Cara berpuasa yang benar penting, terutama bagi umat muslim yang sebentar lagi memasuki bulan suci Ramadhan. Bulan yang mana mewajibkan berpuasa, menahan nafsu sehingga kita dapat meraih kemenangan yang hakiki pada idul fitri nanti. Simak caranya berikut ini. Retno Widianti – Konsep Organisasi
Cara Niat Puasa yang Benar
Niat merupakan bagian penting untuk menjalankan segala ibadah dalam hidup. Niat juga menjadi kunci awal cara berpuasa yang benar dalam agama Islam. Lebih sah seorang muslim dengan meniatkan sesuai apa yang akan dilakukannya.
Khusus menjelang momen Ramadhan, terdapat dua jenis niat puasa yang perlu muslim ketahui. Pertama niat puasa Ramadan dan niat puasa qada, yang merupakan penggantian puasa Ramadan yang tertinggal atau tidak dikerjakan pada waktunya.
Untuk melakukan cara berpuasa yang benar, niat puasa Ramadan mesti muslim lakukan sebelm fajar subuh tiba. Biasanya, lebih afdol pada malam sebelum esok hari sahur. Niat ini bisa muslim ucapkan secara lisan dalam hati atau dengan lafal jelas yang jelas.
Hal yang paling penting ialah niat terucap ikhlas dan tertanam di hati. Niatkan melakukan puasa semata-mata karena taat kepada perintah Allah Ta’ala. Masyarakat secara umum menggunakan niat puasa Ramadhan sebagai berikut:
ُ غَدًا رَمَضَانَ لِلَّهِ تَعَالَى
Artinya, “Saya berniat puasa esok hari Ramadhan karena Allah Ta’ala.”
Ucapkan niat puasa yang benar dengan keyakinan dan kesungguhan dalam hati. Selain itu, barengi dengan niat untuk menunaikannya secara penuh, menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Cara Niat Puasa Lainnya
Kemudian untuk niat puasa qada, yang merupakan puasa pengganti bagi puasa Ramadhan. Niat dalam cara berpuasa yang benar, pelaksanaannya sebelum memulai puasa. Lafal niat puasa qada bisa berbeda-beda tergantung pada preferensi individu.
Namun esensinya tetap sama, yaitu menyatakan tujuan menjalankan qada dengan cara puasa yang benar, ikhlas, dan penuh kesungguhan. Contoh lafal niat puasa qada yaitu:
ُ صَوْمَ فَرْضِ قَضَاءِ يَوْمٍ مِنْ رَمَضَانَ مِنْ أَجْلِ اللهِ تَعَالَى
Artinya, “Saya berniat puasa mengganti (qada) satu hari Ramadhan karena Allah Ta’ala.”
Puasa qada merupakan wujud pertanggungjawaban muslim terhadap kewajiban agama. Oleh karena itu, selaras dengan anjuran para ulama, niatkan sesegera mungkin melaksanakan qada sebelum waktu Ramadhan berikutnya datang.
Catat bahwa dalam cara berpuasa yang benar di Islam, niat merupakan amalan yang bersifat batiniah, sehingga muslim tidak harus mengucapkannya secara keras dan nyaring. Bagian yang terpenting adalah kesungguhan dan keikhlasan dalam hati saat mengucapkannya.
Selain itu, niat puasa juga harus didasari oleh pemahaman yang benar terhadap ajaran agama dan semangat untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Inilah kunci utama yang menentukan keabsahan dan keberhasilan suatu ibadah.
Meskipun penilaian akhirnya ada di kehendak Sang Khalik, seseorang melakukan niat dan cara puasa yang benar nan ikhlas, berarti mengupayakan pahala dan keberkahan dari Allah Ta’ala. Sekarang mari kita bahas waktu yang tepat untuk melakukan qada puasa Ramadhan.
Waktu yang Tepat Membayar Hutang Ramadhan
Menurut Kementerian Agama Republik Indonesia, waktu yang tepat untuk membayar hutang puasa Ramadhan adalah sesegera mungkin setelah bulan Ramadhan berakhir.
Hal ini sejalan dengan prinsip Islam yang mengajarkan untuk menunaikan kewajiban dengan segera dan tidak menunda-nunda ibadah. Kementerian Agama Republik Indonesia menekankan pentingnya menjalankan kewajiban agama secara bertanggung jawab.
Untuk menghitung dan melaksanakan pembayaran hutang puasa Ramadhan di Indonesia yang lazim yaitu:
- Seseorang perlu mencatat jumlah hari puasa yang tertunda atau yang harus qada. Pastikan menuliskan juga alasannya seperti sakit atau musafir.
- Setelah mengetahui jumlah hari puasa yang harus diganti, langkah selanjutnya adalah menjalankan cara puasa yang benar untuk qada secara berturut-turut hingga melunasi jumlah hari yang tercatat tadi.
Jika jumlah hari puasa yang tertunda cukup banyak, seseorang perlu konsisten dalam menjalankan qada sampai seluruh hutang puasa itu lunas.
Selain menjalankan puasa secara berturut-turut, Kementerian Agama Republik Indonesia juga memberikan opsi untuk membayar fidyah sebagai pengganti bagi mereka yang tidak mampu menjalankan puasa Ramadhan karena alasan tertentu.
Alasan tersebut bisa jadi karen kronis atau usia lanjut yang membuat puasa menjadi berat atau bahkan tidak mungkin terlaksana. Fidyah ini merupakan pembayaran ganti atas ketidakmampuan seseorang untuk berpuasa.
Hukum Waktu Membayar Hutang Puasa Ramadhan Selanjutnya
Jumlah fidyah berdasarkan cara berpuasa yang benar, ditetapkan berdasarkan harga satu sa’ makanan pokok yang lazim dikonsumsi oleh masyarakat setempat. Kemudian seseorang tersebut membayar sesuai jumlah puasa yang belum lunas.
Setiap muslim yang perlu membayar fidyah juga harus melakukannya secepat mungkin setelah bulan Ramadhan berakhir. Di bawah ini adalah contoh simulasi perhitungan fidyah Ramadhan.
Misalkan seseorang tidak mampu berpuasa selama bulan Ramadhan karena alasan kesehatan yang membutuhkan pemulihan yang lama. Dalam hal ini, ia memutuskan untuk membayar fidyah sebagai pengganti puasa yang tidak dapat dilaksanakan.
Langkah pertama adalah mengetahui harga satu sa’ makanan pokok yang lazim dikonsumsi oleh masyarakat setempat. Misalkan harga satu sa’ beras adalah 50.000 rupiah. Kemudian, jumlah hari puasa yang ia tidak mampu berpuasa, selama 10 hari.
Selanjutnya, kita perlu menghitung total fidyah: 10 hari x 50.000 rupiah = 500.000 rupiah. Dengan demikian, seseorang tersebut perlu membayar fidyah sebesar 500.000 rupiah sebagai pengganti puasa yang tidak dapat dilaksanakan selama bulan Ramadhan.
Muslim dapat menentukan nilai fidyah yang berbeda-beda tergantung pada harga makanan pokok dan kondisi ekonomi setempat. Juga penting untuk berkonsultasi dengan otoritas agama atau ulama jika ada ketidakpastian atau perlu informasi terpercaya penyalurannya.
Organisatoris lain baca ini: Dasar Komunikasi yang Bisa Bantu Kamu Lebih Komunikatif
Hukum Bacaan Doa Buka Puasa
Setelah membahas niat, waktu dan cara membayar hutang puasa, mari lengkapi pengetahuan soal cara puasa yang benar dengan memahami hukum bacaan doa buka puasa.
Muslim membaca doa buka puasa ketika waktu berbuka tiba, yaitu saat matahari terbenam. Bacaan doa ini bertujuan untuk menyatakan niat yang tulus kepada Allah Ta’ala serta mensyukuri nikmat yang telah diberikan-Nya.
Secara lazim, masyarakat Indonesia menggunakan lafaz doa berbuka puasa: “Allahumma laka sumtu wa ‘ala rizqika aftartu.” Artinya, “Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka.”
Sehabis cara puasa yang benar, untuk membacanya dengan tepat perlu memperhatikan tajwid dan memastikan kekhusyukan dalam hati saat mengucapkannya. Agar penuh kesadaran akan maknanya sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat pemberian Allah.
Waktu yang tepat untuk membaca doa berbuka puasa adalah pada saat matahari terbenam, yang menandakan berakhirnya waktu puasa. Ulama terbagi menjadi dua pendapat, ada yang membacanya setelah membatalkan puasa dahulu dan ada yang sebelumnya.
Keduanya memiliki landasan tersendiri. Di samping itu yang tak kalah penting juga, Rasulullah saw. menyarankan untuk segera memperbanyak berdoa ketika waktu berbuka tiba.
Karena doa pada waktu tersebut lebih mustajab (dikabulkan). Namun, keberkahan dan penerimaan doa tergantung pada niat yang tulus dan kesungguhan dalam beribadah.
Oleh karena itu, saat membaca doa buka puasa, muslim melakukannya dengan penuh penghayatan. Ini akan menjadikan ibadah puasa lebih bermakna dan harapannya mendatangkan berkah dari Allah Ta’ala.
Organisatoris lain baca ini: Mudah, Berikut Panduan Membuat Pidato Rekreatif
Aturan dalam Islam Waktu Sahur
Sudah berbuka puasa, keesokan harinya muslim akan kembali melaksanakan sahur selama Ramadhan. Pada waktu sebelum terbit fajar, orang Islam makan dan minum sebagai persiapan dalam menjalankan ibadah puasa sepanjang hari.
Beberapa aturan penting yang perlu di perhatikan sebagai bagian dari cara puasa yang benar yaitu:
- Waktu sahur ialah sebelum matahari muncul atau sebelum waktu imsak. Biasanya sekitar dua hingga tiga jam sebelum jam imsak di mulai.
- Menu sahur yang di konsumsi mesti cukup untuk memberikan energi selama menjalani puasa, terlebih bagi muslim yang beraktifitas tinggi seperti bekerja. Hindari makanan yang menyulitkan tubuh untuk mencernanya.
- Makan secukupnya selama sahur dan tidak berlebihan adalah kunci agar muslim tidak merasa terlalu kenyang atau terlalu lapar saat jam berpuasa.
- Berdoa dan mengingat Allah di waktu sahur merupakan amalan yang dapat mengundang keberkahan.
- Minum air yang cukup saat sahur agar tubuh tetap terhidrasi selama berpuasa.
Untuk menjalani sahur dengan tenang dan bermakna, seorang muslim mesti bangun tepat waktu agar persiapan optimal. Hal penting yang juga perlu muslim pahami yakni mengenai anjuran mengonsumsi minimal air dan tidak meninggalkan sahur.
Bukhari dan Muslim meriwayatkannya, bahwa Rasulullah Saw. bersabda : “Sahur adalah makanan yang diberkahi, janganlah kamu tinggalkan meskipun hanya dengan secangkir air. Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat kepada orang-orang yang melakukan sahur.”
Organisatoris lain baca ini: Persiapan Ramadhan, Ada Tiga Puluh Judul Ceramah Nih
Hukum Minum dan Makan Waktu Subuh Bulan Ramadhan
Hal yang tak kalah penting sebagai bagian dari cara puasa yang benar, ialah menghindari lalai dalam mempersiapkan waktu berpuasa dengan minum dan makan hingga subuh berkumandang.
Adzan subuh terjadi setelah waktu masuk imsak. Sementara, waktu terakhir sebelum terbit fajar yang menandakan awalnya waktu puasa Ramadhan adalah waktu imsak. Pada saat itu, seharusnya muslim telah mulai berpuasa.
Makan dan minum setelah imsak, kecuali dalam keadaan darurat atau kebutuhan medis yang membutuhkan konsumsi makanan atau minuman untuk menjaga kesehatan atau keselamatan seseorang, dapat membatalkan puasa seseorang.
Namun, umat muslim harus berhati-hati dan hanya melakukan hal tersebut jika benar-benar di perlukan, dengan memperoleh fatwa atau nasihat dari ulama atau ahli agama yang kompeten.
Dengan demikian, umat muslim sebaiknya menghormati waktu imsak sebagai awalnya waktu puasa Ramadhan dan menahan diri sebagai bentuk ketaatan kepada ajaran agama yang menjadi esensi dari ibadah puasa Ramadan.
Sumber:
- Waktu Membaca Niat Puasa dan Enam Lafalnya
- Fidyah, Apa Itu dalam Syiar Ramadhan oleh Kakanwil ke Sebelas oleh Sehe diakses online pada 2 Maret 2024 di laman Kemenag RI Prov. Sulawesi Utara
- Lima Opsi Doa Berbuka Puasa Ramadhan yang Bisa Dibaca oleh Tim Redaksi MUI diakses online pada 2 Maret 2024
- Mazidah, A. (2020) Penetapan Waktu Imsak Perspektif Fikih Empat Madzhab & Ilmu Falak Kemenag RI. Diploma thesis, IAIN Madura.