, Tika.
Siapa yang tidak gugup saat harus berbicara di depan umum?
Jika ada yang menjawab ‘Saya!’ maka artinya ia memiliki keahlian presenter yang baik.
Tak hanya itu, bisa jadi ia memang telah memiliki jam terbang yang cukup tinggi dalam berbicara di muka umum.
Metode yang termasuk berbicara di hadapan umum antara lain berpidato dan membawakan acara.
Presentasi juga termasuk berbicara di hadapan publik namun yang membedakan semua jenis komunikasi tersebut adalah teknik serta ciri-cirinya.
Pidato adalah teknik berbicara di hadapan umum yang bersifat satu arah. Umumnya orang yang menyampaikan pidato hanya akan sekedar menyampaikan tanpa adanya unsur tanya jawab.
Tujuannya bisa mempengaruhi pendengar, mengajak, hingga sekedar memberikan informasi.
Dalam penyampaiannya, teknik berpidato dapat kita lakukan dengan metode menghafal, membaca naskah, hingga mencatat poin-poin tertentu saja.
Lalu apa itu manuskrip?
Pidato Manuskrip, Pengertian, Metode, Ciri Dan Teknik
Jarang terdengar, sebenarnya teknik pidato ini telah tersebut di atas. Isinya pun sama dengan pidato pada umumnya yaitu pembukaan, isi, dan penutup.
Kalimat pembuka memegang peranan penting dalam suksesnya sebuah pidato. Intinya, ketika pesan atau tujuan dalam pidato tercapai, maka komunikasi ini dianggap berhasil.
Organisatoris lainnya baca: Bentuk Pidato, Pengertian Dan Bagian-Bagiannya
Empat teknik pidato yang kita kenal adalah impromptu. memoriter, manuskrip, dan ekstemporer. Ada yang mengartikannya dengan menghafal, menulis poin penting, membaca naskah, hingga serta merta.
Keempat teknik tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Pengertian Pidato manuskrip
Pidato manuskrip adalah sebuah teknik pidato dengan membaca naskah. Jadi orang yang akan berpidato dapat merasa tenang karena ia hanya akan mengikuti naskah tanpa improvisasi.
Dari awal hingga akhir mereka fokus pada naskah dan hanya perlu memperhatikan intonasi, penekanan pada bagian-bagian tertentu, serta cara membuat teks pidato yang menarik.
Umumnya orang-orang yang menggunakan teknik berpidato ini adalah para pejabat serta orang-orang yang berkedudukan tinggi dalam sebuah organisasi.
Tujuannya adalah untuk menghindari kesalahan sekecil apapun saat berpidato. Serta tidak adanya kebingungan terhadap konteks dalam pidato hingga menghasilkan tata bicara yang nyaris sempurna di hadapan publik.
Biasanya isi dari pidato ini adalah terkait sesuatu yang bersifat informatif seperti laporan keuangan, laporan suatu peristiwa termasuk kronologinya, dan hal-hal lainnya yang bersifat detail dan faktual.
Metode Manuskrip adalah
Metode dalam manuskrip adalah membaca naskah. Baik itu dari awal hingga akhir atau hanya pada saat hendak menyampaikan inti laporan, orang yang berpidato akan membaca naskah.
Oleh sebab itu ia akan nampak membawa naskah saat menaiki podium atau saat akan menyampaikan isi pidato. Berbeda dengan beberapa metode lainnya seperti:
a. Impromptu
Dalam metode impromptu, orang yang akan menyampaikan pidato tidak akan membawa catatan sekecil apapun. Ia cenderung telah memiliki jam terbang yang tinggi dalam urusan berpidato.
Baik formal maupun non formal, pada dasarnya banyak orang yang telah melakukannya sehari-hari. Hanya saja mereka tidak menyadarinya.
Metode impromptu yang terkesan tanpa persiapan ini tentu memiliki kemungkinan kekurangan yang cukup tinggi dibandingkan metode pidato lainnya. Kecuali jika orang yang berpidato dapat dipastikan benar-benar handal.
b. Ekstemporer
Dalam metode ini, seseorang yang akan menyampaikan pidato dapat membuat kerangka pidato dalam sebuah catatan kecil dan membawanya saat berpidato.
Biasanya terjadi dalam pidato yang bertujuan memberikan sosialisasi. Akan tetapi juga dapat dilakukan saat membawakan acara.
Sebaiknya orang yang menyampaikan pidato mengetahui batasan waktu untuk setiap poin pada pidatonya. Dengan demikian alokasi waktu dalam berpidato tidak akan menjadi sangat panjang.
c. Memoriter
Metode selanjutnya adalah menghafal. Tentu saja hal ini akan menguntungkan bagi orang-orang yang memiliki daya ingat yang baik.
Akan tetapi, umumnya kegagalan metode ini adalah karena terlupa di tengah-tengah pidato sehingga akan membuat pikiran terdistraksi atau harus secepatnya mengembalikan titik fokus.
Dalam perlombaan, metode ini kerap menjadi sebuah persyaratan dan peserta lomba harus mampu menerawang waktu berpidato mereka agar tidak melebihi batas waktu atau justru terlalu cepat.
Organisatoris baca: Empat Metode Pidato: Impromptu, Ekstemporan, Manuskrip, dan Memoriter
Ciri Pidato Manuskrip
Terkadang banyak orang yang sedikit bingung untuk membedakan model manuskrip dengan ekstemporer. Lalu apa saja sebenarnya ciri-ciri dari metode manuskrip?
- Orang yang berpidato membaca naskah dari awal hingga akhir
- Berisi bukan hanya mengenai kerangka pidato akan tetapi keseluruhan teks
- Umumnya untuk pidato yang bertujuan melaporkan sesuatu secara detail atau sesuai fakta
- Jenis pidato adalah yang tidak membutuhkan improvisasi
- Cenderung untuk acara yang bersifat formal
Teknik Manuskrip
Kembali seperti beberapa penjelasan sebelumnya, teknik manuskrip adalah menggunakan naskah. Orang yang mendapatkan ‘mandat’ untuk berpidato akan membacakan naskah dari awal hingga akhir.
Jadi tidak heran jika banyak yang menyebutnya sebagai teknik membacakan pidato dan bukan menyampaikan sebuah pidato.
Baik pemula maupun profesional sah-sah saja menggunakan teknik ini. Mereka hanya perlu memahami kapan seharusnya jeda, bagaimana intonasi dalam menyampaikannya serta mengatur penekanan di bagian pesan.
Bukan berarti dengan metode ini orang yang menyampaikan pidato tidak perlu melakukan latihan. Mereka tetap perlu melakukannya agar memahami isi dari pidato tersebut.
Umumnya kesalahan dalam membaca (jika menggunakan istilah asing) ataupun kesalahan titik koma dan jeda dapat membuat pendengar merasa bingung.
Inilah yang perlu dihindari sehingga tetap penting untuk melakukan latihan terlebih dahulu. Jika kita perhatikan dengan seksama, di televisi umumnya para petinggi menyampaikan pidato dengan metode ini.
Mereka akan memberikan sebuah informasi kepada publik tanpa perlu memastikan apakah publik mengerti dengan informasi tersebut atau tidak.
Mereka akan berbicara di depan para wartawan yang kemudian akan menyaring dan memberitakan ulang mengenai isi pidato tersebut. Oleh sebab itu mereka tidak khawatir akan atensi pendengar.
Jika hal ini diapliaksikan dalam pidato perpisahan sekolah dan lainnya yang secara langsung didengar oleh pendengar dalam satu waktu, maka metode membaca naskah dari awal hingga akhir akan sepi peminat.
Organisatoris baca: Mari Mengenal Beragam Jenis Teks Pidato dan Pengertiannya
Keuntungan Manuskrip
Terlepas dari mudah atau tidaknya metode ini, setiap metode dalam pidato tentu memiliki keuntungan dan kerugian. Adapun keuntungan dari manuskrip adalah:
- Penggunaan kata-kata dapat tersusun dengan baik karena orang yang menyampaikan pidato dapat memilih dan memilah terlebih dahulu mengenai kata-kata tersebut. Dengan demikian arti dalam pidato juga menjadi tidak salah makna.
- Orang yang menyampaikan pidato dapat menghemat pernyataan mereka karena teks masih dapat disusun berulang-ulang kali sebelum akhirnya dibacakan.
- Pembicara dapat mengatur dan menyiapkan kefasihan dalam berbicara mengingat longgarnya waktu latihan yang dimiliki.
- Pembicara dapat menghindari hal-hal yang menyimpang.
Ada baiknya kita juga mengetahui keunggulan metode pidato yang lainnya seperti pidato impromptu. Untuk metode impromptu (serta merta) keunggulannya adalah pembicaradapat mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya.
Hal itu karena pembicara tidak perlu memikirkan mengenai pendapat yang ia sampaikan. Dengan kata lain sikapdan pembawaannya adalah jujur.
Selain itu keunggulannya adalah berupa tampilan yang ‘hidup’ karena pembicara akan terus nampak berpikir.
Lantas apa keunggulan metode memoriter? Khusus bagi pembicara yang memiliki kemampuan menghafal dengan baik, mereka akan lancar dalam menyampaikan pidato.
Lain lagi dengan metode ekstemporer yang katanya adalah yang paling baik dan sering dipakai oleh mereka yang mahir.
Pembicara yang saat itu harus menyiapkan kerangka tidak perlu mengingat-ingat kata demi kata atau menghafalkan setiap detailnya.
Komunikasi yang terjalin antara pendengar dan pembicara akan menjadi lebih baik serta kata-kata dalam pidato dapat diubah dengan fleksibel. Hal itu tergantung kebutuhan.
Kerugian Manuskrip
Setiap ada kelebihan pasti ada kekurangan. Adapun kekurangan dari metode manuskrip selain bahasa dan intonasi yang monoton, pidato justru terkesan membosankan.
Suasana yang kurang efektif akibat kurangnya perhatian dari pendengar kepada pembicara membuat situasi semakin tidak kondusif.
Sekalipun hal ini masih dapat diminimalkan dengan membagi perhatian antara teks dan pendengar, namun kehadiran suasana yang membosankan tetap akan muncul.
Bahkan untuk sekedar berimprovisasi saja, pembicara akan mengalami keraguan dan kesulitan. Oleh sebab itu, kesan hidup dalam pidato sangat jarang tercapai.
Perhatikan saja momen pidato dengan teknik ini. Biasanya hanya terjadi pada siaran televisi yang diisi para wartawan sebagai pendengar.
Karena tidak membutuhkan suasana hidup dan bersifat sekedar membagikan informasi, maka tidak ada salahnya melakukan metode pidato ini.
Bagaimana dengan teknik pidato lainnya? Pada metode memoriter, kekurangan yang umum terjadi adalah saat pembicara lupa dengan naskah.
Ketika itu terjadi, biasanya alur yang disampaikan menjadi melenceng. Tidak sedikit juga yang akhirnya memberi kesan kaku.
Pada metode impromptu, kekurangan yang nampak adalah ketidakmatangan materi dan isi dari pidato. karena persiapan yang serba mendadak, tidak sedikit juga pembicara yang menyampaikan isi pidato yang melenceng.
Hal yang fatal adalah ketika pembicara merasa canggung ketika tampil di hadapan publik. Akhirnya pembicara tidak dapat menarik perhatian pendengar dan menguasai kondisi.
Terakhir adalah kekurangan metode ekstemporer. karena hanya berisikan kerangka dan garis besar pidato, maka pembicara haruslah pandai menyusun kalimat.
Dengan demikian pidato dapat menjadi hidup dan lebih menarik. Apabila orang yang menyampaikan adalah orang yang tidak terbiasa berbicara di depan umum, sudah pasti antara kerangka dan isi pidato yang sampai menjadi berbeda.
Penutup
Pidato memiliki empat metode dalam penyampaian. Dalam hal ini seorang pembicara dapat memilih metode yang paling sesuai dengan kemampuannya.
Selain itu, baik formal maupun informal, setiap orang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan satu atau banyak orang. Baik itu secara langsung di hadapan umum atau tidak, manusia adalah makhluk sosial.
Penjelasan mengenai metode-metode penyampaian pidato semoga dapat menambah wawasan kita. Dengan demikian kita dapat mempersiapkan pidato dengan lebih baik.
Satu yang terpenting adalah pesan dari pidato harus tersampaikan. Saat ini cara untuk menyampaikannya lah yang perlu kita ketahui dan cari tau.
Adapun unsur-unsur dalam teknik pidato apapun mencakup adanya pembukaan, isi, dan penutup.
Demikian dan semoga bermanfaat.
1 Komentar