3 fase Ramadhan ini belum tentu semua muslim mengetahuinya. Padahal dengan memiliki ilmu dan strategi untuk setiap fasenya, ibadah bisa lebih optimal. Inilah penjelasan dari ketiga fase tersebut dan hal-hal yang m3esti kita lakukan pada setiap fase. Retno Widianti – Konsep Organisasi
Tingkatan dalam Puasa Ramadhan
Sebelum mengetahui lebih jauh mengenai 3 fase Ramadhan, alangkah lebih lengkap jika para muslim mengetahui bahwa ada yang disebut tingkatan dalam puasa Ramadhan. Salah satu tokoh Islam yang membahasnya yaitu Al-Ghazali.
Ia adalah seorang cendekiawan besar dalam dunia Islam. Dalam karyanya yang terkenal, “Ihya Ulumuddin” atau “Pembaruan dalam Ilmu Agama”, beliau menguraikan konsep tingkatan dalam puasa Ramadhan dengan rinci.
Puasa lahiriyah menjadi tingkatan pertama, atau menjadi permulaan. Pada tingkat ini, seseorang menjalankan puasa secara fisik dengan menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri. Mulai waktu terbit fajar hingga terbenam matahari.
Hal-hal tersebut merupakan kewajiban puasa Ramadan yang terdapat dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 183. Bunyinya yaitu:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Setelah melaksanakan puasa lahiriyah dengan tepat, seseorang bisa naik ke tingkat berikutnya atau bahkan menjalani puasa qalbiyah secara bersamaan. Puasa di tingkat kedua ini mencakup menahan diri dari pikiran-pikiran dan perilaku negatif.
Perbuatan tersebut misalnya hasad atau iri hati, dengki, membenci, dan berprasangka buruk. Melalui puasa hati, kita telah melakukan transformasi spiritual yang mendalam dan membersihkan diri dari nafsu-nafsu negatif.
Hingga pada akhirnya kita bisa berada di tingkat tertinggi dalam melaksanakan puasa. Yakni puasa ruhaniyah. Lebih dari sekadar perbuatan yang terlihat, selama berpuasa kita memusatkan perhatian sepenuhnya pada Allah Swt. di dalam hati dan jiwa kita.
Proses dalam rangka meraih ketiga tingkat ini tentu saja berbeda-beda pada setiap orang. Apalagi jika kita baru mengupayakan hanya di 3 fase Ramadhan saja. Oleh karena itu, penting senantiasa memohon keridaan Allah Swt. atas apa yang ingin kita capai.
Melalui tiga tingkatan puasa ini, Al-Ghazali bermaksud mengajarkan bahwa puasa Ramadan mencerminkan perjalanan menuju ketakwaan. Selain itu, menuntun kita berbagai maslahat dari hikmah berpuasa.
Hikmah Puasa

Selanjutnya, puasa dalam agama Islam memiliki berbagai hikmah yang mendalam. Baik secara spiritual maupun sosial. Al-Quran dan hadis juga menyatakan beberapa hikmah penting bagi umat Islam bahkan non muslim sekalipun.
Ayat 183 pada Surah Al-Baqarah di kitab suci Al-Quran yang sempat dibahas di atas, menunjukkan bahwa puasa membantu diri orang-orang Islam sendiri untuk meningkatkan kesadaran dan kembali mendekatkan dirinya kepada Sang Khalik.
Nafsu dan segala godaan duniawi yang datang pada seorang muslim, ialah cobaan yang bisa terlampaui jika muslim itu terbiasa berpuasa karena Allah Swt. Karena selama berpuasa, kita melatih kesabaran dan ketaatan.
Tidak hanya persoalan kesehatan ruhaniyah, puasa juga mengantarkan kita pada kesehatan jasmaniyah. Hikmah ini berlaku apabila kita berpuasa sambil mengatur pola makan dan menghindari asupan yang toksik untuk tubuh.
Rasulullah saw. bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim
“صوموا تصحوا”
Artinya: “Berpuasalah kamu, maka kamu akan sehat.”
Hikmah Puasa Lainnya
Kita berpuasa, berarti sedang membantu tubuh mengatur metabolisme dan meningkatkan kemampuannnya.
Hikmah lainnya selain untuk jiwa dan raga seorang muslim, puasa juga memiliki hikmah solidaritas sosial. Manfaat positif bagi orang lain dan lingkungan di sekitar muslim itu sendiri. Situasi berempati ini mendorong munculnya gerakan peduli dan berbagi rezeki.
Dari Sahl bin Sa’ad As-Saa’idi r.a, Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan Rasulullah saw. bersabda:
إِنَّ فِي الجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ القِيَامَةِ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ، يُقَالُ: أَيْنَ الصَّائِمُونَ؟ فَيَقُومُونَ لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
Artinya: “Sungguh, di surga ada sebuah pintu yang disebut Ar-Royyan, yang akan dimasuki pada hari kiamat oleh orang-orang yang berpuasa, tak ada seorang pun yang bisa masuk darinya selain mereka. Dikatakan (pada hari kiamat): Mana orang-orang yang berpuasa? Maka mereka bangkit, tak seorang pun yang bisa masuk darinya selain mereka, bila mereka telah masuk pintu tersebut ditutup, maka tak seorang pun yang bisa masuk darinya.”
Dengan demikian, Allah Swt. telah menunjukkan kepada kita bahwa puasa bukan hanya sekedar menahan diri untuk menjadi lapar dan haus. Tapi merupakan sebuah ibadah dengan hikmah spiritual, kesehatan, dan sosial.
Kemudian, semua hikmah tersebut alhasil menuntun muslim menemukan sendiri hakikat puasa untuk dirinya.
Organisatoris lain baca ini: Untuk Kamu yang Mencari Referensi Musyawarah Besar dengan Berbagai Tema Khusus
Hakikat Puasa
Sering kita temui keadaan dimana spirit muslim menurun dalam 3 fase Ramadhan yang akan kita bahas setelah ini. Contohnya, jamaah tarawih semakin sepi di pertengahan menuju akhir bulan suci. Untuk itu, beberapa pendapat hakikat puasa ini bisa menjadi penyemangat.
Secara umum, hakikat puasa tidak sebatas mampu menahan diri ini dari makan, minum, atau berhubungan suami-isteri di siang hari bulan suci (jimak). Melebihi itu, puasa yaitu menahan diri ini dari segala perbuatan, termasuk ucapan yang haram.
Betapa banyak muskim yang menunaikan puasa namun ia tak mendapatkan kebaikan dari puasanya tersebut kecuali rasa ingin makan dan minum. Tentu saja, bukan ini hakikat puasa Ramadhan bagi muskim yang bersungguh-sungguh.
Kyai Haji Hasyim Asy’ari menekankan bahwa puasa Ramadhan merupakan sebuah bentuk ibadah wajib dalam syariat Islam. Pendiri Nadhlatul Ulama atau NU ini mengajarkan agar kita bisa memandang puasa sebagai sarana membersihkan jiwa.
Tentunya setelah jiwa bersih, dapat semakin dekat dengan Allah Swt.
Sementara itu, Kyai Haji Ahmad Dahlan melihat hakikat puasa Ramadhan sebagai upaya untuk meningkatkan kepatuhan terhadap ajaran islam. Berpuasa penting menjadi sarana memeperkuat iman, mengendalikan hawa nafsu, dan meningkatkan kepedulian sosial.
Selaku pendiri Muhammadiyah, pandangan beliau tercermin dalam khazanah literatur dan pemikiran organisasinya.
Ada pula hakikat puasa menurut Gus Dur. Beliau sebagai Presiden Republik Indonesia ke-4 justru melihat puasa sebagai momentum untuk memperjuangkan nilai-nilai keadilan, toleransi, dan perdamaian dalam masyarakat.
Sosok bernama Kyai Haji Abdurrahman Wahid itu juga telah banyak mengungkapkannya dalam ceramah, tulisan, dan berbagai pidato politik.
Melalui pemahaman hakikat puasa yang mereka sampaikan, sedikit banyaknya menuntun akan kesimpulan bahwa hakikat puasa selain menunaikan kewajiban, bergantung kepada bagaimana setiap muslim menggunakan waktu berpuasanya untuk melancarkan kebaikan.
Organisatoris lain baca ini: Agar Perusahaan Memiliki Kejelasan Divisi yang Strukturnya Ideal
3 Jenis Fase di Bulan Ramadhan

Akhirnya, sampailah tulisan ini pada pembahasan yang dinanti-nantikan. Yakni terkait 3 fase Ramadhan yang belum tentu muslim mengetahuinya. Fase-fase ini menggambarkan perjalanan spiritual umat selama bulan puasa.
Fase rahmat, yaitu yang paling awal dari 3 fase Ramadhan. Kehadiran fase ini menjejaki sebuah hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Di dalamnya, Rasulullah Saw. bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan iman dan mengharapkan pahala dari Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
Berdasarkan dukungan hadis tersebut, fase ini menunjukkan bahwa ada momen dari 3 fase Ramadhan di mana rahmat Allah Swt. tercurah dengan melimpah kepada umat-Nya. Mereka yang memiliki kesempatan berpuasa, teramat beruntung.
Seperti yang kita tahu, bukan hanya tubuh saja yang perlu beradaptasi. Ketika 10 hari pertama bulan Ramadhan ini, banyak muslim menghadapi persoalan dan mesti menyesuaikan dengan sabar.
Siapa yang sanggup melewati fase kesatu hingga nanti melengkapi 3 fase Ramadhan? Hanya orang yang benar-benar niat beribadah karena Allah Ta’ala yang mampu melewatinya.
Oleh karena itu disebut beruntung. Berkaitan juga dengan bagian tengah dari 3 fase Ramadhan yaitu maghfirah atau ampunan. Salah satu keberuntungan yang menjadi kebahagiaan muslim itu adalah karena kesempatan mendapat kasih sayang-Nya.
Tersirat saat memasuki Lailatul Qadar. Malam yang penuh berkah dan keutamaan, di mana amalan-amalan berlipat ganda pahalanya dan ampunan Allah Swt tersedia dengan luas bagi mereka yang memohon. Rasulullah Saw. bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Barangsiapa yang menjalankan shalat pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan harapan akan pahala dari Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
Fase Berikutnya
Lalu menutup 3 fase Ramadhan, ialah ‘itqum min an-Nar atau pembebasan dari neraka. Waktu dimana umat Islam memperbanyak ibadah malam dengan harapan mendapatkan Lailatul Qadar.
Harapan untuk mendapatkan keberkahan, ampunan, dan pembebasan dari siksa neraka. Bagian akhir dari 3 fase Ramadhan ini tentu saja terjadi jelang Ramadhan pergi meninggalkan umat karena habis waktunya.
Dengan memahami dan memanfaatkan 3 fase Ramadhan sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Rasulullah Saw., umat Islam diharapkan dapat meraih kemenangan yang hakiki sehingga menjadi insan yang lebih baik, fitri, dan memperoleh pahala berlipat ganda.
Organisatoris lain baca ini: Cara Mudah Susun Bagan bagi Organisasi Sekarang Lebih Mudah dengan Contoh
Hingga nanti bulan Ramadhan telah usai, maka kebaikan pada seorang muslim meliputi pikiran, hati, dan panca indera yang terkontrol bersih, kebiasaan mendengar, membaca, dan mengamalkan Al-Quran dapat menjadi syafaat kelak.
Oleh sebab itu, sia-sia bagi muslim yang memasuki 3 fase Ramadhan tanpa persiapan dan melaluinya tanpa melakukan kebaikan. Bulan puasa ialah ladang untuk menanam sekaligus memanen hal baik, momen yang belum tentu muslim menemuinya kembali.
Sumber:
- Hukum Berpuasa pada Bulan Ramadhan
- 3 Tingkatan Orang Puasa Menurut Imam Al Ghazali
- Keutamaan, Hukum, Makna, dan Hikmah Puasa Ramadhan
- Hakikat Pengendalian Diri dan Puasa selama Ramadhan