Perempuan-perempuan tangguh telah ada sejak jaman dahulu. Bahkan di era penjajahan, bukan berarti perempuan tidak ada gunanya. Jepang sendiri membentuk pasukan kekuatan yang terdiri atas para perempuan yang bernama Fujinkai. Pengertian dari istilah Fujinkai ini membangkitkan gelora pertempuran kaum perempuan.
Tika, Konsep Organisasi – organisasi.co.id
Fujinkai : Awal pembentukan
Jepang menjajah Indonesia selama tiga tahun namun di waktu yang sempit itu mereka justru tengah membuat beragam organisasi dan salah satunya adalah Fujinkai. Pengertian dari istilah Fujinkai adalah organisasi yang terdiri atas para wanita.
Namun wanita-wanita tersebut bukan berasal dari sembarang wanita. Mereka adalah istri-istri para militan. Sebenarnya para wanita ini dulunya masuk dalam organisasi Putera. Tidak banyak yang tahu bahwa Pusat Tenaga Rakyat (Putera) adalah organisasi bentukan Jepang yang menjadikan empat serangkai sebagai pimpinan.
Mereka adalah Ir. Soekarno, M. Hatta, KH. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara. Penasihat di organisasi ini adalah orang-orang Jepang.
Setelah putera bubar inilah kemudian Fujinkai bangkit dengan beranggotakan wanita-wanita mantan anggota Putera. Merasa anggota mereka tidak banyak, akhirnya semua wanita dengan usia minimal 15 tahun berhak masuk ke dalam Fujinkai dan mendapatkan mandat-mandat sesuai ketentuan organisasi.
Di Jepang, organisasi sejenis Fujinkai bernama Dai Nippon Fujinkai. Bahkan sebenarnya Fujinkai Indonesia merupakan jiplakan dari Fujinkai Jepang yang bertugas memajukan perekonomian negara Matahari Terbit tersebut.
Sasaran Fujinkai
Pengertian dari istilah Fujinkai adalah organisasi wanita bentukan Jepang. Sebagai wanita mereka tidak wajib bertarung seperti halnya laki-laki. Dalam hal ini mereka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melakukan pelatihan-pelatihan untuk masyarakat.
Contohnya mereka berlatih membuat dapur umum maupun membantu pasukan perang yang terluka. Jadi sasaran mereka bukanlah kemenangan namun kesejahteraan masyarakat. Bahkan para wanita tersebut juga akan melakukan kerja bakti tanpa upah karena kodrat wanita yang cenderung seperti itu.
Mengayomi, mengurus urusan domestik, dan merawat adalah kodrat wanita. Namun ketika kondisi menjadi semakin terdesak, mereka pun ikut maju dalam perang. Untuk biaya pendanaan perang juga berasal dari organisasi ini. Semua anggota wajib membayar iuran wajib yang berupa bahan makanan, uang, perhiasan, dan sebagainya.
Organisatoris lain baca ini: Mukadimah Ceramah Agama Islam: 3 Contoh Teks
Alasan Jepang Membentuk Fujinkai
Pengertian dari istilah Fujinkai adalah perkumpulan wanita yang dibentuk oleh Jepang ketika mereka menjajah Indonesia. Fujinkai mulai menunjukkan eksistensinya pada Agustus tahun 1943 dan mengutip organisasi serupa yang ada di Jepang.
Jepang membentuk Fujinkai karena para lelaki pribumi akan fokus terhadap perang. Mereka membutuhkan sekelompok orang yang mengurus masalah domestik, mencari dana untuk biaya perang, hingga membantu mengobati para korban perang.
Lebih dari itu, wanita-wanita tersebut juga akan membantu membuat dapur umum, melakukan kerja bakti tanpa upah, dan melakukan kursus-kursus untuk meningkatkan traaf hidup masyarakat. Ini semua adalah upaya untuk membantu Jepang semakin eksis menjajah Indonesia.
Garda terdepan adalah para lelaki yang maju menghadapi perang dan sebagai garda belakang adalah para wanita yang melakukan pekerjaan pendukung.
Untuk menyeimbangkan kedua hal tersebut maka berdirilah organisasi ini yang membuat wanita seakan menjadi sosok yang tak kalah penting dari pria. Namun sebenarnya di balik itu semua banyak hal yang jauh lebih merugikan bagi wanita Indonesia.
Pembayaran iuran wajib yang harus mengorbakan harta benda mereka juga menjadi salah satu hal yang memberatkan. Tanpa mereka sadari, para wanita ini sebenarnya sedang benar-benar dijajah dengan bekerja dan mendapat upah minim atau tidak mendapat upah. Selain itu mereka tetap harus membayar iuran.
Cara Kerja Fujinkai
Sebagai organisasi yang menjiplak organisasi yang telah ada di Jepang, cara kerja Fujinkai memakai dasar-dasar yang sama dengan perkumpulan wanita militan di Jepang tersebut yaitu Dai Nippon Fujinkai. Ketika di Jepang saja anggotanya mencapai 15 juta jiwa wanita dengan usia dua puluh tahun ke atas, di Indonesia jumlahnya lebih dari itu.
Bayangkan saja berapa jumlah penduduk Indonesia dari Sabang Sampai Merauke dan berapa dana yang Jepang dapatkan dari organisasi ini. Fujinkai akan mendukung pengadaan alat-alat perang melalui iuran wajib yang mereka terapkan.
Para wanita ini menjadi garda belakang dalam perang. Akan tetapi terdapat perbedaan mengenai aliran dana pada Fujinkai Indonesia. Karena belum adanya perindustrian yang menggunakan alat-alat berat di Indonesia, maka para anggota organisasi ini akan bekerja dalam bidang pertanian dan jahit menjahit.
Wanita Fujinkai akan membuat baju karung goni hingga menanam sayur dan buah-buahan. Baju karung itu mereka berikan untuk pekerja romusha. Bayangkan betapa tidak enaknya hidup di jaman penjajahan tersebut dan terlahir menjadi laki-laki kala itu.
Jika kita simpulkan maka cara kerja organisasi ini adalah mengumpulkan para wanita usia 15 tahun ke atas dan menarik iuran dari mereka. Dana akan masuk ke militer Jepang untuk kemudian mereka kelola.
Selanjutnya anggota organisasi akan mengikuti pelatihan dan kursus kemudian sehari-harinya mereka bercocok tanam, menjahit, hingga mengobati korban perang.
Di lokasi perang mereka akan menjadi perawat sekaligus koki yang memenuhi kebutuhan logistik para militan. Hal ini tentunya bukan tanpa mandor. Ada beberapa wanita pribumi yang menjaid ketuanya. Namun tentunya semua itu tetap dalam pengawasan tentara Jepang.
Korban Fujinkai
Ternyata di ujung tahun 1944, kekuasaan Jepang mulai memberi sinyal tidak mampu lagi bertahan. Negara yang terkenal dengan kelicikasekaligus kepandaiannya ini akhirnya memobilisasi kaum wanita. Mereka melakukan aksi propaganda.
Wanita masuk ke dunia militer dan dilatih secara militer. Tindakan ini benar-benar tidak berprikemanusiaan. Tidak heran jika seorang aktifis perempuan menolak organisasi ini dan mengajak pemerintah Indonesia untuk membangkitkan kembali pergerakan kaum wanita yang sebelumnya memang sudah ada di Indonesia.
Beliau bernama Nyai Suyatin Kartowiyono. Semangatnya ini membawanya masuk ke dalam daftar hitam Jepang sehingga tidak sedikit ancaman menghampiri beliau. Aisyah juga hadir melakukan pertentangan. Sebagai organisasi wanita yang telah lama berdiri di Indonesia, Aisyah kerap melakukan kegiatan sosial.
Namun sayangnya hal ini kembali dipertentangkan dan akhirnya kegiatan pemeliharaan para yatim piatu menjadi dedikasi Muhammadiyah.
Sekalipun ditentang oleh Jepang, oragnisasi ini melakuakn pekerjaannya dalam diam untuk mengumpulkan infaq dan baju bekas untuk fakir miskin.
Fujinkai memakan korban yaitu kebebasan organisasi-organisasi wanita di Indonesia untuk melakukan kegiatannya. Dengan semangat yang membara, para wanita pribumi tetap berusaha keras mempertahankan identitas organisasi mereka hingga akhirnya Jepang memberi bebeerapa persyaratan:
- Pelaksanaan kegiatan organisasi tidak boleh lebih dari jam 10 malam
- Kegiatan organisasi dengan penjagaan tentara Jepang
- Tidak boleh mengibarkan Sang saka Merah Putih
- Tidak diperkenankan menyanyikan lagu Indonesia Raya
- Peserta tidak lebih dari lima ratus orang.
Penjajahan Jepang dan Kiprah Wanita
Namanya penjajah sudah tentu menjajah. Dari segi apapun mereka akan berusaha menjajah termasuk dalam hal kepuasan nafsu mereka.
Pada jaman penjajahan Jepang, banyak perempuan yang dengan seenaknya diambil dari rumah namun dengan banyak janji-janji palsu.
Mereka konon katanya akan disekolahkan di luar negeri dan menjadi bintang papan atas. Sayang seribu sayang itu hanya harapan palsu. Nyatanya mereka yang menjadi jugun ianfu (sebutan wanita panggilan di Jepang) harus merasakan trauma yang mendalam.
Masyarakat menganggap mereka wanita penghibur dan penggoda yang menjalani profesi tersebut tanpa paksaan. Padahal mereka tidak tau nasib akan berujung seperti itu. Pengalaman pahit di sekujur tubuh mereka tidak dapat terlupakan.
Hingga gosip santer beredar dan membuat keluarga-keluarga lainnya ikut serta menjual anak perempuan mereka karena tuntutan ekonomi yang semakin tinggi.
Ada yang akhirnya tidak akan pernah kembali karena meninggal atau tewas mengenaskan akibat penyakit kelamin, dan ada pula yang beruntung yang bisa selamat hingga akhir. Terutama saat Jepang telah meninggalkan Indonesia dan mundur dari kepenjajahannya.
Jugun Ianfu dari Negara Lain Selain Indonesia
Ternyata bukan hanya wanita Indonesia yang menjadi penghibur militan Jepang namun juga dari negara lain. Korea dan Tiongkok mendapati tipuan Jepang yang mengatakan akan membawa mereka ke rumah militer yang mana memiliki manajer seorang pelacur Jepang.
Akhirnya yang menjadi korban lagi-lagi wanita non Jepang. Tugas militer semakin rancu antara turut ke medan perang atau sibuk mencari wanita penghibur. Mungkin inilah yang menyebabkan begitu cepatnya Jepang hancur sebagai penjajah.
Militer harus menyediakan wanita yang cukup banyak sesuai dengan pesanan tentara Jepang. Dengan adanya perang yang semakin menjadi, mereka tidak dapat mencapai target.
Beberapa saksi menyebut bahwa rumah pelacuran itu sangat mengerikan karena membagi wanita-wanita menjadi tiga atau empat tingkatan. Itu semua berdasarkan lamanya waktu pelayanan. Wanita-wanita yang baru bergbung menduduki peringkat teratas karana masih suci tanpa penyakit kelamin.
Mereka juga dapat memberikan pelayanan dalam jangka waktu yang lama. Lambat laun tingkat mereka semakin menurun karena kemungkinan terjadinya infeksi kelamin semakin tinggi. Saat risiko mereka terlalu tinggi lambat laun mereka pun terabaikan.
Tidak sedikit yang akhirnya meninggal bersama dengan tentara Jepang namun beberapa juga dapat kembali ke rmah mereka masing-masing. Hanya saja tentunya pandangan masyarakat terhadap mereka menjadi negatif.
Pengertian dari istilah Fujinkai tidaklah sama dengan jugun ianfu. Fujinkai fokus kepada para wanita dengan tugas kewanitaan mereka seperti memasak (dapur umum), merawat luka untuk korban perang dan menjahit. Tidak sedikit dari mereka yang telah memiliki suami.
Organisatoris lain baca ini: Sejarah Shorinji vs Muay Thai: 3 Hal yang Berbeda
Penutup
Penjajahan Jepang selama tiga tahun telah membuat banyak perubahan di Indonesia termasuk bagi para wanita. Mereka juga memiliki andil dalam peperangan sekalipun berada di garda belakang.
Para wanita akan belajar lebih banyak melalui penyuluhan dan kursus yang ada. Sekalipun demikian Jepang memanfaatkan mereka dengan sangat apik melalui tameng organisasi Fujinkai. Adanya organisasi ini untungnya tidak membuat organisasi wanita yang merupakan identitas bangsa menjadi hancur.
Aktivis wanita tetap mengoperasikan organisasi-organisasi tersebut dengan sangat baik walaupun harus sembunyi-sembunyi. Hal itu karena Jepang memberikan banyak batasan atas kegiatan organisasi yang murni pribumi.
Untung saja akhirnya Jepang kalah perang dan Indonesia merdeka. Sekalipun demikian, waktu tiga tahun tersebut tetap memberikan trauma mendalam di rakyat Indonesia,
Daftar Pustaka
Barisan Srikandi: Laskar yang Lahir dari Propaganda Jepang