Kata penutup acara yasinan, adalah salah satu acara yang sekarang menjadi adat di Indonesia terutama warganegara dengan penganut agama Islam, dengan tujuan untuk memberikan doa kepada mereka yang sudah meninggal. Berikut trik ulasan pembuatan perkataannya.Ayu Maesaroh, Komunikasi Organisasi – organisasi.co.id
Mungkin sudah tidak asing dengan acara yang satu ini, bahkan para organisator sering dituntut untuk memimpin acara tersebut, dari awal sampai pada akhir acara.
Benar, acara yasinan, yang sekarang menjadi adat Indonesia, terutama mereka yang memeluk agama Islam. Acara yasinan menjadi hal wajib, ketika berada pada situasu tertentu.
Seperti misalnya acara ngaji di setiap malam jumat, kemudian ketika ada orang meninggal dengan membaca yasin selama 7 hari berturut-turut, dan sebagainya.
Meski demikian, pada dasarnya acara yasinan tersebut, tidak semua daerah sama. Ada perbedaan yang mungkin dapat mencolok, entah dari tata acara, sesi saat pembacaan yasin, dan sebagainya.
Nah, untuk lebih mudahnya, berikut ulasan selengkapnya:
Beragam Acara Yasinan
Acara yasinan merupakan salah satu hal dari kata penutup acara, yang mana sering dilakukan oleh beberapa pihak, terutama mereka yang menggunakan paham Islam NU, atau Nahdlatul Ulama.
NU sendiri merupakan salah satu paham / pandangan mengenai Islam, dan beberapa cara untuk mengamalkan ajaran Islam yang ada.
Ada beberapa amalan yang kemudian sering mereka lakukan, terutama yakni acara yasin atau sering disebut dengan tahlil.
Hal itu sering terlaksana oleh mereka dengan cara berkumpul dalam satu ruangan, membaca yasin bersama-sama, dengan tujuan mendaoakan orang yang sudah meninggal.
Untuk rentan berapa lamanya pun ada. Untuk yang pertama adalah selama 7 hari berturut-turut. Kemudian setelah itu ada menjelang 40 hari, 100 hari, dan sebagainya.
Kata “tahlil” sendiri diambil dari salah satu lafadz dari kegiatan tahlil tersebut, yang akhirnya, tercetus sebagai nama suatu kegiatan.
Hal tersebut lantas tidak mendapatkan berbagai kritikan dari sudut pandang lain, seperti Muhammadiyah misalnya. Yang memang keduanya selalu bertabrakan, dalam memahami ajaran serta amalan yang terkandung dalam Islam.
Tidak heran, jika kemudian tidak sedikit dua paham ini, sering berkonflik, mempermasalahkan cara pandang tentang ajaran serta amalan yang kadang menjadi anjuran Islam. Tetapi, bagaimana di era sekarang?
Acara Yasinan di Era Digital
Seperti yang sudah kita singgung sebelumnya, acara yasinan adalah salah satu hal yang sekarang seperti tradisi di beberapa wilayah di Indonesia.
Sangat kentara lagi ketika sudah mengaitkan hal tersebut dengan satu cara pandang tertentu, seperti dari NU misalnya. Yang memang pandangan NU, itu seperti sebuah amalan, bahkan menjelma menjadi tradisi.
Terutama untuk Ummat Islam yang baru saja kehilangan orang yang terkasih. Bahkan di era sekarang, di tambah dengan menghidangkan makan, lalu terbungkus sedemikian rupa, dan terbawakan kepada mereka yang datang ke acara tersebut.
Sebagai tanda terimakasih. Walau pun memang tidak semua daerah sama. Ada yang hanya mendapatkan hidangan makan setelah acara yasinan, serta tidak mendapatkan apa-apa ketika pulang, ada yang hanya hadiahnya, dan sebagainya.
Semua, beragam, tergantung adat yang ada di wilayah tertentu. Sampai sekarang acara daripada kata penutup acara yasinan, masih eksis.
Organisatoris lain baca ini: Mukadimah Ceramah Agama Islam: 3 Contoh Teks
Dan beberapa wilayah yang ada di Indonesia, mempertahankan kegiatan tersebut sebagai adat istiadat mereka, ketika baru mendapatkan kabar mengenai orang yang mereka kenal telah tiada.
Serta dalam penerapannya juga hampir sama. Membacakan surat yasin sampai habis, di beberapa hitungan hari, dan sebagainya.
Keuntungan Acara Yasinan
Lalu, apa saja keuntungan dari mengadakan acara yasinan? Mengingat sebenarnya mendoakan orang yang sudah meninggal bisa saja dengan berbagai cara.
Tidak harus lantas mengadakan acara yasinan, melantunkan berbagai ayat dari surah yasin secara bersama-sama dengan orang. Karena, tergantung pada niat diri kita masing-masing, apa yang ingin kita panjatkan kepada orang yang sudah meninggal tersebut.
Hal tersebut merujuk dari ajaran agama, bahwasannya Tuhan itu tidak tuli, tidak pernah tidur, dan selalu mengawasi. Maka akan dengan sangat mudah ketika Tuhan menemukan mereka yang benar bersungguh-sungguh dalam memanjatkan doa.
Tapi, karena sudah menjadi adat dan hal tersebut terus menerus berlaku, bukan berarti hal yang terlaksana tidak ada keuntungan atau kelebihan yang ditawarkan.
Sehingga seseorang terus melakukan hal yang sama, di momen tertentu. Begitu juga dengan acara tahlilan atau pun yasinan.
Jadi, apa saja keuntungannya?
Sebagai Jalan Bertaubat
Melansir dari kopyah.id, acara yasinan atau tahlilan merupakan sebuah cara, sebagai ajang bertaubat dan mendekatkan diri kepada Allah, bagi orang-orang yang hadir, serta mereka yang sudah tiada.
Sehingga berharap, tujuan mendapatkan pengampunan dari Allah dapat terkabul dengan baik.
Tali Silaturahmi
Yang selanjutnya adalah, menjaga tali silaturahmi antar tetangga, saudara, dan sebagainya. Mengingat kita tidak pernah tahu bagaimana kemudian seseorang.
Dapat melukai hati orang lain dengan sengaja maupun tidak. Pun dengan mempererat tali silaturahmi, yang mana ada beberapa orang percaya, bahwa menjalin tali silaturahmi, berarti menjalin jalan rezeki yang tidak akan pernah putus.
Refleksi Diri
Mengingat acara tersebut adalah teruntuk orang yang sudah meninggal dan kita yang hidup mendoakan dengan cara demikian.
Secara tidak langsung, hal tersebut juga dapat menjadi refleksi diri, renungan diri. Bahwasannya kematian seseorang bahkan diri sendiri, tidak ada yang tahu.
Sehingga sudah sewajarnya kemudian, kita sebagai Ummat Islam terus meningkatkan iman dan takwa terhadap Tuhan yang memiliki alam semesta ini.
Dengan kuasa-Nya, kita bisa diambil nyawa dengan mudah, tanpa skenario yang dapat kita tebak dari awal, hingga hal tersebut terjadi.
Itulah beberapa keuntungan atau manfaat dari acara kata penutup dari acara yasinan, dan semogan menjadi referensi.
Anjuran Acara Yasinan dalam Islam
Tapi, apakah Islam sejalan dengan hal tersebut? Bagaimana dalam pandangan Islam mengenai acara yasinan yang sering terlaksana oleh masyarakat setempat di Indonesia.
Bahkan sudah menjelma, menjadi sebuah tradisi? Benar, jika dipikir-pikir, rasanya kegiatan tersebut sudah mendarah daging pada kebanyakan warganegara Indonesia, yang menganut agama Islam.
Seperti ada hal yang mengganjal, ketika kemudian ada sekelompok orang, tidak melaksanakan hal tersebut. Dan hanya berdoa ketika mayit sudah berada di liang lahat, tertutup rapat oleh tanah tanpa celah, dan sebagainya.
Tidak heran lantas pertanyaan diatas mencuat, menanyakan keabsahan daripada statement, kebenaran yang dianggap wajib dan menjelma menjadi adat.
Jika melansir dari muslim.or.id, jika kita tarik secara garis besar. Sebenarnya acara daripada yasinan, tidak ada anjurannya dalam Islam.
Hal tersebut merujuk ke beberapa firman-Nya, seperti An-Naml ayat 80, surah Yaasin mulai dari ayat 69-70. Secara garis besar bahwasannya Al-Qur’an adalah sebuah pedoman hidup.
Di dalamnya terdapat prinsip-prinsip dari manusia, yang kemudian terdapat beberapa perintah ketika membaca kitab suci Al-Qur’an.
Yang pertama adalah membaca, kemudian kedua mengartikan, selanjutnya adalah memahami, dan terakhir yakni mengimplementasikan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Bahkan, salah satu dari ayat tersebut, mengatakan bahwa orang yang sudah tiada, tidak akan bisa mendengar apa yang kita baca dari ayat suci Al-Qur’an.
Dan, kewajiban daripada ummat manusia yang hidup, ialah mendoakan mereka agar bisa mendapatkan keringanan siksa kubur. Juga untuk orang tua yang meninggal.
Doa yang paling bisa membantunya, adalah doa dari anak mereka yang sholeh-sholehah. Meski demikian, ada berbagai perdebatan dari beragam kalangan.
Terutama ulama yang mempunyai paham NU dan juga Muhammadiyah. Benar, rasanya hal tersebut memang bukan ranah mu atau bahkan penulis sendiri. Sudah ada yang benar-benar paham mengenai sisi mana yang bid’ah, atau sejenisnya.
Pembukaan Acara Yasinan
Terlepas dari hal tersebut, lantas tidak membahas bagaimana jika kita berada di lingkungan menganut adat tersebut, dan mau tidak mau, kita wajib untuk membuka acara yasinan.
Dengan menyusun kata pembuka, kemudian membacakan susunan acara (inti), hingga kepada kata penutup untuk acara yasinan.
Perlu adanya satu contoh kata pembukaan yang memudahkan seorang pembawa acara, agar nantinya mereka mempunyai pegangan atas rule atau peraturannya.
Serta nantinya seorang pembawa acara akan dengan sigap, ketika rundown acara yang awal gagal, ada beberapa konsep lain yang dapat ia pakai, untuk menyelamatkan hal tersebut.
Perlu diketahui juga, dalam membawakan acara terutama saat acara yasinan, kebanyakan adalah laki-laki. Mengingat predikatnya ketika menggelar acara.
adalah sebagai tuan rumah sebagai tempat menggelar acara, dan wajib bagi mereka untuk membuka acara, serta memberikan sepatah kata terimakasih kepada mereka yang sudah hadir.
Untuk itu, berikut contohnya:
Assalamualaikum wr. wb
Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur kita kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga kita dapat berjumpa dalam acara yasinan kali ini.
Shalawat dan salam juga tak lupa kita junjungkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW. Yang sudah memberikan kita Ummat Islam, kesempatan untuk dapat menikmati hidup di era serba canggih, seperti sekarang ini.
Poro Romo Kyai, serta bapak-bapak sekalian, saya, selaku perwakilan tuan rumah, berterimakasih karena telah mau hadir dalam acara yasinan kali ini.
Sudah mau menyempatkan waktu disaat malam seperti ini, menghadiri acara tahlil, atau yasinan di rumah tuan rumah. Untuk itu, saya sebagai perwakilan dari tuan rumah, meminta waktu sedikit, untuk membacakan susunan acara pada malam ini.
Organisatoris lain baca ini: Formalisme Agama: 3 Definisi, Pandanga Menurut Islam
Yang pertama adalah pembukaan acara dengan bacaan basmalah bersama-sama, kemudian sambutan dari pemimpin acara inti, dan terakhir yakni penutup…
Itulah sepatah kata untuk membuka acara daripada acara yasinan. Dengan demikian, nantinya seorang pembawa acara dapat lebih paham mengenai alur dari acara tersebut.
Trik Membuat Teks Penutup Acara Yasinan
Sejalan dengan hal itu, pun terdapat beberapa trik untuk bisa membuat sepatah kata penutup, untuk acara yasinan. Dengan bertujuan, agar nantinya acara terkesan khidmat, dan khusyuk.
Walau pun memang tidak sedikit dari beberapa orang, lebih suka untuk menutup acara dengan melakukan doa bersama, oleh kyai, atau pun mereka yang mempunyai kewenangan untuk melaksanakan acara inti.
Dengan tujuan agar semua acara dapat terselesaikan dengan baik, kemudian hidangan dapat tersajikan secara cepat, runtut, dan sesuai dengan perhitungan dari awal.
Dan jika ada tambahan pun, dapat terselesaikan dengan cepat. Oleh karenanya, disarankan untuk menghafal doa setelah melakukan sesi acara inti.
Juga tidak lupa untuk menyertakan nama-nama orang yang telah meninggal, ke daftar doa yang harus tersebut dalam hati dari pemimpin doa.
Penutup
Itulah beberapa pembahasan mengenai kata penutup acara yasinan. Dari pembahasan di atas, dapat kita tarik kesimpulan.
Bahwa semua itu adalah masing-masing orang. Adat kadang sangat susah untuk diluruskan, butuh waktu yang cukup lama agar orang-orang yang kemudian menganut adat tersebut, sadar.
Mengingat hal itu sudah mendarah daging di diri mereka, dan akan janggal, ketika adat yang sudah ada sejak lama, kemudian berangsur ditinggalkan.
Lalu yang dapat melatih diri untuk secara jarang tidak melakukan adat yang sebenarnya tidak dianjurkan? Ya diri sendiri.
Mulai dari diri sendiri. Jika sudah, baru orang-orang terdekat, seperti keluarga misalnya. Karena jika kemudian berkata “tidak” di depan kelompok masyarakat.
Yang ada hanya akan berdampak buruk, bagi kehidupan diri sendiri, serta kaitannya hubungan dengan orang lain. Padahal, mungkin kita akan hidup cukup lama, dalam lingkup kehidupan sosial yang ada.
Sekian ulasan kali ini, semoga menginspirasi.
Daftar Pustaka: