Seketika, semua terperangah, menyaksikan pengumuman, bahwa menteri kesehatan (menkes) adalah alumni fisika nuklir jebolan Institut Teknlogi Bandung (ITB).Struktur, Organisasi.co.id
Semua mata terpana, terlebih dalam institusi kesehatan menyaksikan pengumuman menteri kesehatan.
Budi Gunawan Sadikin.
Dokter bukan, perawat bukan, farmasi juga bukan.
Ternyata track recordnya adalah seorang Fisikawan Nuklir.
Postingan media sosial menjadi ramai seketika.
Apa hubungan antara Fisika Nuklir dengan Kesehatan?
Bukannya selama ini, kementrian dengan logo bakti husada tersebut memiliki menteri dengan latar belakang tenaga medis?
Ada hal apa yang mendasari seorang Presiden mengangkat menteri kesehatan dengan latar belakang Fisika Nuklir. Meski pula ada yang berkomentar bahwa dalam kondisi Corona saat ini, mungkin saja, presiden menyiapkan nuklir untuk menghancurkan Corona tersebut.
Nada kelakar ini, membuat beberapa orang tersenyum. Maklum saja, wabah penyakit ini sudah hampir setahun menguasai negeri, namun belum ada jawaban pasti. Kapan negara (dunia) keluar dari skenario Covid-19.
- Menkes Alumni Fisika Nuklir
- Daftar Menteri Kesehatan Era Soekarno Hingga Jokowi
- Boentaran Martoatmodjo
- Darma Setiawan
- Johannes Leimena
- Mananti Sitompoel (Menkes Pertama Non Medis)
- Soekiman Wirjosandjojo
- Ferdinand Lumbantobing
- Lie Kiat Teng
- Johannes Leimena
- Hadrianus Sinaga
- Abdul Azis Saleh
- Satrio
- G.A. Siwabessy
- Suwardjono Surjaningrat
- Adhyatma
- Faried Anfasa Moeloek
- Achmad Sujudi
- Siti Fadilah Supari
- Endang Rahayu Sedyaningsih
- Ali Ghufron Mukti (Menkes Pertama Alumni FK-UGM)
- Nafsiah Mboi
- Nila Moeloek
- Terawan Agus Putranto
- Budi Gunadi Sadikin (Menkes Pertama Fisika Nuklir)
- Menkes Akhir Tahun 2020, Apakah Untuk Menuklir Covid-19?
- Daftar Menteri Kesehatan Era Soekarno Hingga Jokowi
Menkes Alumni Fisika Nuklir
Menteri lainnya, seperti Tri Risma Harini, Sandiaga Uno dan sebagainya. Tidak mendapatkan komplain banyak pasca pengumuman tanggal 22 Desember 2020. Sebab posisinya adalah sudah sesuai dengan beberapa pengalaman yang mereka lalui.
Kontras dengan Budi Gunawan Sadikin, yang berbeda antara langit dan bumi, dari segi disiplin keilmuan. Fisika vs Kesehatan.
Baca juga organisasi: 25 Organisasi Profesi Kesehatan, Tahun Berdiri Dan Syarat Anggota
Jikapun kita mencoba mendekatkannya (fisika ke dunia kesehatan), maka paling dekat adalah bagaimana teori hukum fisika jika tempat tidur dalam posisi semi fowler, dan pasien terjatuh dari posisi itu. Fisika pasti bisa menjawab ini.
Atau, untuk menghitung cairan dengan mikro atau makro drips, berapa besaran lubang jarum yang sesuai? Fisika pasti bisa menjawab ini.
Menteri Kesehatan (Menkes) Alumni Fisika Nuklir, Apakah Sebuah Kekeliruan?
To Be a Positif.
Tidak akan mungkin seorang presiden mengambil sebuah kebijakan, yang keliru. Sebagai pemimpin pemerintahan sekaligus kepala negara. Jauh dari rumus, Presiden akan menjerumuskan bangsa ini dengan kebijakan keliru ini.
Sebelum “menghakimi” Menkes dengan latar belakang sebagai alumni Fisika Nuklir tersebut, maka sebaiknya kita melirik, Menteri Kesehatan dari Tahun 1945 – 2020.
Daftar Menteri Kesehatan Era Soekarno Hingga Jokowi
Semenjak proklamasi kemerdekaan oleh Seokarno, sebagai hari lahirnya negara 17 Agustus 1945, Kabinet Kementrian Kesehatan terbentuk, 2 hari setelah kemerdekaan. Tepatnya pada 19 Agustus 2020.
Berikut urutan yang menjabat sebagai menteri kesehatan, yaitu:
Boentaran Martoatmodjo
Namanya Boentaran Martoatmodjo, menjabat sebagai menteri kesehatan pertama pada 19 Agustus 1945 hingga 11 November 1945.
Prestasi yang ia cetak dan masih ada hingga kini adalah Palang Merah Indonesia (PMI), pada 5 September 1945, resmi terdeklarasikan atas perintah Presiden Soekarno.
Boentaran Martoatmodjo, merupakan seorang dokter.
Darma Setiawan
12 November 1945, Darma Setiawan merupakan Menteri pengganti dari Buntaran Martoarmodjo. Merupakan alumni sekolah tinggi kedokteran (Geneeskundig Hoogeschool).
Darma Setiawan, yang merupakan campuran Jawa dan Lampung tersebut, menjabat menteri dari 12 November 1945 – 26 Juni 1947.
Seorang Tentara berpangkat Letnan, bergabung pada KNIL (Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger), atau tentara bentukan kerajaan Hindia Belanda.
Kalau Menteri Kesehatan yang satu ini, terkenal ketika suatu waktu melawan dengan cara duel melawan tentara Jepang. Akhirnya ia diasingkan. Ke Madura dan Semarang.
Prestasi yang ia torehkan lainnya, sebagai pengabdian kepada negara, selain sebagai menkes adalah menjadi Delegasi PBB pada tahun 1950.
Johannes Leimena
Pria asal Ambon ini menjadi menteri kesehatan pada Tanggal 3 Juli 1947 hingga 30 Juli 1953. Merupakan alumni pendidikan Kedokteran Stovia.
Kariernya dalam organisasi adalah panitia deklarasi Perhimpunan Pemuda Indonesia tahun 1926 dan 1928 (Soempah Pemoeda). Juga aktif sebagai Aktivis pada Jong Ambon dan Pemuda Kristen Ambon.
Karier sebagai Dokter pada RS Emanuel Bandung.
Membuat beberapa gebrakan, yaitu: dengan keengganan masyarakat Bandung berobat ke RS Emanuel (karena RS Kristen).
Maka Leimena membentuk Poliklinik pada desa-desa, dengan ujung tombak para perawat.
Track Record Johannes Leimena adalah mengambil alih Praktik Kesehatan kepada para Dokter, dan bukan oleh Perawat dan Bidan. Sehingga sentralisasi kesehatan bertumpu pada tenaga medis (dokter).
Dalam beberapa kegiatan politis, ia terlibat kedalamnya, termasuk dalam hal kepartaian, ia bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia (sekarang PDI-P).
Mananti Sitompoel (Menkes Pertama Non Medis)
Merupakan seorang Sarjana Teknik Alumni Institut Teknlogi Bandung (ITB). Saat itu ia menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Perhubungan sekaligus sebagai Menteri Kesehatan.
Negara dalam kondisi darurat. Ia menjabat 19 Desember 1948 – 14 Maret 1949.
Dalam kondisi Negara yang genting karena Agresi Militer Belanda dan kondisi negara mengalami Instabilitas.
Orang pertama yang menjad menteri kesehatan non medis (dokter) adalah Mananti Sitompoel.
Masa pemerintahan Soekarno, ketika kita kaitkan pada sejarah, maka pada masa ini, adalah pemerintahan Mr Sjafruddin Prawiranegara. Yang mengambil kendali pemerintahan. Karena posisi Soekarno yang terjepit karena agresi militer Belanda di Djogjakarta. (Sumber lain: Okezone).
Soekiman Wirjosandjojo
Dia adalah Soekiman Wirjosandjojo menkes yang menjabat pada 27 April 1951 – 3 April 1952. Jika membaca masa akhir jabatan Menteri sebelumnya Mananti Sitompil. Ada kekosongan jabatan Menteri Kesehatan dari 15 Maret 1949 hingga 16 April 1951 atau sekira 2 tahun.
Kondisi Negara belum menentu, termasuk sistem dan bentuk negara belum pasti, hal itu karena penjajah Belanda masih berupaya untuk menancapkan kekuasaannya sebagai penjajah negara ini.
Ferdinand Lumbantobing
Menteri kesehatan selanjutnya adalah Ferdinand Lumbantobing, sebagai pahlawan nasional kemudian hari. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan. Dan juga sebagai Gubernur pada daerah Sumatera Utara.
30 Juli 1953 – 9 Oktober 1953, masa jabatannya sebagai menteri kesehatan, ia merupakan alumni Sekolah Kedokteran Stovia.
Lie Kiat Teng
Melihat namanya, kira-kira ia keturunan apa? Pasti bisa tertebak bukan?
9 Oktober 1953 – 12 Agustus 1955, merupakan masa bersejarah bagi Lie Kiat Teng menjabat sebagai Menteri Kesehatan.
Merupakan seorang dokter alumni Pendidikan Dokter Hindia Belanda. Meski dalam catatan sejarah, nama Lie Kiat Teng tidak ada sebagai menteri kesehatan, melainkan Muhammad Ali. Sebab memang Lie Kiat Teng telah berubah nama Muhammad Ali setelah muallaf.
Ia merupakan menkes pertama keturunan China.
Johannes Leimena
Kembali menjabat sebagai menteri pada 12 Agustus 1955 – 24 Maret 1956. Masih dalam masa pemerintahan Soeharto.
Hadrianus Sinaga
Hadrianus Sinaga menjabat sebagai menkes, 24 Maret 1956 hingga 9 April 1957. Merupakan dokter spesialis bedah.
Dengan karya yang dikenang sepanjang masa adalah mendirikan Fakultas Kedokteran UKI Paulus Jakarta. Dan Asuransi Bumi Asih Jaya
Merupakan jebolan sekolah NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School), Sekolah kedokteran di Surabaya Jawa Timur.
Mantan Dekan Fakultas Kedokteran UI, serta Pejabat Rektor UKI.
Abdul Azis Saleh
Menkes yang satu ini 9 April 1957 – 10 Juli 1959, Abdul Azis Saleh merupakan alumni sekolah kedokteran Hindia Belanda.
Menjabat sebagai menteri perindustrian rakyat, dan juga menteri pertanian, selain sebagai Menteri Kesehatan pada kabinet Soekarno.
Satrio
Menjabat sebagai menteri 10 Juli 1959 hingga 25 Juli 1966. Seorang Profesor. Alumni Sekolah Kedokteran Hindia Belanda. Merupakan tim kesehatan Presiden Soekarno ketika itu dengan beberapa dokter lainnya.
Meninggal dalam kondisi menjalankan tugas memberikan kuliah pada sesko Angkatan Darat di Bandung.
G.A. Siwabessy
Gerrit Agustinus Siwabessy, menjadi pengganti Satrio sebagai Menteri Kesehatan, pada 25 Juli 1966 hingga 29 Maret 1978.
Ketika terjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno kepada Soeharto, posisinya tidak berubah. Tetap sebagai Menteri Kesehatan. Merupakan seorang dokter, alumni NIAS.
Saat melanjutkan pendidikan hingga alumni yang kemudian hari menjadi menkes, banyak berkenalan dengan teman kuliah di London, dengan berbagai keahlian: Fisika Nuklir. Kimia. Fisika Radiasi. Dan sebagainya.
Suwardjono Surjaningrat
29 Maret 1978 sampai 11 Maret 1988, Suwardjono Surjaningrat sebagai seorang tenaga medis. Menjabat sebagai Menkes pada 2 periode atau selama 10 tahun.
Adhyatma
Adyatma, menjabat sebagai Menkes pada 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993, Merupakan alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Faried Anfasa Moeloek
Faried Anfasa Moeloek, menjabat sebagai menteri kesehatan pada 16 Maret 1998 Hingga 20 Oktober 1999.
Pada masa ini, terjadi peralihan kepemimpinan. Dari Soeharto yang tumbang oleh gerakan Reformasi kepada BJ Habibie, dalam kabinet Reformasi.
Namun posisinya tidak di reshufel.
Dia merupakan seorang dokter spesialis ongkologi dan ginekologi. Sebagai guru besar pada FKUI, pernah menjabat sebagai anggota MPR-RI.
Achmad Sujudi
Presiden ketika itu Abddurrahman Wahid dilanjutkan oleh Megawati Soekarnoputri.
Pada 26 Oktober 1999 ia dilantik hingga 20 Oktober 2004, menggantikan Faried Anfasa Muluk. Achmad Sujudi merupakan Alumni Fakultas Kedokteran UI. Mengajar pada FK UGM.
Siti Fadilah Supari
Masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhotyono. Siti Fadilah Supati menjabat sebagai Menkes pada 21 Oktober 2004 hingga 20 Oktober 2009.Alumni UI, dan staff pengajar pada tempatnya ia menimba ilmu.
Merupakan menteri kesehatan yang berani melawan WHO, melalui kasus flu burung H5N1. Membuat namanya melambung tinggi, sebab dianggap sebagai bentuk perlawanan kepada WHO selama 50 tahun berjaya.
Melalui bukunya berjudul “Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung”. Menuding bahwa WHO dan Amerika serikat memanfaatkan negara miskin dan berkembang.
Dengan eksploitasi pada bidang kesehatan. Kontan tulisannya tersebut mendapat kecaman dan ditarik dari peredaran (translate bahasa Inggris).
Endang Rahayu Sedyaningsih
Selanjutnya Endang Rahayu Sedyaningsih menggantikan Siti Fadilah Supari, dengan masa jabatan 22 Oktober 2009 hingga 30 April 2012. Ia merupakan alumni FKUI.
Ia merupakan dokter yang bekerja pada WHO di Jenewa Swiss. Bisa jadi langkah ini untuk melakukan penyeimbangan antara “pukulan telak” Siti Fadilah Supari yang menghantam WHO.
Namun menteri kesehatan ini, tidak sampai akhir menjabat sebagai menteri karena mengundurkan diri. Dan resmi berhenti pada 30 April 2012, dengan alasan pengunduran diri adalah kondisi kesehatan.
Ali Ghufron Mukti (Menkes Pertama Alumni FK-UGM)
Menggantikan Endang Rahayu Sedyaningsih yang mundur dari jabatannya. 30 April 2012 hingga 14 Juni 2012. Pernah menjabat sebagai Dekan FK UGM. Merupakan orang pertama Alumni FK UGM sebagai menteri kesehatan.
Nafsiah Mboi
Ali Gufron Mukti menjabat hanya kurang lebih 2 bulan, selanjutnya Soesilo Bambang Yudoyono melakukan Reshuffle kabinet dengan mengangkat Nafsiah Mboi sebagai menkes dari 14 Juni 2012 hingga 20 oktober 2014.
Bernama lengkap Andi Nafsiah Walinono Mboi, kelahiran Sengkang Sulawesi Selatan. Merupakan alumni FKUI.
Nila Moeloek
Ia merupakan istri dari Faried Anfasa Moeloek (mantan menkes era pemerintahan Soeharto dan BJ Habibie).
Bernama lengkap Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, mengisi formasi menteri kesehatan pada periode pemerintah Jokowi – JK.
Alumni FKUI, Amsterdam dan Jepang. Wanita yang menjabat sebagai Ketua Umum Perdami (Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia) ini. Awalnya, menjadi kandidat paling kuat menjadi menteri pada era SBY-Budiono.
Namun pada saat itu SBY lebih memilih Endang Rahayu Sedyaningsih, sementara Nila Moeloek mendapat tugas khusus dengan misi menurunkan HIV Aids Indonesia. Melalui program MDGs (Millennium Development Goals).
27 Oktober 2014 hingga 20 Oktober 2019. Menjadi masa kerja sebagai Menteri Kesehatan bagi Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek tersebut. Atau pada masa periode pertama jabatan Presiden Jokowi, serta periode kedua jabatan Jusuf Kalla sebagai Wapres.
Terawan Agus Putranto
Merupakan seorang Letnan Jenderal TNI Aktif. Alumni fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Djogjakarta. Pernah menjadi Tim Kesehatan Kepresidenan tahun 2009. Serta menjadi Direktur RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat).
Orang kedua alumni UGM menjadi menteri kesehatan, namun masa jabatannya tidak sampai 1 periode kepresidenan. Yakni dari 23 Oktober 2019 hingga 22 Desember 2020.
Kontroversi yang pernah ia lakukan adalah mempopulerkan Terawan Teori, dengan cara cuci otak pada pasien dengan stroke.
Ini sebuah prestasi, namun ia harus dipecat dari Majelis Kode Etik Kedokterean (MKEK) karena teori tersebut tidak pernah melalui sebuah kajian ilmiah.
Beberapa kontroversi yang ia lakukan adalah dengan memulangkan WNI (Warga Negara Indonesia) pada masa pandemi dan melakukan karantina dengan jarak yang dekat dengan rumah penduduk.
Kontroversi tidak berakhir sampai disitu. Melainkan membuat statemen bahwa Flu biasa jauh lebih berbahaya dari Corona.
Selain itu ia juga menyalahkan pembagian masker, bahwa yang bermasker hanya yang sakit saja, orang sehat tidak membutuhkan masker.
Budi Gunadi Sadikin (Menkes Pertama Fisika Nuklir)
Bernama lengkap Ir Budi Gunadi Sadikin, seorang menteri kesehatan (Menkes) pertama sebagai Alumni Fisika Nuklir keluaran dari Institut Teknologi Bandung.
Mantan Direktur Utaman Bank Mandiri, staff khusus menteri BUMN. Selanjutnya menjadi Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara. Sebagai posisi dibawah Erik Thohir.
Kini Mejanya telah sejajar dengan Menteri lainnya, setelah pengumuman pada 22 Desember 2020. Hari yang bersejarah buat Budi Gunadi Sadikin.
Betapa tidak, seorang Insinyur menjabat Menteri kesehatan, bukanlah perkara biasa, sebab untuk kedua kalinya kementrian kesehatan dijabat Insinyur. Alumni ITB.
Menkes Akhir Tahun 2020, Apakah Untuk Menuklir Covid-19?
Belajar pada beberapa kontoversi Letjend dr. Terawan Agus Putranto, sebagai Menteri kesehatan sebelumnya:
- Merupakan dokter yang telah dipecat oleh MKEK.
- Mengeluarkan statemen yang kontroversial mengenai covid-19.
Setelah pengangkatan sebagai Menteri Kesehatan, konon Terawan Agus Putranto tidak terlalu mendapat respon baik dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Dan menjadi rahasia umum, bahwa menteri kesehatan merupakan anggota profesi IDI selama ini.
Pada kondisi semakin gencarnya “perang” terhadap Corona, Terawan tidak menunjukkan sikap mampu mengendalikan virus tersebut, sebagai bukti kegagalan dalam mengendalikan Virus. Meski harus kita akui bahwa penyakit ini telah mengekspansi semua negara (Kecuali Korea Utara).
Namun Masalahnya, bukan pada kontroversi pernyataan Terawan tersebut, melainkan menjawab pertanyaan publik.
Kenapa Fisikawan nuklir yang menduduki kursi sebagai 01 kementrian kesehatan?
Benarkah bahwa ini bentuk kekecewaan Jokowi kepada Menkes sebelumnya?
Atau menjadi pelajaran bagi IDI, bahwa kewenangan mengangkat menteri adalah kewenangan seorang Presiden.
Sebab hak prerogatif, yang dalam bahasa Jerman yaitu das Vorrecht; “hak istimewa” tersebut merupakan milik Presiden, bukan IDI?
Kita tidak akan terjebak kedalam perdebatan hak istimewa ini, sebab yang masyarakat butuhkan adalah hasil kerja kementrian.
Toh buktinya dokter Terawan seorang tenaga medis (dokter), namun di tangannya penyakit Corona ini belum berhenti hingga saat ini.
IDI dan Kekuasaan Menduduki Jabatan Menteri
Kejadian ini lantas menjadi bahan renungan, bahwa selama pemerintahan Negeri ini, semenjak berdiri pada 17 Agustus 1945. Hanya tercatat 2 menteri yang bukan merupakan alumni kedokteran.
Keduanya adalah Mananti Sitompoel dan Budi Gunadi Sadikin. Melihat kondisi, jabatan Mananti Sitompul dalam kondisi darurat negara karena serangan/agresi Belanda. Sementara Budi Gunadi Sadikin juga negara dalam kondisi “darurat” Corona.
Keduanya merupakan alumni ITB, entahlah kalau orang-orang ITB menjadi spesialis penanganan darurat.
Buka kembali sejarah, tentang jabatan menteri kesehatan ini.
Harus pula kita membuka fakta sebenarnya, bahwa dalam dunia kesehatan bukan hanya Dokter yang ada pada profesi kesehatan tersebut.
Tetapi juga ada profesi lain, seperti Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM), Perawat (S.Kep, Ns), Farmasi (S.Farm/Apt), Kebidanan dan sebagainya. (Baca juga: Organisasi Profesi, Definisi, Ciri Dan Daftar Yang Formal).
Namun selama pemerintahan negara, yang tampil sebagai menteri kesehatan hanya dokter (kecuali 2 orang Insinyur alumni ITB).
Seakan mematikan langkah profesi lain selain dari dokter.
Sementara profesi lain dalam beberapa dekade terakhir telah memacu diri dalam hal pendidikan. Termasuk mereka juga memiliki guru besar pada bidangnya. Seperti Professor bidang Farmasi, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan.
Sikap Jokowi
Kini Jokowi telah bersikap sebagai hak mutlaknya.
Jokowi seorang Presiden, Negarawan, sikap dan keputusannya bukanlah keputusan emosional, tetapi melewati fase panjang.
Semoga keputusan ini memberikan hal terbaik untuk bangsa dan negara. Wallahuwa’lam.
1 Komentar