NGO (Non Government Organization) adalah sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat di luar pemerintahan. Setiap negara memilikinya, termasuk Thailand. Dunia NGO Thailand sedikit berbeda dengan Indonesia, terutama dalam hal pertanian.
Tika, OrganisA51 – organisasi.co.id
Ketika energi banyak terpakai dalam ruang birokrasi dengan hierarki yang berjalan. Cenderung dunia pertanian terabaikan. Bahkan menjadi korban putaran zaman.
Pertanian organik yang awalnya adalah pemandangan menarik secara alami. Telah mengalami ledakan perubahan semenjak modernisasi oleh generasi Baby Boomer.
Namun semua perubahan akan menghasilkan kontra untuk mengembalikan struktur ke rel secara alami. Dan kegiatan tersebut banyak terdalami oleh mereka yang bergelut dalam dunia NGO ataupun LSM.
Berikut akan kita kupas mengenai aktifitas Non Government Organization yang bergerak dalam hal pertanian dan perkebunan di Thailand yang berbeda dengan Indonesia.
Pengertian NGO dan LSM
Singkatan dari apakah itu NGO?
Non Government Organization (NGO) adalah sebuah organisasi yang berada di luar pemerintah dan jauh dari unsur politik.
Selanjutnya, halnya sama dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang juga jauh dari unsur politik dan tidak berada di bawah pemerintahan.
Dengan demikian, keduanya sama-sama diprakarsai oleh masyarakat.
Yakni, berasal dari Perserikatan bangsa-Bangsa, organisasi non Pemerintah (LSM). Terbentuk oleh badan hukum dan tidak memiliki hubugan dengan bentuk pemerintahan. Sehingga mereka independen secara hirarki, tanpa campur tangan pemerintah.
Organisasi ini tidak mencari keuntungan dan cenderung mengerjakan pekerjaan sosial dan amal. Sebagian besar pendanaan berasal dari keanggotaan dan donatur, namun mereka menjaga jarak dengan pemerintah.
Adapun jenis-jenis pekerjaan LSM antara lain terkait hak asasi manusia. Adapun empat jenis LSM antara lain:
- Organisasi kota
- LSM nasional
- Organisasi berbasis masyarakat
- LSM Internasional
Lalu bagaimana dengan NGO?
NGO adalah kelompok warga sukarela nirlaba dengan organisasi setingkat lokal, nasional, maupun internasional. Isinya adalah orang-orang dengan kepentingan bersama. Fungsi mereka berupa kemanusiaan.
Bentuk Pemberdayaan Masyarakat Petani Thailand Dalam NGO Thailand
Suatu sistem pertanian dengan memanfaatkan sumberdaya yang dapat diperbarui dan yang tidak akan menekan dampak negatif terhadap lingkungan.
Maksud keberlanjutan adalah kualitas dan kuantitas produksi, penggunaan sumberdaya, serta lingkungannya. Adapun proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan mengarah pada penggunaan produk hayati.
Namun tentunya tetap mengatasnamakan ramah lingkungan. Dunia NGO Thailand mencoba untuk menggali sistem pertanian berkelanjutan ini. Sekalipun baru berkembang sejak tahun 1990 an, sistem ini menjadi jawaban.
Berbagai masalah akibat penerangan sistem pertanian konvensional dengan berbagai bahan kimia kini teratasi perlahan.
Padahal sistem pertanian berbahan kimia ini telah luas ada sekitar tahun 1970 an dengan dampak positifnya yang beragam.
Setelah meninjau lebih lanjut, ternyata dampak negatifnya lebih banyak seperti masalah kesehatan hingga kerusakan lingkungan.
Pemberdayaan Masyarakat Petani Thailand
Para petani di negeri gajah Putih tersebut membuat sistem pertanian berkelanjutan dengan harapan untuk meminimalkan efek negatif dari sistem pertanian kimia.
Dengan demikian ekosistem tetap terjaga. Thailand mengembangkan lima pola sistem pertanian berkelanjutan yaitu:
- Integrated farming system (sistem pertanian terpadu)
- Natural farming (pertanian alami)
- Pertanian Organik
- New Theory Farming (Teori Pertanian Baru)
- Agroforestri
Dari kelima pola itulah pertanian organik menjadi berkembang pesat di negeri tersebut. Bahkan pemerintah pun mendukung kegiatan ini. Promosi berupa “Kitchen of the World” maupun “Organic Producer” menjadi dua hal yang mereka banggakan.
Cita-cita negara ini adalah membuat Thailand menjadi produsen produk-produk pertanian organik.
Tujuannya adalah memenuhi kebutuhan dunia akan produk-produk pertanian yang bebas dari kimia.
Sejak tahun 1990 an, Thailand telah mengembangkan pertanian organik. Bahkan sektor swasta dan publik juga turut serta mempromosikan hal ini akibat sadarnya mereka akan ketahanan pangan yang adapat tercapai dari ini.
Bahkan di Thailand, sistem pertanian juga melibatkan pemerintah, NGO, pengusaha, hingga akademisi. Tujuan mereka bermacam-macam mulai dari penigkatan kesehatan, pemeliharaan lingkungan, ataupun murni mencari keuntungan.
Dari sekian kerjasama, pada dasarnya mereka memiliki keinginna yang sama terkait kesadaran untuk menjaga kesehatan maupun keberlanjutan ekologi.
Organisatoris baca: Pengertian NGO
Ciri-Ciri NGO Thailand Dan Kemajuan Pertanian
Sebagai Organisasi di luar pemerintahan, NGO di Thailand memiliki sumber dana dari berbagai pihak termasuk anggota organisasi.
Dalam hal keuntungan pun ia akan membaginya sesuai proporsi dalam Undang-Undang. Ciri-ciri NGO di Thailand adalah:
- Tidak sarkastik atau mengandung unsur SARA
- Organisasi terdaftar dan tidak wajib memahami ketentuan yang berlaku
- Bagi yang melanggar akan terkena pidana lima tahun dan perdata hingga 100,000 THB
- Sumber dana asing tidak boleh mempengaruhi hubungan Thailand dengan negara-negara di sekitarnya
Sekalipun NGO Thailand sebagian tidak terkait dengan pertanian, namun mereka memiliki kewajiban untuk mempromosikan pertanian organik Thailand.
Bahkan seluruh aspek termasuk pemerintah juga turut serta mempromosikan dan mendukung pertanian. Ketersediaan alat yang memadai hingga kesejahteraan para petani menjadi perhatian pemerintah dan para NGO.
Kegagalan NGO Tanah Air Sehingga Tidak Maksimal Dalam Pertanian
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau kerap kita sebut Civil Society Organization. Menjadi pengembangan dari social community/Komunitas sosial. atau lebih populer lagi dengan Non Government Organization (NGO) memiliki peranan penting dalam agenda-agenda reformasi.
Di Indonesia, fokus kegiatan LSM berada pada pembangunan demokrasi seperti halnya penegakan supremasi hukum, memberantas KKN, pengurusan otonomi daerah, dan lainnya.
NGO di Indonesia dapat berkembang secara gradual dan posisi tertinggi berada di dimensi keberlangsungan keuangan dan terendah adalah dimensi advokasi.
Begitulah, tidak ada porsi bagi pertanian. Bangsa ini lebih condong pada aksi-aksi intoleran dari sejumlah kelompok dan pihak-pihak tertentu.
Bahkan jika ada inovasi baru atau hal-hal terkait kemajuan pertanian, sedikit peran media untk meliputnya dan memperkenalkan pada generasi muda mengenai pertanian.
Apa yang muncul di media adalah bagaimana menjadi sukses dengan mudah dan cepat tanpa berpikir panjang. padahal seharusnya bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak lapar.
Perbedaan NGO Thailand dan Indonesia
Negara Siam, begitulah mulanya nama dari negara Gajah Putih. Pada tahun 1939, nama tersebut berubah menjadi Thailand yang memiliki makna “Tanah orang-orang merdeka”.
Artinya negara tersebut tidak pernah terjajah oleh siapapun dan kini ia membuktikannya dengan prioritasnya yang tinggi pada bidang pertanian.
Teknologi modern serta proses pengolahannya membuat pertanian di Thailand menjadi unggul, terutama dalam hal pemanfaatan lahannya yang efektif.
CIPS (Center for Indonesian Policy Studies menyebutkan kondisi luas lahan pertanian di Thailand kurang lebih 43,3% dari total lahannya.
Sekalipun tidak sebesar Indonesia, namun menurut Bank Dunia, di tahun 2017 terdapat 570 ribu kilometer persegi lahan pertanian yang produktif. Artinya negara ini mampi memaksimalkan pertaniannya.
Jumlahnya mencapai 50 kali lipat dari pertanian di Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi termasuk teknologi canggih yang membantu serta pola kebijakan subsidi pemerintah yang tinggi.
Dalam setahun, Thailand mampu melakukan 1 hingga 5 kali panen padi. Memang semua ini juga termasuk usaha dalam dunia NGO Thailand.
Jumlah penduduk di dunia akan meningkat dari tahun ke tahun dan di wilayah ASEAN, Thailand memiliki urutan ke empat sebagai negara dengan populasi terbanyak.
Artinya setiap negara perlu menyiapkan segala kebutuhan berbasis pangan. Bahkan Global harvest Initiative telah meprediksikan di tahun 2050 kebutuhan pangan manusia akan naik dua kali lipat.
Thailand, The Kitchen of the World
Dengan komoditas utama padi yang dihasilkan, tidak heran jika negara ini menjadi dapur dunia. Thailand adalah eksportir beras terbesar di dunia.
Strategi untuk memajukan dunia pertanian oleh Thailand antara lain:
- Mengembangkan kualitas hidup para petani
- Membuat produksi pertanian, ketahanan pangan, dan manajemennya menjadi efisien
- Mengembangkan sumber daya pertanian dengan berkelanjutan, seimbang, dan efisien
bahkan pemerintah di Thailand telah membuat standarisasi untuk merambah pasar internasional melalui GMP dan GAP (Good Manufacturing Product) dan (Good Agricultural Product).
Para petani pun mempersiapkan diri untuk meraih dua standarisasi tersebut. Inilah peran pemerintah untuk menciptakan dunia NGO Thailand yang berkelas mulai dari penerbitan administrasi sampai mengeluarkan subsidi.
Dengan kedua standar ini, maka kepercayaan dunia internasional berada dalam genggaman serta mampu meningkatkan derajat petani lokal.
Terkait masalah pembangunan, Thailand fokus kepada perluasan lahan serta memanfaatkan hasil produksi padi. Negara ini mengabaikan konversi.
Mereka begitu serius pada peningkatan produksi padi dan bagaimana mendidik petani untuk bijak dan cermat dalam rangka meningkatkan kualitas setelah panen.
Bagi lahan yang kurang subur, pemerintah akan menggunakannya untuk menanam karet dan sawit. Akan tetapi jumlah ini sangat sedikit.
Pertanian yang berkembang di Thailand berpusat pada pertanian organik yang telah m,endapatkan dukungan berbagai pihak.
Sejak tahun 1900, Raja Vajiralongkom telah memulainya dan negara ini mengajak sektor publik mapun swasta sebagai mitra. Mereka akan mempromosikannya dengan melihat manfaat ekonomi serta keberlangsungan ekologi.
Adapun produk lainnya antara lain buah-buahan, teh, dan rempah-rempah dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar global.
berbagai pihak turut serta memajukan pertanian Thailand seperti kerjasama pemerintah dengan NGO, universitas, antar petani, dan pengusaha.
Tujuannya adalah untuk memelihara lingkungan, mencari keuntungan, meningkatkan kualitas kesehatan, hingga menambah nilai ekonomi.
Industri Pertanian di Thailand
Pemerintah Thailand memiliki target untuk meningkatkan pendapatan perkapita petani hingga tujuh kali lipat melalui pertanian 4.0. Dalam 20 tahun mendatang, negara ini ingin meningkatkan 56 ribu baht menjadi 390 ribu baht.
Mulanya pertanian Thailand hanya sebatas ekonomi biasa namun saat ini berkembang menjadi perekonomian industrialisasi. Program pemerintah saat ini adalah Petani Pintar yang telah berjalan hampir 100% untuk para petani.
Mekanisasi dalam produksi mulai dari penyemaian sampai panen menjadi sebuah ciri khas. Fokus dari pertanian 4.0 adalah terhadap komoditas utama dan yang memiliki nilai terpadu seperti pada beberapa jenis buah dan sayur.
terobosan pertanian pada negara ini adalah dengan mengedukasi rakyat mereka untuk memahami nilai-nilai keselamatan bahan pangan.
Penggunaan alat dan mesin pertanian telah berkembang seperti traktor dan robot pertanian tanpa awak. Hal ini akan membantu mekanisasi termasuk memprediksi cuaca dan memantau area tanam secara menyeluruh.
Adanya Regenerasi
Hampir seluruh dunia paham jika usia muda di bidang pertanian sangat;ah rendah dan alasannya adalah terkaitekonomi.
Petani adalah pekerjaan dengan penghasilan ekonomi yang rendah dengan risiko kerugian yang besar. Inilah yang menjadi cikal bakal kemiskinan dalam bidang pertanian.
Namun di Thailand saat ini dengan canggihnya teknologi pertanian, ternyata berhasil memancing geenerasi muda untuk terjun ke dunia pertanian.
Dukungan dari dunia NGO Thailand juga turut membantu terutama halnya dalam mempromosilan pertanian di negara ini.
Modal dan Subsidi
Faktor utama yang mendukung pengembangan adopsi pertanian adalah modal. Kita mengenalnya sebagai kredit. Bukan sekedar untuk memperlancar pembangunan pertanian, namun kredit juga menjadi pembangunan pertanian.
Adapun peran dari kredit antara lain:
- Membantu petani kecil untuk mengatasi masalah modal kecil yang mereka miliki dengan bunga yang relatif rendah.
- Mengurangi ketergantungan petani dengan pedagang perantara. Dengan demikian struktur dan pola pemasaran hasil tani mereka dapat berubah ke arah yang lebih baik.
- Adanya transfer pendapatan untuk membuat pemerataan.
- Memberikan insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi pertanian mereka.
Jika modal bagi petani rendah atau lemah maka investasi di sektor ini menjadi tidak pasti. Bahkan kepemilikan aset juga membuatnya memiliki pengaruh di dunia permodalan.
Adopsi teknologi mampu meningkatkan kemampuan petani dalam mengembangkan usahanya contohnya dalah menggunakan bibit varietas unggul atau baru, penggunaan pupuk dan obat-obatan, serta perbaikan sistem tanam.
Akan tetapi jika ingin mengembangan teknologi rumah tangga maa perlu adanya akses modal pembiataan yaitu kredit.
kredit inilah yang menjamin kesejahteraan petani dan jika menggunakannya dengan benar maka lusas usaha tani akan meningkat termasuk meningkatkan produktivitaspertanian.
Tidak hanya itu, pembentukan modal, mengembangkan inovasi pertanian, hingga meningkatkan standar hidup rumah tangga juga menjadi meningkat.
Untuk masalah modal, para petani di Thailand mengenal bank of Agricultre sebagai penyalur dan penyedia modal kerja.
Banyak juga perusahaan yang memberikan pinjaman atau melakukan kontrak dengan petani tanpa agunan. Jika gagal panen, maka tanah mereka tidak akan disita dan menjadi tanggung jawab pemerintah.
Petani bebeas menjual produknya kepada pihak lain jika harga yang ditawarkan perusahaan tidak cocok. Dunia NGO Thailand benar-benar memberikan dukungan penuh pada petani.
Organisatoris baca: Organisasi pemerintahan dan NGO di Indonesia
Daftar Pustaka
- Perbedaan antara LSM dan NPO
- Sistem Pertanian Berkelanjutan: Pembelajaran dari Thailand
- Mengapa Thailand Begitu Perkasa Dibidang Pertanian?
1 Komentar