Studi Hawthorne, adalah salah satu managemen theory yang sangat terkenal di dunia industri. Menitikberatkan pada hubungan antar manusia yang menjadi keberhasilan sebuah produktifitas. Berikut pembahasan mengenai pengertia, efek, serta 3 kunci utama dari teori tersebut. Ayu Maesaroh, Konsep Organisasi – organisasi.co.id
Banyak sekali penemuan yang ada di dunia, yang mana seorang penemu tersebut menginginkan sebuah kemajuan dalam bidang yang mereka geluti.
Kemudian mereka rela mengusap peluh, terus menengadah kepada-Nya, agar semua yang menjadi rancangannya dapat bermanfaat di masa depan kelak.
Caci maki yang awalnya mereka rasakan, kini berbuah dengan kebergunaan daripada penemuan mereka, yang bahkan bisa berlaku bagi sektor apapun.
Mulai dari barang, hingga ide yang membuahkan teori. Dengan segala percobaan yang ada. Bertahun-tahun, hingga menemukan formula yang hakiki.
Sadar, bahwa kelak hal tersebut akan menjadi jejak sejarah mereka nanti. Para generasi akan selalu mengingat bagaimana sebuah teori bisa mengubah pemikiran seseorang.
Hal tersebut juga berlaku pada teori Hawthorne, Elton Mayo, sebagai dalang dalam tumbuh dan berkembangnya teori tersebut pada bidang managemen industri. Berikut beberapa pembahasannya.
Pengertian Studi Hawthorne
Beberapa literatur yang ada, mengatakan bahwa teori Hawthorne, adalah sebuah kumpulan kajian yang mempelajari tentang produktifitas seorang karyawan dengan memberikan beberapa efek kepada mereka.
Efek tersebut menitikberatkan pada pemberian sinar yang cukup minim, dengan tujuan para karyawan pabrik mempunyai hasil kinerja yang berbeda.
Mengingat pada percobaan tersebut, terdapat dua sample kelompok yang diberikan efek penerangan berbeda. Satu adalah kelompok eksternal dengan pencerahan yang maksimal.
Satu adalah kelompok kontrol, yang mendapatkan minim pencahayaan ketika mereka melakukan pekerjaan. Yang kemudian hal tersebut mendapatkan hasil yang sangat berbeda.
Organisatoris lain baca ini: Organisasi Elton Mayo Klasik vs Modern: Pengertian dan 3 Ciri
Yang mengakibatkan para ahli seperti Elton Mayo, mencoba untuk memecahkan hal tersebut. Dan tanpa disadari bahwasannya satu hal yang menjadi penyebab daripada perubahan produktifitas seorang karyawan.
Yakni keterlibatan mereka secara emosional dalam mengambil keputusan untuk kepentingan daripada perusahaan atau organisasi yang mereka ikuti.
Sejarah Singkat Teori Efek Hawthorne
Sejalan dengan hal tersebut, ada beberapa sejarah singkat daripada teori studi Hawthorne ini. Yang mana dulunya, pencetus utama daripada teori ini adalah Elton Mayo.
Elton Mayo adalah seorang ahli yang lahir pada tahun 1880 di Australia, kemudian ketika dewasa, ia menjadi seorang dosen di Quesland University.
Setelah itupun, ia melanjutkan studinya di Edinburg University, tepatnya di Scotlandia. Dan setelahnya, beliau mengikuti sebuah asosiasi dalam bidang Psycophatology, di Warton University.
Dengan sepak terjang karirnya di bidang tersebut, membuat salah satu perusahaan di Cicero, mengundangnya untuk ikut serta dalam penelitiannya mengenai kinerja karyawan berdasarkan penerangan cahaya.
Akhirnya Elton Mayo dengan para rekannya pun, ikut dalam kajian atau uji coba penelitian tersebut. Berbagai kemungkinan yang ada pun mereka coba, hingga akhirnya satu hal mereka temukan.
Dengan menentukan beberapa poin yang masih berkaitan dengan satu hal tersebut. Serta teori ini termasuk dalam teori Behavioral industri, yang sampai sekarang masih banyak dipakai.
Tiga Kunci dalam Aplikasi Studi Hawthorne
Berawal dari Elton Mayo memberikan beberapa benefit yang baik untuk para karyawan yang menjadi sample tersebut. Beberapa benefit tersebut antara lain:
- Memberi istirahat dengan jumlah 2 kali istirahat masing-masing awalnya 5 menit menjadi 10 menit.
- Memberikan insentif berupa makan dari perusahaan
- Mengubah hari menjadi lebih pendek untuk durasi produktif yakni 30 menit pengurangan waktu produktif selama hari kerja.
Dari beberapa tiga poin tersebut, ada yang memberikan efek bisa menunjang produktifitas daripada para karyawan, adapun yang harus dikembalikan pada konsep awal, mengingat tidak memberikan efek apa-apa.
Setelah itu, Elton Mayo pun melakukan eksperimen lagi, dengan cara memberikan bayaran atau insentif kepada mereka, sesuai dengan tingkat produktifitas yang ada.
Namun setelah melakukan percobaan tersebut, hasilnya diluar dugaan dari Elton serta rekan-rekannya. Yang mana ekspektasi mereka adalah peningkatan produktifitas, nyatanya dalam lapangan justru menurun dan semakin menurun.
Tidak sedikit dari kalangan karyawan yang mengkhawatirkan suatu saat perusahaan akan memecat mereka, ketika adanya sebua insentif karyawan, apalagi sampai kepada titik berlebih.
Organisatoris lain baca ini: Organisasi Modern: Pengertian, 7 Ciri, dan Teori
Serta tingkat daripada produktifitas mereka, akan menjadi alasan bagi para petinggi dari perusahaan atau organisasi tersebut, agar mereka bisa keluar atau dipecat dengan mudah pada waktu yang telah mereka tentukan.
Pun dengan gaji dasar atau awal mereka, juga menjadi kekhawatiran sendiri. Mengingat bisa saja kapanpun itu, gaji dasar mereka bisa turun seiring dengan berjalannya waktu.
Teori yang Melandasi Lahirnya Studi Hawthrone
Terlepas dari hal tersebut, ada yang menjadi dasar teori ini ada dan tercipta. Mengingat yang kita ketahui, teori studi Hawthorne ini lebih menitikberatkan pada keterikatan emosional antara sesama serta kepada pemimpinnya.
Yang kemudian dari beberapa literatur yang ada, mengatakan bahwa teori ini, menemukan titik temu yakni adanya kerjasama antara pemimpin dan karyawan dalam merancang pengambilan keputusan.
Dengan tujuan agar perusahaan atau organisasi, bisa berjalan, serta mencapai tujuan yang diinginkan. Sebelum dari teori ini, ada beberapa teori managemen lain yang juga menjadi landasan kenapa teori tersebut muncul.
Beberapa teori tersebut antara lain:
Teori Managemen Ilmiah
Adalah salah satu teori managemen pertama kali dalam dunia industri, yang memperkenalkan sebuah fleksibilitas, rasionalitas, dan juga syarat-syarat berbau ilmiah, untuk diterapkan dalam dunia industri.
Sehingga terdapat sebuah kejelasan mengenai perekrutan anggota atau karyawan baru sesuai dengan syarat yang masuk akal.
Kemudian dalam merancang kegiatannya juga harus jelas, sehingga alur acara bisa terlaksana dengan baik dan sesuai dengan prediksi. Teori ini dikembangkan dan dipopulerkan oleh F W Taylor.
Teori Administrasi Managemen
Ide ini dikemukakan oleh salah satu ahli insinyur pertambangan serta eksekutif, dari Prancis. Ialah Henry Fayol, yang merupakan salah satu tokoh dengan mengenalkan teori administrasi sebagai bentuk kemajuan dari dunia industri.
Ia percaya bahwasannya seorang managemen dapat menjadi peramal, dengan memperhatikan beberapa poin, antara lain:
- Meramalkan
- Merencanakan
- Mengkoordinasi
- Mengatur
- Memerintah
- Mengendalikan
Selain itu, Henry juga memberikan statement sekitar 14 prinsip yang menjadi pedoman bagi para managemen dalam menjalankan berbagai tugas dan wewenang yang ada.
Sehingga statement tersebut memberikan gambaran, bahwasannya prinsip daripada kepemimpinan ala teori ini, ialah up-down, atas ke bawah, karyawan yang bergantung pada perintah dari atasan.
Teori Managemen Birokrasi
Orang yang pertama kali mempopulerkan teori ini adalah Max Weber, seorang ahli sosiolog yang sangat terkenal dari Jerman dengan berbagai teori sosiologinya.
Namun beliau juga memperkenalkan teori birokrasi dalam dunia industri. Dalam teorinya, beliau memfokuskan kepada dua topik, yakni pengelolaan managemen yang jelas, serta struktur organisasi yang hierarki.
Singkatnya, beliau mengatakan bahwa dalam sebuah organisasi atau perusahaan, ada yang namanya kejelasan dari pembagian kerja, komando yang hierarki.
Kemudian adanya pemisahan antara aset pribadi dengan aset perusahaan. Dan yang paling penting adalah harus ada catatan managemen yang cermat dan teliti, sehingga bisa jelas dan mudah untuk dipahami.
Organisatoris lain baca ini: Teori Hugo Munsterberg, Sejarah Dan Konsep
Meski ada kekhawatiran sendiri dari Max Weber terutama dalam prinsip kebebasan manusia, ia berpendapat bahwasannya teori tersebut dapat menunjang keefektifan dari produktifitas karyawan atau anggota.
Itulah beberapa teori yang menjadi dasar teori dari Elton Mayo muncul, yakni studi Hawthorne, yang sekarang mungkin masih bisa kita jumpai di beberapa organisasi ataupun perusahaan.
Manfaat Teori Managemen Hawthorne
Sejalan dengan beberapa pembahasan tadi, ada beberapa manfaat yang bisa kita dapatkan dengan mempelajari teori ini. Terutama dengan konsep dasar daripada teori tersebut.
Yang mementingkan bahwasannya hubungan sosial, interaksi antara satu sama lain, merupakan hal yang terpenting dari mencoba untuk bisa mencapai produktifitas yang tinggi.
Kemudian dengan adanya keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, yang mana aspirasi mereka di dengar oleh pemimpin, untuk menjadi referensi dalam mengambil keputusan.
Pun memberikan efek yang baik dalam meningkatkan produktifitas dari seorang karyawan. Hal tersebut tanpa sadar adanya tumbuh rasa memiliki organisasi atau perusahaan.
Sehingga mereka akan melakukan effort yang baik untuk membuat organisasi atau perusahaan tersebut bisa berkembang lebih baik lagi, serta tujuan yang ingin tercapai pun bisa terlaksana.
Dan juga ada salah satu pesan yang menjadi poin dari teori ini. Ialah tidak semua hal bisa kita ukur dengan materi. Ada hal lain yang membuat manusia mau dan rela untuk melakukan suatu hal.
Yang bahkan hasilnya bisa diluar ekspektasi kita. Hal ini merujuk kepada berbagai eksperimen yang terlaksana oleh Mayo dan para rekannya. Bahwa hal tersebut memang adanya, dan benar adanya.
Kelemahan Teori Hawthorne
Meski ada begitu banyak hal positif dari teori ini, nyatanya ada beberapa kelemahan yang dianggap menjadi penyebab kenapa setelah teori tersebut, muncul beberapa teori lain.
Yang paling dirasa mempunyai pengaruh besar adalah dari hasil penelitian yang tidak pas ketika sudah tidak lagi diteliti.
Seperti misalnya contoh seorang pasien yang ada di rumah sakit, yang mana mereka diteliti dari tingkat kesembuhan yang ada.
Hasil awal akan memberikan peningkatan yang begitu signifikan, bahkan melebihi dari ekspektasi atau perkiraan awal. Yang kemudian hal tersebut akan berbanding terbalik ketika pasien tersebut sudah tidak lagi mendapatkan penelitian tersebut.
Penutup
Itulah beberapa poin mengenai studi Hawthorne, dengan segala poin pentingnya. Dari hal tersebut kita bisa menyimpulkan.
Bahwa hubungan manusia kadang bisa menjadi faktor paling penting keberhasilan dari sebuah perusahaan ataupun organisasi.
Seperti hal kecilnya adalah memberikan para anggotanya kesempatan untuk di dengar pendapatnya dalam sebuah pengambilan keputusan.
Serta adanya interaksi yang baik dari karyawan dengan managemen, sehingga kenyamanan dalam bekerja pun tumbuh secara tidak langsung.
Kemudian seperti yang sudah kita singgung, bahwasannya tidak semua keberhasilan dapat terukur dengan uang ataupun materi. Yang kemudian hal tersebut bisa saja menjadi malapetaka bagi perusahaan.
Karena mungkin dianggap mereka mengukur kinerja dan produktifitas, dari barometer materi.
Sekian ulasan kali ini, semoga menginspirasi.
Daftar Pustaka
- Penjelasan efek studi Hawthorne
- Definisi Kajian Hawthorne
- Tahap penelitian Hawthorne
- Sejarah Elton Mayo dan teorinya
- Macam-macam teori managemen
- Kelemahan teori hawthorne dalam dunia medis