Masa suram pertanian, adalah salah satu masa yang mana membuat para petani terus bertahan dalam keadaan yang tidak bisa mereka prediksi. berikut pembahasannya.Ayu Maesaroh, organisA51 – organisasi.co.id
Dalam kemajuan di kehidupan pasti ada yang namanya menemukan masa-masa yang teramat sulit, mengharuskan kita untuk berdamai dengan keadaan, namun ego masih tak mau untuk melakukannya.
Dan mungkin, itulah yang akan menjadi reaksi beberapa tanaman dan lingkungan, yang sudah mendapatkan perlakuan tidak baik, dari beberapa oknum manusia.
Mereka dengan seenak hati, menyirami dan memberikan mereka makanan yang seharusnya, tidak mereka rasakan. Zat-zat yang mempunyai kadar tinggi dan keras, mau tidak mau mereka telan dalam-dalam.
Kemudian jika mereka (oknum) tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan dari beberapa tanaman yang mereka pikir sudah “dirawat” sedemikian rupa.
Dan nyatanya tidak memberikan apa yang mereka harapkan. Para tanaman pun harus siap untuk mendapatkan cemoohan yang lebih tajam. Jika mereka mempunyai hati dan dapat berkata, mungkin saat itu mereka akan menangis.
Menerka, akan sampai kapan kehidupan mereka yang demikian segera selesai. Namun, entah darimana, Tuhan menjawab dengan membawa mereka kepada orang-orang yang perduli.
Merawat mereka dengan cara organik, berusaha mengembalikan lagi kehidupan awal mereka lagi. Entah dari cara tradisional ataupun modern.
Yang terpenting adalah masa suram dari sistem pertanian tersebut, dapat mereka lepaskan dan keluar. Namun mengenai modern dan tradisional, berikut dalam artikel kali ini, akan kami ulas:
Bentuk Pertanian Tradisional dan Modern

Sebelum dunia mengalami masa bercocok tanam, dunia sudah mengenal beberapa metode untuk bisa bertahan hidup dan mempunyai profesi. Salah satunya menjadi seorang pemburu.
Yang mana mereka bertugas untuk memburu beberapa hewan yang ada di alam bebas, dan menjadikannya sebagai santapan bersama keluarga mereka.
Hingga pada akhirnya, berganti zaman pun manusia mulai berfikir untuk mencari solusi terbaik agar kehidupan mereka tidak berpindah, dan mendapatkan profesi yang tetap.
Oleh karenanya dengan bercocok tanamlah, mereka akhirnya bisa mewujudkan hal tersebut. Kemudian berbagai teknik pertanian di muli.
Mulai dengan teknik tradisional, yang masih menggantungkan pembajakan sawah dengan tenaga hewan seperti kerbau, sapi, dan sejenisnya.
Kemudian mulai melihat titik balik dari sekian masa suram yang mereka rasakan pada era pertanian terdahulu. Yakni dengan hasil panen yang juga tidak kalah baiknya.
Organisatoris lain baca ini: Bahan Makanan Organik: Alasan dan 5 Jenisnya
Pun dulu masih menggunakan pupuk organik, yang mana mereka mengandalkan beberapa kotoran hewan, untuk diolah menjadi pupuk organik, entah kandang, dan sebagainya.
Hingga kemudian muncul pada saat era modern. Era tersebut benar-benar mengubah gaya hidup manusia, terutama dalam bidang pertanian.
Ada begitu banyak teknologi yang kemudian memberikan kemudahan bagi para petani, dalam mengolah dan menanam tumbuhan, agar bisa lebih menyingkat waktu serta hasilnya bisa lebih meningkat.
Di sisi lain, teknologi yang canggih pun menawarkan beberapa keuntungan lain, yakni mulai beredarnya berbagai produk anorganik, dengan iming-iming hasil panen yang bisa lebih cepat di dapatkan.
Tapi, siapa sangka jika hal tersebut akan mendatangkan malapetaka “kembali”?
Sejak Kapan Dikenal Pertanian Non organik?
Dari munculnya berbagai produk anorganik lah, masa pertanian dengan menggunakan bahan demikian mulai marak. Para petani juga mulai menuai apa yang mereka inginkan.
Kemudian dengan panen yang semakin banyak, memicu para petani untuk terus menerus menggunakan pupuk non organik demikian, agar terus mendapatkan hasil panen yang sama jumlahnya.
Tapi, semua kenikmatan tersebut mulai memudar ketika hari demi hari, tanah yang menjadi media tanam mereka mulai tercemar akibat dari penggunaan pupuk.
Di tambah dengan limbah industri yang semakin tidak bisa terkendali. Pun dengan harga sayuran, buah, dan sebagainya di pasaran, mempelihatkan penurunan yang semakin drastis.
Antara harga dan modal perawatan, semakin tidak berimbang. Masa yang sebenarnya tidak mereka inginkan, pun pada akhirnya muncul, dengan suram yang berbeda, dan penyiksaan yang dirasakan oleh pertanian pun berbeda.
Lalu, siapa yang salah dalam hal ini?
Produk Pertanian yang Menghancurkan Tanah

Yang kemudian para petani mulai tersadar, bahwa semuanya adalah tindakan mereka karena menggunakan pupuk, yang sebenarnya membuat berbagai pihak menjadi menapak tilas kembali masa itu.
Kesuraman yang awalnya mereka hindari, pun terulang dengan keadaan yang berbeda, bahkan semakin parah. Kemudian mereka menguraikan beberapa bahan non organik, yang mereka anggap sebagai penghancur.
Dari tanaman serta tanah yang sebenarnya mereka rawat. Jadi, apa saja produk pertania yang menghancurkan tanah? Berikut ulasannya:
Pestisida
Adalah salah satu jenis produk non organik, yang juga akhirnya mendatangkan masa suram dari pertanian akhir-akhir ini.
Tugas dari pestisida tersebut memang baik, yakni menyingkirkan hama, yang ada pada tanaman agar pertumbuhannya bisa lebih optimal.
Namun, siapa sangka bahwasannya, menggunakan hal tersebut dapat merusak permukaan sampai ke dalam tanah. Yang membuatnya semakin kering karena unsur hara yang ada, terkikis setiap harinya.
Pupuk Kimia
Adalah jenis pupuk yang mempunyai beberapa kandungan di dalamnya, seperti phosfor, Nitrogen, dan juga kalium. Beberapa jenis produk dari pupuk kimia ada beberapa.
Seperti misalnya pupuk urea, SP-36, dan yang terakhir adalah NPK. Mempunyai keunggulan masing-masing, namun kembali lagi, jenis tersebut juga lambat laun mengikis unsur hara alami yang ada di tanah.
Dan menggantikannya menggunakan bahan kimia. Tidak heran jika kehabisan pupuk kimia, maka malapetaka akan terjadi kepada tanah-tanah tersebut.
Produk Herbisida
Selanjutnya adalah jenis herbisida. Bahan kimia yang satu ini, mempunyai beberapa fungsi untuk menjaga pertumbuhan tanaman, salah satunya dengan mengganggu pertumbuhan gulma.
Gulma dalam hal ini, adalah salah satu hewan pengganggu tanaman agar mereka bisa gagal di masa pertumbuhan, kemudian mereka tidak bisa lagi menghasilkan panen yang optimal.
Zat Kapur Buatan
Yang terakhir adalah zat kapur buatan. Jenis yang satu ini, membantu tanaman dalam mendapatkan zat kalsium, yang bisa membantu mereka agar beberapa bagian dari tanaman bisa tetap kokoh dan tidak mudah patah.
Begitu juga dengan zat kalsium yang dapat membantu tanaman agar bisa menumbuhkan beberapa daun dengan jumlah yang lebih banyak.
Produk-produk tersebutlah, yang akhirnya menjadikan para petani marak untuk membeli, dengan hasil yang menjadi. Namun semua gigit jari.
Ketika pertanian berada dalam titik masa suram, yang kembali terulang lagi.
Perbedaan Bentuk Pertanian Tradisional dan Modern
Kembali lagi dengan pembahasan pertanian tradisional dan modern, apa yang menjadi titik perbedaannya? Dan kenapa hal tersebut bisa terjadi begitu saja di bidang pertanian tersebut?
Jadi, berikut beberapa perbedannya:
Segi Cara Membajak
Pada masa pertanian tradisional, masyarakat sering memanfaatkan tenaga hewan, agar hasil dari bajakannya bisa lebih baik.
Pun dengan hasilnya, yang juga akan mengikuti hasil pembajakan yang ada. Jadi, tidak heran jika dalam menggarap satu petakan sawah, bisa memakan waktu yang cukup lama.
Berbeda dengan pada zaman modern. Teknologi sudah memunculkan taringnya, dan membuktikan bahwa teknologi dapat memudahkan manusia dalam segala bidang kehidupan, termasuk bidang pertanian.
Salah satunya adalah teknologi traktor. Yang mana teknologi tersebut, memudahkan manusia agar membajak sawah lebih mudah, serta menghemat tenaga manusia.
Dari Cara Penanaman
Teknik tradisional dalam hal ini adalah masalah penanaman, masih sering digunakan oleh beberapa petani yang ada di desa. Mereka memilih demikian, untuk menjadi aktivitas mereka selain berada di rumah.
Oleh karenanya dalam prosesnya, membutuhkan waktu yang cukup lama. Satu per satu harus di tanam sesuai dengan lubang untuk penempatan biji tanaman, dan sebagainya.
Organisatoris lain baca ini: Pertanian Organik: Pengertian, Kegunaan Dan Peluang
Hal ini berbanding terbalik dengan zaman yang sudah digital seperti ini. Ada begitu banyak penemuan mesin di bidang pertanian, yang nantinya akan membantu para petani dalam menanam biji di media tanam.
Sehingga para petani tidak perlu khawatir lagi tentang apakah lubang satu dengan yang lainnya sudah terisi oleh biji tanaman, atau belum.
Tujuan dari Para Petani
Apakah berbeda? Bukannya sama saja? Belum tentu. Jika kita perhatikan, seorang petani tradisional, mereka melakukan demikian untuk memenuhi kehidupan sehari-hari mereka.
Jadi, untuk produksinya sendiri, tidak begitu banyak, dan mereka hanya menjual kepada beberapa tetangga, atau ke pasar dengan membawa jumlah sayur yang sudah di rinci jumlahnya terlebih dahulu.
Hal tersebut berbeda dengan para petani modern, yang memang sengaja memproduksi dengan jumlah banyak, untuk bisa memenuhi stok dari pasar.
Tidak heran jika nantinya ada berbagai perekrutan dari para petani tersebut, untuk membantunya dalam menangani pengendalian mesin pertanian.
Sistem Perawatan
Pun dengan sistem perawatan yang berbeda. Dalam pertanian tradisional, biasanya mereka lebih mengandalkan alam, dan cuaca darinya.
Sehingga ketika pada musim kemarau, akan mengalami masa suram yang teramat, yang mana pada bidang pertanian akan mengalami kekeringan yang luar biasa.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan sistem modern, yang mana mereka sudah menyiasati ketika kemarau datang. Dengan menggunakan sistem terasering, dan sejenisnya.
Dari Sisi Modal
Untuk sisi modal, juga berbeda. Pertanian tradisional, mereka menggunakan modal dengan jumlah yang tidak terlalu besar. Mengingat ada beberapa sektor yang mereka pegang dan kerjakan sendiri.
Kemudian beberapa alat untuk membajak sawah pun masih sederhana. Hal ini tidak berlaku pada pertanian modern, yang mana mereka membutuhkan berbagai biaya, yang tidak sedikit jumlahnya.
Mulai dari perawatan, nutrisi, obat untuk tanaman, dan sebaganya. Oleh karenanya, untuk hasil panen lebih tinggi, pun dengan mengalami kerugian juga bisa lebih tinggi resikonya.
Penutup
Itulah beberapa pembahasan mengenai masa suram pertanian. Dari pembahasan tersebut, bisa kita simpulkan bahwasannya, tidak semua bahan kimia bisa digunakan terlalu sering, apalagi menjadi nutrisi utama tanaman.
Karena kita tidak pernah tahu bagaimana resikonya, ketika hal tersebut kita lakukan secara terus-menerus, tanpa memberikan nafas kepada tanah dan tanaman walau sedikit saja.
Pada akhirnya yang menjadi korban adalah tanah, yang semakin hari semakin terkikis unsur haranya. Kemudian kekeringan akan melanda kepada mereka.
Dan umpatan terus-menerus menjurus kepada tanah, seolah mereka salah, karena tidak berada pada posisi seperti sedia kala.
Sekian ulasan kali ini, semoga menginspirasi.
Daftar Pustaka:
- Pertanian kuno dan modern
- Pertanian tradisional dan modern
- Definisi pestisida
- Pupuk anorganik
- Definisi Herbisida