10 Hari Pertama Ramadhan: Definisi Menurut Terminologi

Konsep 10 hari pertama Ramadhan
Sumber: canva.com

10 hari pertama Ramadhan merupakan momen krusial karena menjadi titik tolak muslim untuk terus meningkatkan ibadah hingga 20 hari berikutnya. Pada bulan ini orang-orang memohon sesuatu. Apakah itu dan bagaimanakah mendapatkannya, mari bahas bersama. Retno Widianti – Konsep Organisasi

Arti 10 Hari Pertama Ramadhan

Bagi setiap orang yang menganut agama Islam di belahan dunia manapun, 10 hari pertama Ramadhan memiliki makna penting. Khususnya dalam praktik keagamaan, karena hari-hari ini menjadi periode istimewa.

Bacaan Lainnya

Muslim menganggapnya demikian karena bulan suci yang mewajibkan berpuasa ini penuh dengan berkah, ampunan, dan rahmat Allah Ta’ala. Imam Ahmad meriwayatkan Rasulullah saw. menyatakan bahwa bulan Ramadhan terbagi menjadi tiga bagian.

Di antara ketiganya, 10 hari pertama Ramadhan adalah bagian yang dapat kita sebut dengan ‘’rahmat Allah’’.

Apabila kita menilik rahmat dari khazanah tasawuf, maka kita menemukan dua macamnya. Sebutan bagi yang pertama yaitu Rahmah Dzaatiyyah, rahmat dan anugerah dari Allah Ta’ala kepada seluruh makhluk tanpa terkecuali.

Sementara itu yang kedua yakni Rahmah Khushushiyyah. Kasih sayang dan Rahmat dari Allah Ta’ala kepada hamba-hamba pilihan-Nya.

Inilah keistimewaan hari pertama Ramadhan, rahmah turun kepada hamba-hamba yang ikhlas dan ridha Lillahi ta’ala menunaikan puasa dengan penuh keimanan kepada Allah SWT.

Arti Puasa Menurut Pendapat Lain

Banyak ulama menganjurkan berbagai amalan pada bagian tersebut. Mulai dari memperbanyak ibadah shalat yang sunnah selain wajib, membaca Al-Quran, dan melakukan zikir serta doa. Bentuk ketaatan kepada-Nya selama 10 hari pertama Ramadhan.

Semisal dalam sehari, kita mengawali hari dengan shalat malam. Lanjutkan membaca Al-Quran sebelum sahur. Kemudian mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka puasa juga dapat menjadi amalan sunnah.

Pada satu hari itu, hendaklah kita bersedekah memberi makan orang yang berpuasa ataupun sekadar memberikan senyum tulus kepaa orang lain. Jikapun pada hari puasa kita bekerja hingga lelah, maka bersabarlah. Setiap sabar itu juga menjadi amalan.

Momen tersebut merupakan waktu yang tepat untuk memperdalam kedekatan dengan Allah Ta’ala, melakukan amal sholeh, dan memohon ampunan atas dosa-dosa. Pertaubatan pada hari pertama Ramadhan dapat menuntun muslim memiliki hati yang lebih lapang.

Untuk kemudian melaksanakan 20 hari berikutnya dengan motivasi tinggi, niat yang semakin kuat, tekad yang semakin bulat.

Ikhtiar itu juga mencakup memanfaatkan peluang yang ada dengan bersedekah menolong sesama. Tidak perlu selalu tentang kekayaan uang, tetapi apa yang kita sanggup berikan seperti tenaga, dedikasi, dan lainnya tanpa imbalan dalam membantu orang lain.

Penting mengingat bahwa hari pertama Ramadhan adalah kesempatan berharga yang dari Allah Ta’ala kepada umat-Nya untuk kembali membersihkan diri. Dengan begitu, dapat memperkuat hubungan spiritual dengan-Nya.

Ampunan 10 Hari Pertama Ramadhan

Ampunan 10 hari pertama ramadhan
sumber: canva.com

Seperti pada penjelasan di atas, 10 hari pertama Ramadhan menjadi momen penuh ampunan dan rahmat dari Allah Ta’ala. Keutamaan ini terdapat dalam Al- Quran Surah Al-Baqarah ayat ke-185.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya: “Bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang benar dan yang salah).

Maka siapapun di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Dan siapapun yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kamu, supaya kamu bersyukur.”

Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah Ta’ala menghendaki kemudahan, bukan kesulitan bagi umat-Nya dalam melaksanakan ibadah puasa. Termasuk keringanan bagi mereka yang sakit atau dalam perjalanan, dapat menggantinya kemudian agar tidak merasa terbebani.

Ampunan / Keberkahan Lainnya di Bulan Ramadhan

Selain kemudahan tersebut, memasuki 10 hari pertama Ramadhan juga setan-setan tidak dapat menggoda manusia. Hal ini sebagaimana Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan sabda Rasulullah saw. dalam hadis berikut.

إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ، وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ

Artinya: “Apabila datang bulan Ramadhan, dibukalah pintu-pintu langit, ditutuplah pintu-pintu neraka, dan setan-setan dibelenggu.”

Hadis tersebut menegaskan bahwa Allah Ta’ala membuka dengan luas pintu rahmat-Nya. Membuka jalan bagi hamba yang ingin memperoleh ampunan dengan sungguh-sungguh agar tidak merugi di kemudian hari.

Oleh karena itu, kita sering mendengar berbagai anjuran berbuat baik selama 10 hari pertama Ramadhan hingga hari-hari terakhir. Salah satunya yakni beritikaf. Selanjutnya, mari kita bahas ketentuan beritikaf di bulan Ramadhan bagi para wanita.

Organisatoris lain baca ini: Lengkap 30 Hari Bagi Kamu yang Mencari Judul Ceramah

Kewajiban Wanita Beritikaf di Bulan Ramadhan

10 hari pertama ramadhan untuk wanita beritikaf
Sumber: canva.com

Salah satu dari upaya pada 10 hari pertama Ramadhan adalah beritikaf. Sebuah ibadah dengan mengisolasi diri di dalam masjid selama beberapa waktu dengan tujuan mendekatkan diri kepada-Nya. Wanita muslim memiliki kewajiban terkait hal tersebut.

Kita dapat menemukan dalil mengenainya. Salah satunya, Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:

لَا تَنْسَوْا أَنْ تَعْتَكِفُوا، فَإِنَّهُ لَيْسَ بِوَاجِبٍ عَلَى امْرَأَةٍ أَنْ تُصَلِّي بِصَلَاةِ زَوْجِهَا فِي بَيْتِهَا، وَلَكِنَّهُ يَحْبِسُهَا أَنْ تَعْتَكِفَ عَنْدَهُ

Artinya: “Janganlah kalian lupa untuk beritikaf, karena memang tidaklah menjadi kewajiban bagi wanita untuk shalat bersama suaminya di rumahnya, tetapi hendaknya ia dihalangi (daripada itu) dengan beritikaf di masjid.”

Hadis ini menegaskan bahwa beritikaf bukanlah kewajiban bagi wanita. Namun, Isam menganjurkan wanita dapat menghabiskan waktu di masjid, memperbanyak ibadah, dan mendekatkan segenap jiwa-raganya kepada Allah Ta’ala.

Adapun dalam itikaf itu, wanita memiliki kesempatan untuk menenangkan pikiran, meningkatkan ibadah, dan merenungkan makna bulan suci sejak 10 hari pertama Ramadhan, serta mengamalkan ajaran Islam secara mendalam.

Selama beritikaf, wanita bisa memperbanyak dzikir, membaca ayat-ayat suci Al-Quran, berdoa, dan melakukan amal kebajikan lainnya. Meskipun tidak wajib, wanita yang beritikaf masih lazim di Indonesia.

Seperti berbagai dalil yang menyatakan keutamaan beribadah di bulan puasa, beritikaf sejak 10 hari pertama Ramadhan juga dapat bernilai. Oleh karena itu, tidak ada salahnya wanita melakukannya baik sendiri maupun bersama-sama suami atau keluarga.

Organisatoris lain baca ini: Persiapkan Pidato Rekreatif yang Singkat, Ini Langkah-Langkah Pembuatannya

Hukum Itikaf Bulan Ramadhan

Setelah mengetahui sedikitnya mengenai beritikaf bagi wanita di bulan Ramadhan, kita juga perlu memahami bahwa hukum beritikaf adalah sunnah muakkadah untuk semua laki-laki dan perempuan.

Itu berarti, itikaf sangat dianjurkan. Tetapi Islam tidak mewajibkannya. Hukum tersebut berlandaskan salah satunya pada Al-Quran di Surah Al-Baqarah pada ayat ke-187.

وَلَا تُبَاشِّرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

Artinya: “Dan janganlah kalian menghampiri mereka (para istri kalian) sedang kalian beritikaf di masjid. Itu adalah batasan-batasan Allah, maka janganlah kalian mendekatinya. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.”

Meskipun ayat ini tidak secara langsung menyebutkan tentang beritikaf di bulan suci Ramadhan, namun memberikan indikasi bahwa beritikaf di masjid adalah sebuah praktek yang lazim dalam Islam.

Ayat tersebut juga menegaskan bahwa ketika seseorang beritikaf ia melepaskan keinginannya untuk berhubungan suami-isteri dan fokus dalam perjalanan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

Selain dari dalil Al-Qur’an, hadis-hadis yang meriwayatkan sabda Nabi Muhammad saw. juga menguatkan praktik beritikaf di bulan Ramadhan. Nabi Muhammad saw. sendiri sering melakukan beritikaf di masjid.

Beliau saw. melakukannya terutama selama sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

Melalui Imam Bukhari, Imam Muslim, dan ulama lainnya yang meriwayatkan hadis mengenai beritikaf, memberikan petunjuk yang jelas bahwa ini adalah amalan yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw. kepada umatnya.

Organisatoris lain baca ini: Kesulitan dalam Berkomunikasi, Bisa Jadi Kamu Belum Paham Konsep Dasarnya Ini

Adapun bagi muslim yang ingin melakukan itikaf sejak 10 hari pertama Ramadhan alangkah lebih baik meminta saran kepada Ustadz atau tokoh agama sehingga tidak salah dalam melakukan setiap langkahnya.

Hukum Itikaf Selanjutnya…

Itikaf 10 hari pertama bulan ramadhan
Sumber: canva.com

Diantara berbagai tuntunan itikaf, muslim perlu memenuhi niat dan berdiam diri di masjid sekurang-kurangnya selama tumaninah ibadah shalat.

Syarat bagi seseorang yang dapat melakukannya ialah beragama Islam, berakal sehat, dan bebas dari hadas besar. Seorang muslim pun bisa menentukan apakah ia akan beritikaf mutlak, terikat waktu tanpa terus-menerus, atau terikat waktu dan terus-menerus.

Adapun yang membatalkannya yakni berhubungan suami-isteri, mengeluarkan sperma, sengaja mabuk, murtad, haid, nifas, keluar tanpa alasan, keluar untuk memenuhi kewajiban yang bisa ditunda, dan keluar beberapa kali dengan alibi yang padahal keinginannya sendiri.

Selanjutnya, di antara berbagai keutamaan itikaf ialah terampuni dosa-dosa yang lalu dan terjauhkan dari api neraka. Thabrani dan Baihaqi meriwayatkan kisah dari Ibnu Abbas r.a.:

“Siapapun yang beri’tikaf satu hari karena mengharap keridhaan Allah, Allah akan menjadikan jarak antara dirinya dan api neraka sejauh tiga parit, setiap parit sejauh jarak timur dan barat.”

Selain itu, beritikaf juga identik dengan menyambut datangnya malam Lailatul Qadr. Malam kemuliaan yang Al-Quran Suah Al-Qadr pada ayat 1-5 menjelaskannya sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Kembali lagi, ibadah ini tidak diwajibkan. Tetapi praktik beritikaf memiliki nilai ibadah yang tinggi dan dapat mendatangkan berkah serta ampunan dari Allah Ta’ala bagi mereka yang melakukannya dengan ikhlas dan penuh keimanan.

Sumber:

  1. Rohmah pada Awal Bulan Ramadan
  2. Sesuai Al-Quran dan As-Sunnah: Tuntunan Itikaf
  3. Tata Cara Beritikaf dan Keutamaannya pada 10 Hari Terakhir di Bulan Ramadhan
  4. Amalan yang Sunnah pada Bulan Suci Ramadan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *