Tukar Pasangan Ganda: 3 Budaya dan Eksistensi

Tukar pasangan ganda
Komunitas tukar pasangan (Foto: pojoksatu.id)

Tukar pasangan ganda. Satu topik yang mengundang banyak hal, mulai dari pembahasan budaya, sampai kepada eksistensinya. Jadi, berikut pembahasan selengkapnya. Ayu Maesaroh, Konsep Organisasi – organisasi.co.id

Sejatinya manusia telah teranugerah oleh yang mempunyai hidup, untuk tidak berada dalam bumi dalam kesendirian. Ia akan mendapatkan teman, yang saling melengkapi satu sama lain, saling membantu, dan sebagainya.

Bacaan Lainnya

Mereka akan hidup secara bersama, dalam satu bilik bernama rumah, yang mempunyai ruang-ruang tersendiri, dengan fungsi masing-masing.

Mereka bernama “pasangan”. Dua insan manusia lawan jenis, yang berusaha untuk terus melanjutkan hidup, juga saling berusaha untuk dapat mencapai impian yang diinginkan.

Berproses bersama, menjadi insan yang lebih baik lagi. Karena bagaimanapun, pasangan adalah komponen yang tidak terpisahkan. Jika berpisah pun, mereka akan ada waktu, dimana bertemu, dan menjalin kembali.

Meski demikian namanya hidup, ada saja fenomena yang banyak kita temui, dan kerap kali mengundang reaksi geleng-geleng kepala.

Benar, adat tukar pasangan ganda. Yang tidak sedikit dari beberapa orang kaget, bahkan sampai dengan membuat hal tersebut harus terjerat dengan hukum.

Lebih lanjut, berikut ulasannya.

Pasangan dalam Hukum Agama

Namun sebelum membahas mengenai adat tersebut, ada baiknya jika membahas terlebih dahulu, bagaimana pandangan berpasangan dalam beberapa hukum agama.

Mengingat akan ada begitu banyak perspektif mengenai hal ini, baik dalam agama Islam, Hindu, Buddha, sampai dengan Kristen.

Berikut beberapa perspektifnya:

Islam

Sebagai ummat islam pasti sudah tidak asing dengan hukum berpasangan dalam hal ini berbentuk menikah, adalah hal sunnah, namun dianjurkan untuk melaksanakannya.

Berpasangan dalam kehidupan bukan hanya untuk melengkapi setiap langkah saat beribadah, atau pun meraih mimpi dari seseorang tersebut.

Namun lebih dari itu, yakni untuk memperbanyak keturunan Nabi Muhammad SAW, serta melaksanakan sunnah beliau, jika memang ingin tergolong sebagai golongannya.

Perlu di catat, berpasangan di sini bukan berarti harus tukar pasangan, apalagi sampai ganda. Tidak demikian konsepnya. Oleh karenanya dalam Islam, harus memperhatikan sekitaranya ada 4 kriteria dalam mencari pasangan.

1. adalah kekayaannya 2. parasnya, 3. keturunannya, dan yang ke 4. adalah agamanya. Jika ketiga hal tersebut tidak begitu masuk, maka yang dilihat adalah agamanya.

Bagaimana kemudian orang tersebut selalu menegakkan ibadahnya, taat kepada perintah Allah SWT, dan sebagainya.

Kristen

Selanjutnya di agama kristen. Banyak beberapa literatur yang kemudian menjelaskan, bahwasannya perempuan adalah bagian dari tulang rusuk seorang laki-laki.

Di salah satu al-kitabnya juga menjelaskan, bagaimana kemudian berpasangan dalam hidup, menjadi suatu keharusan bagi setiap insan manusia.

Mereka akan hidup bersama dengan melengkapi satu sama lain. Dan memang sudah kodratnya, Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan untuk berpasangan.

Bukan sesama jenis yang kemudian menjadi pasangan, tidak ada hal yang mengatur hal tersebut.

Hindu

Pun dengan pandangan dari agama Hindu. Yang bahkan mempunyai Dewi Jodoh, bernama Dewi Katyayani. Ia adalah seorang dewi dengan paras yang sangat cantik.

Kerap kali di beberapa kisah legenda, mengaitkan dengan Dewi tersebut, dalam permasalahan Jodoh. Seperti misalnya Dewi Sita.

Yang menginginkan Rama menjadi suaminya, dalam sayembara untuk bisa meminangnya sebagai seorang istri. Sita pun ke kuil dan bertemu dengan Dewi Katyayani.

Membasuh kakinya dengan air mata dari Sita. Maka secara ajaib, saat sayembara tersebut terlaksana, berbagai orang seperti tidak bisa mengangkat panah dari Dewa Siwa.

Atas kehendak dari Dewa Katyayani, permintaan dari Sita, terkabul ketika Rama mencoba untuk mengikuti sayembara tersebut, dan ia pun akhirnya dengan mudah mengambil busur, serta panah, lalu di bidiknya arah yang dituju.

Buddha

Dalam agama buddha, juga dianjurkan manusia untuk berpasangan, menjalin kasih, untuk mempunyai teman hidup, teman yang saling support, dan sebagainya.

Serta perlu diingat, harus seiman, walaupun memang bukan hanya agama Buddha saja yang menganjurkan untuk seiman, ketika sudah ranah pembicaraannya adalah “pernikahan”.

Ikatan sakral yang berbuntut pada keturunan, mahligai rumah tangga, dan sejenisnya.

Itulah beberapa pandangan dari beberapa agama yang ada di Indonesia. Mohon koreksi jika ada salah persepsi atau pun pandangan ya.

Definisi Berpasangan Menurut Para Ahli

Tukar pasangan ganda adalah
Berpasangan menurut para ahli (Foto: cnnindonesia.com)

Tapi bicara soal berpasangan apapun itu, entah tukar pasangan pada sistem ganda, atau pun tidak. Ada satu hal yang kemudian sering terceletuk oleh bibir kita, secara tidak sadar.

Benar, “cinta”. Empat huruf yang terangkai menjadi satu kata, dan rasanya itu sangat indah untuk seseorang dengar. Apalagi konteksnya adalah pasangan sendiri.

Yang sudah menenami setiap suka dan duka, Rasa tersebut sedari dulu tidak pernah ada yang menafsirkan dengan pasti. Karena katanya, apa yang orang-orang rasakan, terkadang berbeda dari penafsiran sesungguhnya.

Hal tersebutlah yang kemudian membuat para ahli membuat beragam penelitian, dengan mencoba menafsirkan apa itu kata “cinta”. Sehingga mudah untuk ditafsirkan nantinya.

Menurut J Robert

Beliau mengungkapkan bahwa “cinta” adalah sebuah bentuk emosi yang teramat dalam, ketimbang rasa emosi lainnya.

Bahkan, ketika ada seseorang yang jatuh cinta, ia bisa merelakan kematiannya datang, demi cinta. Dan hal tersebut, dialami oleh setiap orang, dengan beragam latar belakang.

Hendrick dan Hendrick

berbeda pandangannya dengan sebelumnya. Mereka mengatakan bahwa cinta adalah hal yang paling kompleks, dan sulit untuk terdefinisi.

Karena setiap orang berbeda dalam merasakan apa itu cinta. Dan tidak semua perasaan tersebut dapat terdefinisikan dengan baik, atau pun jelas.

Menurut Liebowitz

Beliau mendefinisikan sebagai cinta. adalah perasaan positif dan kuat, yang dapat dialami oleh seseorang. Hal tersebut merujuk kepada perhatian yang murni dari seseorang yang ia cintai.

Tanpa hal tersebut, cinta hanyalah sebuah hasrat belaka, yang menginginkan seseorang tersebut secara utuh, dengan title “cinta”.

Oleh karenanya, cinta sejatinya adalah hal murni. Tidak bisa dipaksakan seseorang untuk mencintai orang lain, yang tak ia cintai. Cinta juga tidak bisa kita paksa untuk proses tumbuh rasa tersebut, terhadap seseorang.

Ia begitu mengalir, bagai air yang tidak ada hambatan sama sekali, saat menyusuri sungai, lalu bermuara di danau. Karena mengalir itulah.

Organisatoris lain baca ini: Komunitas Tukar Pasangan, 3 Pasutri, Syarat Anggota

Terkadang manusia kerap kali tidak sadar, bahwa ada hal-hal atau koridor yang seharusnya tidak mereka pijaki, yang kemudian enteng membawakan atas nama “cinta”.

Salah satunya adalah adat dari tukar pasangan ganda, yang kini banyak diperbincangkan oleh beberapa orang. Bahkan awal kemunculannya di tanah air, mengundang kontroversi.

Kemunculan Adat Tukar Pasangan di Tanah Air

Seperti melansir dari beberapa pemberitaan, yang banyak menyangkut-pautkan antara media sosial, sebagai salah satu elemen keberlangsungan dari hubungan yang dilarang, entah di mata hukum, maupun agama.

Salah satu kasus adalah tukar pasangan yang ternyata sudah marak, karena beberapa orang tergabung dalam komunitasnya, contoh yang kni menjadi trend, adalah komunitas swinger.

Komunitas tersebut sudah ada, bahkan anggotanya sudah banyak, meliputi beberapa daerah di Indonesia. Notabennya bukan masalah harta, namun memang pyur akan hasrat ingin melakukan seks dengan bertukar pasangan dengan orang lain.

Seperti misalnya kedapatan di Kediri. Dimana ada pasangan yang memberikan pelayanan seks threesome dengan swinger, atau tukar pasangan.

Hal tersebut bertarif sampai jutaan, tergantung dari jarak tempuh ke tempat yang dituju. Jika semakin jauh, maka tarifnya lebih mahal.

Tersangka bernama YW dan istrinya adalah S. YW mendapatkan pasal berlapis atas pornografi, dan terancam hukuman maksimal 12 tahun penjara.

Awal Tradisi Tukar Pasangan di Dunia

Tukar pasangan di dunia (Foto: merdeka.com)

Bukan hanya itu, adat dari tukar pasangan secara ganda, juga terjadi di beberapa belahan dunia. Mereka mempunyai adat yang bisa dianggap tabu.

Bahkan ekstrem jika teramati lebih saksama. Adat demikian sudah ada sejak nenek moyang mereka. Dan telah berlangsung dari generasi, ke generasi. Jadi, berikut beberapa adatnya:

Dari Suku Wodaabe

Merupakan suku pengembara dari Afrika, yang mempunyai adat yang sangat unik mengenai menentukan jodoh mereka.

Adatnya adalah festival Gerewol yang terselenggara setiap satu tahun sekali. Para pria yang hadir dalam acara tersebut, diharuskan berdandan dan adu ketampanan. Jika menang, maka mereka boleh menculik istri orang yang mereka idamkan.

Suku Siberia Timur

Juga mempunyai adat yang tabu soal masalah “percintaan”. Dalam satu tahun sekali. Seorang suami boleh bertukar istri dengan tetangganya.

Hal tersebut bertujuan untuk bisa mengusir roh jahat, dan hal-hal kesialan lainnya. Tidak heran jika kemudian seorang suami istri, mempunyai pasangan lebih dari satu.

Kreung, Kamboja

Suku ini berada pada daerah Kamboja, yang mempunyai tradisi unik dalam mencari jodoh. Untuk gambaran tepatnya adalah, seorang ayah yang mempunyai anak gadis berkisar umur 9 – 13 tahun.

Akan dibuatkan “bilik cinta”, dengan tujuan agar anak-anak mereka dapat menentukan siapa yang akan menjadi suaminya. Dengan cara harus “berhubungan intim” terlebih dahulu di sana. Jika cocok maka lanjut, jika tidak, maka gadis itu akan mencari pria lain.

Itulah beberapa adat yang “unik” soal mencari pasangan, versi di negara dan suku yang berbeda-beda.

Pasutri Tukar Pasangan: Eksistensi

Namun era sekarang memang keeksistensian dari adat tersebut sudah mulai ditinggalkan oleh beberapa negara. Apalagi dengan beragam kemajuan teknologi dan science.

Yang membuka lebar tentang konsep berpasangan. Tukar pasangan dengan sistem ganda, menjadi satu hal yang sulit untuk diterima di era sekarang, walaupun mungkin masih ada beberapa negara yang menerima.

Konsep dari berpasangan sudah berbeda. Ada yang mengatakan jika sama-sama suka, maka tanpa adanya status pun, dapat terjadi.

Tetapi tidak kemudian hal tersebut akan berlaku di negara, yang memang butuh kejelasan akan hubungan asmara setiap orang, contohnya, Indonesia.

Organisatoris lain baca ini: Konsep Organisasi Komunitas, Arti, Manfaat Dan Jenis

Walau pun mungkin agak susah untuk mengurus berbagai peraturan pernikahan, tetapi hal tersebut menjadi mimpi dari sekian banyak orang.

Bisa meminang orang yang disuka, dan akan selamanya bersama dengan orang tersebut, tanpa adanya kekurangan apapun juga.

Mungkin orang lain akan melihat pasangan mereka “kurang”. Entah dari segi fisik, atau pun sejenisnya. Namun percayalah. Orang yang mencintaimu dengan tulus, mereka tidak akan pernah berfikiran demikian, bahkan niatan pun tak ada.

Penutup

Itulah beberapa pembahasan mengenai tukar pasangan ganda, yang menjadi kontroversi di banyak hal, dan kalangan, bahkan daerah.

Semua hal tersebut, kembalinya bermuara pada diri sendiri. Bagaimana menanggapi hal tersebut. Ada yang sudah menjadi adat, namun tidak sedikit yang mengatakan, hal tersebut adalah penyimpangan, terutama di ranah seks bebas.

Ada alasan tersendiri ketika kemudian seseorang mengungkapkan apa yang mereka anggap benar, dan sisi mana yang mereka bidik.

Jadi, tinggal bagaimana saja kita, sebagai pendengar atau pembaca. Menyikapi hal tersebut. Sekian ulasan kali ini, semoga menginspirasi.

Daftar Pustaka:

  1. kumparan.com
  2. kabarlumajang.pikiran-rakyat.com
  3. makassar.terkini.id
  4. tuhanyesus.org
  5. mantrahindu.com
  6. republika.co.id
  7. suara.com
  8. news.detik.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *