Tujuan Pemberontakan OPM, Sejarah Dan Fakta

Pengibaran Bendera OPM
Loreng Bukan Berati TNI, Tapi ini adalah OPM

OPM melakukan pemberontakan tentu memiliki tujuan, secara terorganisir dan gerakan-gerakan terstruktur untuk mengundang perhatian publik dan dunia. Bagaimana sejarah OPM Sesungguhnya?I & W Organon, Organisasi.co.id

Organisasi Papua Merdeka (OPM) dengan KKB meski berlabel teroris oleh Indonesia, hari ini mereka memiliki perencanaan semakin kuat. Dan itu bisa mematikan.

Bacaan Lainnya

Bercampur yang berpakaian dan yang tak berpakaian (hanya dengan koteka), mereka berbaris dengan salah satu dari mereka memegang senjata. Suaranya percaya diri menyuarakan sebuah kemerdekaan. Mereka menarasikan kegelisahan dan kesedihan.

Mereka merasa terintimidasi, sehingga berbagai narasi antagonis terlontar dari mereka dalam bentuk lisan maupun tulisan. Di mata mereka Indonesia adalah kolonial dan penjajah. Mereka terus melakukan kampanye dengan gaya informatif, demonstratif hingga argumentatif.

Bagi yang baru membaca narasi-narasi mereka, akan ikut percaya dengan apa tulisan mereka baik mereka sebarkan melalui media sosial maupun media online.

Namun sebelum itu mari kita mengetahui apa itu OPM.

Organisatoris lain baca ini: 5 Organisasi Semi Militer Jepang Pra Kemerdekaan

Penjelasan Singkat OPM

OPM adalah singkatan dari Organisasi Papua Merdeka merupakan sebuah kelompok dan wadah sejak tahun 1965 tepatnya pada bulan Desember.

Dibawah pimpinan Aser Demotekai. Kemudian Manokwari ikut bergolak dengan gerakan serupa dibawah pimpinan Terianus Aronggear.

Tujuan Pemberontakan OPM
Logo OPM, meski juga terdapat logo dari Friksi lain

Tahun 1965 pada dasarnya memanfaatkan kondisi kekacauan nasional ketika itu oleh peristiwa G30-S/PKI. Kondisi tersebut termanfaatkan oleh pemerintah Belanda untuk memusuhi Indonesia.

Bagaimana bisa Papua masuk dalam pangkuan Ibu Pertiwi Indonesia?

Nah, tahun 1949, atau 4 tahun setelah kemerdekaan Indonesia. Ketika itu Belanda masih menguasai atau menjajah Papua. Maka tahun tersebut berlangsung Konfrensi Meja Bundar atau kita kenal dengan KMB. Dengan pimpinan delegasi Moh. Hatta, tetap pada sebuah kesepakatan-kesepakatan bahwa seluruh wilayah jajahan Belanda adalah wilayan Republik Indonesia.

Tentu Moh. Hatta, segera mengusir penjajah Belanda sebab telah menempatkan rakyat Papua yang melarat saat itu, tanpa pendidikan dan tanpa prikemanusiaan oleh penjajah Belanda.

Namun Belanda menolak, ruang sidang menjadi sangat tegang sebab Moh. Hatta tetap pada pendirian bahwa Papua harus masuk dalam wilayah NKRI. Semua bekas jajahan Belanda adalah Indonesia.

Organisatoris lain baca ini: Sejarah Perkembangan Organisasi: 4 Syarat Dan Bentuk

Belanda Melakukan Propaganda

Karena gagalnya perjanjian tahun 1949 tersebut, Belanda memanfaatkan keadaan dengan melakukan doktrin kepada pemuda Papua. Dengan menjanjikan sebuah kemerdekaan buat mereka.

Terhitung sejak tahun 1949 hingga 1962 atau 13 tahun menjadi waktu yang lama bagi Belanda melakukan cuci otak pada pemuda Papua. Dalam sisi ini Belanda yang melakukan taktik kolonialisasi kepada Papua. Dan menjanjikan kemerdekaan. Namun dengan catatan, para pemuda ini harus siap melawan Indonesia.

Pendekatan Belanda adalah dengan mengendalikan kepala-kepala suku di Papua.

Soekarno membaca gerakan Belanda tersebut, maka dengan tegas Presiden RI pertama mencetuskan Trikora (Tri Komando Rakyat).

Isi Trikora
Isi Trikora (Foto:Gurupendidikan)

Sampai pada sisi ini sudah mulai paham kan, siapa yang berupaya untuk memecah Papua dari Indonesia? Dan bagaimana langkah taktis pemerintah RI terhadap tindakan Belanda.

Belanda pada sebelum tahun 1963, memfasilitasi pemuda Papua untuk membentuk pasukan sendiri (persiapan kemerdekaan). Sebagai rencana pendirian negara “Boneka” Belanda.

Peristiwa 1 Mei 1963

United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA). Sebagaimana UNTEA menyerahkan Irian Barat (Papua) ke Indonesia.

Tentu keputusan ini membuat Belanda semakin berang dan melakukan aksi propaganda, kembali mendoktrin pemuda Papua untuk membenci Indonesia. Padahal pada hakikatnya yang menjajah Papua adalah Belanda. Belanda hendak mempertahankan cakarnya pada wilayah Irian Barat.

Siapa Pencipta Bendera Bintang Kejora?

Nicoolas merupakan salah satu petinggi pemuda Irian Barat ketika itu yang mendapatkan keistimewaan oleh Belanda untuk membuat bendera Bintang kejora seperti sekarang.

Dan hal itu mereka siapkan untuk dikibarkan. Meski belakangan Nicoolas telah mengakui bahwa perpecahan di Papua adalah propaganda murahan pihak Belanda.

Pada sisi lain, Seth Jafeth Roemkorem dan Jacob Hendrik Prai sebagai salah satu kelompok yang berdiri pada baris terdepan untuk merencakan pengibaran Bendera tersebut pada 1 Juli 1971. Tentu atas fasilitas Belanda yang melakukan kontrol. Dengan mengkoneksikan Irian Barat dengan perbatasan Papua New Ginie.

Seth Jafeth Roemkorem Perancang Tujuan Pemberontakan OPM
Pemimpin OPM Seth Jafeth Roemkorem

Belanda pula yang membangun Brand Isu bahwa Papua memiliki ras berbeda dengan orang Jawa dan Jakarta (Mayoritas Indonesia). Warna kulit lebih dengan dengan ras melanesia Papua Nugini.

Pembagian Kekuasaan Saat “Proklamasi” Kemerdekaan

Tak ada perjuangan tanpa harapan. Tak akan pernah seseorang mempertaruhkan nyawa tanpa mengharapkan setitik harapan.

Saat “proklamasi” kemerdekaan tersebut, Seth Jafeth Roemkorem tertulis sebagai atas nama rakyat dan pemerintah Papua Barat.

Jika menyandingkan dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia maka ini sama dengan posisi Soekarno ketika itu (Presiden). Dan jabatan lain sebagai Ketua Parlemen adalah Jacob Hendrik Prai, posisi Ketua Parlemen adalah sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat.

Proklamasi sekaligus deklarasi ini, memiliki tujuan melakukan pemberontakan terhadap kedaulatan RI oleh OPM. Sebab 1 Mei 1963, UNTEA mengakui bahwa Irian Barat adalah bagian dari NKRI.

OPM mulai mengemuka pada saat itu. Karena isu merdeka ini mereka bangun atas doktrin Belanda (bukan atas dasar kesadaran mereka), akhirnya mereka pecah.

Maka Prai membentuk PEMKA (Pemulihan Keadilan) sementara Roemkorem membentuk TPN (Tentara Pembebasan Nasional).

Semenjak saat itu perjuangan OPM telah terpecah menjadi dua, sementara itu PEMKA bentukan Jacob Prai bergerak cepat melakukan klaim teritorial dengan membentuk Komando Daerah Pertahanan (KODAP).

Adapun KODAP yang terbentuk adalah:

  1. Nemangkawi Meliputi teritorial Fak-fak: Kelly Kwalid
  2. Jaya Wijaya: Mathias Wenda
  3. Papua Selatan: Bernardus Mawen,
  4. Paniai: Tadius Yogi

Belakangan terjadi konflik internal dengan kontak tembak antara kubu Roemkorem dan Hendrik Prai. Sebagaimana Panglima Kodap Jaya Wijaya: Mathias Wenda menyerang kubu Roemkorem.

Kelly Kwalid di Mimika sebagai Pimpinan OPM, nah Kwalid inilah yang menjadi pencetus peristiwa penyandaraan sebanyak 26 orang ekspedisi Lorentz, 95 yang membuat nama Prabowo Subianto berkibar.

Nama lain adalah Egyanus Kogoya OPM Puncak Jaya. Merupakan kelompok yang paling ekstrim melakukan propaganda kepada TNI. Tahun 2018 tepat pada 1 – 2 Desember, kelompok ini menembak karyawan PT Istaka Karya di Nduga.

Apakah Papua Nugini Mendukung OPM?

Sebuah pertanyaan yang menarik, sebab beberapa bulan terakhir, OPM merasa bahwa mereka mendapatkan dukungan dari Papua Nugini.

Papua Nugini
Peta Papua Nugini

Tentu kita berkesimpulan bahwa negara tetangga Indonesia tersebut mendukung gerakan perjuangan OPM ini.

Kenyataannya, mereka para pejuang OPM yang menjadikan Papua Nugini sebagai tempat berlindung. Ternyata membuat resah pemerintah Papua Nugini, sebab mereka menilai. Bagaimana bisa para pejuang kemerdekaan saling serang dan berdebat mengenai jabatan.

Dan tidak hanya itu, mereka saling kontak senjata di Kampung Wutung Papua Nugini. Tujuan Pemberontakan OPM rupanya tidak murni, sebab mereka berebut posisi. Satu sisi Roemkorem ingin tetap sebagai Presiden (pimpinan tertinggi). Sementara pada sisi lain pendukung Jacob Hendrik Prai menilai bahwa Prai jauh lebih berhak.

Kondisi perpecahan ini memaksa mereka untuk menumbangkan satu sama lain dengan maksud menyatukan komando. Hal itu membuat berang pemerintah Papua Nugini dan menangkap mereka.

Mereka yang tertangkap adalah:

  • Jacob Hendrik Prai,
  • Seth Roemkorem,
  • Otto Ondawame
  • Alex Derey dan
  • Geradus Tom

Dan beberapa anggota dari mereka yang tertangkap dijebloskan kedalam penjara Bomana PNG (Papua New Ginie).

Pejuang Meminta Suaka

Saat Soekarno Hatta dimasukkan dalam penjara melalui Agresi Militer Belanda. Apakah dia meminta Suaka?

Tidak, proklamator itu dengan gagah berani dan tidak cengeng meminta pengampunan apalagi berpindah kewarganegaraan. Melainkan dengan sikap nasionalis ia menyerahkan pemerintahan RI kepada Syafruddin Prawira Negara dan Assaat. Tepatnya 22 Desember 1948.

Berbeda dengan proklamator Papua Merdeka. Kepada Belanda ia meminta Suaka (Seth Roemkorem dkk). Sementara  Jacob Prai dkk meminta Suaka kepada Swedia. Mereka bukan lagi memiliki kewarganegaraan Indonesia. Tapi mereka telah menjadi orang Belanda dan Swedia.

Tentu mental perjuangan mereka berbeda dengan perjuangan Presiden RI pertama, yang dengan diplomasi kuatnya merebut Irian Jaya agar merdeka bersama Indonesia yang saat itu masih dibawah kaki Belanda.

Suaka Seth Roemkorem semakin memperjelas bahwa “proklamator” Papua merdeka tersebut membangun sebuah koalisi dengan Belanda. Sebab dengan mudah ia mendapatkan Suaka dan melakukan perjanjian pemerintah Belanda hingga kini.

Pimpinan OPM Pasca Penangkapan Roemkorem Dan Prai

Saat penangkapan tersebut, maka pasukan OPM yang tersisa, meski kedua friksi Roemkorem Dan Prai (TPN dan PEMKA) belum menyatu. Saat itu bertindak sebagai pucuk pimpinan adalah Mathius Tabu, namun dengan langkah taktis NKRI berhasil mengamankan Mathius Tabu.

Selanjutnya Mathias Wenda mengambil alih kepemimpinan OPM. Mathias Wenda yang sebelumnya diberi pangkat Brigjend, langsung menjadi Jenderal.

Keberhasilan Mathias Wenda adalah menyatukan dua friksi yakni TPN dan PEMKA, menjadi TPN – OPM

Kenapa Bisa Suku Di Papua Mendukung OPM?

Ini juga pertanyaan yang tidak kalah menarik.

Sebab Organisasi Papua Merdeka merupakan gerakan politis praktis. Sementara suku merupakan kajian Budaya Papua, yang seharusnya berdiri segaris lurus tanpa intervensi Politik.

Maka jawabannya adalah Mathius Wenda merupakan Kepala Suku Walak sebagai suku dengan jumlah yang besar. Dengan posisinya sebagai pimpinan tertinggi OPM. Membuat suku Walak tidak bisa membedakan Mathius Wenda sebagai kepala suku atau sebagai pimpinan OPM.

Persebaran OPM

Lokasi Sebaran OPM, di Papua dan Papua Nugini. Tentara Pertahanan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN OPM) Atau KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) Atau KSB (Kelompok Separatis Bersenjata).

Pimpinan Goliat Tabuni berbasis di Tingginabut, tepatnya Puncak jaya dengan teritorial: Puncak Paniai dan Mimika.

Puron Wenda dengan markas di Lanny Jaya, memisahkan diri dari Goliath pada tahun 2010.

Richard Hans Yoweni di Papua Nugini dengan kawasan Pantai Utara.

Tujuan Pemberontakan OPM

Apa tujuan dari pemberontakan OPM, ini menjadi kajian penting untuk mengetahui alasan dari nilai yang mereka sebut sebagai perjuangan.

Merasa Sebagai Pemilik Papua

OPM merasa sebagai orang yang paling berhak pada wilayah Papua, maka tidak heran mereka menganggap bahwa orang asli Papua, berhak atas tanahnya.

Tanah nenek moyang mereka yang hendak mereka kendalikan sendiri.

Padahal kenyataannya, bahwa pemahanan ini telah terjadi percampuran opini, dengan posisi Mathius Wenda sebagai kepala suku dan juga sebagai pimpinan OPM.

Maka secara otomatis, membuat anggota suku memandang bahwa langkah Mathius Wenda sebagai sebuah kebijakan adat yang harus mereka patuhi.

Mengawetkan Doktrin

Belanda yang tidak mengharapkan Irian Barat masuk dalam kedaulatan NKRI, telah berhasil menciptakan politik memecah belah persatuan bangsa. Dan doktrin tersebut terawetkan hingga saat ini.

Pada kalangan tertentu, OPM dan pendukungnya memandang bahwa Indonesia menjajah mereka. Padahal Indonesia yang membebaskan mereka dari penjajahan kolonial Belanda, melalui Trikora.

Petinggi OPM Mengambil Posisi

Selanjutnya, pemberontakan OPM dengan tujuan merdeka adalah tidak lepas dari para petinggi OPM yang berebut kursi kekuasaan.

Maka tidak heran, mereka para petinggi telah melakukan diplomasi pada berbagai Negara. Dengan posisi sebagai Kepala Suku, maka mereka memiliki kewenangan “menjual aset daerah” bahkan berutang untuk mendapatkan materi.

Semua hal tersebut untuk pembelian berbagai jenis senjata yang mereka pasok untuk mereka. Disamping mereka merebut beberapa senjata milik TNI Polri.

Namun jauh kedepan, para petinggi OPM ini telah merancang skema kekuasaan. Dan mengorbankan masyarakat sipil.

Strategi Pemberontakan OPM

Propaganda Anti Indonesia

Entah Indonesia mengambil untung apa dari Papua. Bahwa pembangunan yang saat ini telah ditingkatkan demi kesejahteraan Papua.

Namun banyak petinggi OPM tetap melakukan propaganda anti Indonesia dan memandang bahwa suku Jawa dan lainnya dari Indonesia datang ke Papua hanya untuk mengambil untung.

Pada hakikatnya mereka yang bekerja di Papua saat ini dengan label Non OAP (Bukan Orang Asli Papua), adalah sebagai pedagang dan sebagai pegawai. Tentu pekerjaan mereka adalah pekerjaan yang mereka lakukan dengan cara profesional.

Rasisme

Ras Melanesoid, mereka mengurung diri dalam lingkar isu bahwa OAP adalah Melanesoid.

Sebagaimana Melanesoid merupakan bahasa Yunani yakni Mela dan Soid, Mela artinya hitam sementara Soid artinya penampilan.

Rasisme yang mereka bangun adalah yang tinggal diatas bumi Papua hanya Ras Melanesoid. Tentu berbeda dengan Ras Malayan Mengoloid, Kaukasoid maupun Asiatic Mongoloid.

Menolak Otsus

Siapapun yang menolak Otsus maka itu merupakan sebuah upaya yang sejalan dengan OPM. Sebab Otsus atau Otonomi Khusus merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan Papua.

Ini bertentangan dengan OPM, sebab mereka khawatir jika Otsus berhasil maka rakyat papua akan cinta NKRI. Tentu ini akan menutup langkah para petinggi OPM untuk mendapatkan posisi dan jabatan tinggi tanpa bekerja keras.

Benar saja otsus memiliki beberapa kelemahan, seperti bocornya dana, namun tidak bermakna bahwa otsus dihentikan. Sebab hanya langkah itu yang efektif untuk meningkatkan taraf hidup rakyat Papua jauh lebih baik.

Apapun alasannya, penolakan otsus merupakan sebuah langkah yang keliru, dan upaya mempertahankan Papua dari ketertinggalan.

Melakukan Teror

Penembakan warga sipil oleh OPM sebagai sebuah langkah propaganda jitu, dan melakukan fitnah bahwa pelaku adalah TNI-Polri. Tentu ini sebagai upaya untuk menciptakan amarah warga untuk membenci TNI – Polri.

Dan bagi OPM itu merupakan amunisi baru, dengan menjadikan warga sipil sebagai tameng dalam perang.

Teroris Tujuan Pemberontakan OPM
Pasukan OPM

Selain itu Seperatis (teroris) KKB melakukan pengancaman kepada “pendatang” Papua. Ini juga sebagai sebuah taktik jitu untuk menguasai harta benda yang ditinggal oleh para pendatang. Sebagaimana harta benda yang mereka kumpulkan merupakan jerih payah mereka selama bekerja di Papua tersebut.

Aku Menembakmu di Papua Bukan di Jawa

Perdebatan mengenai teror OPM terhadap warga sipil, mendapatkan argumentasi bahwa penembakan mereka lakukan di Papua dan bukan di Jawa.

Seperatis KKB
Upaya Fitnah KKB Kepada TNI

Hal ini bermakna bahwa seakan mereka memiliki kewenangan untuk “menembak” siapapun orang luar Papua. Padahal mereka tidak memahami bahwa tanah Papua adalah tanah dibawah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Yang kepadanya berlaku Undang-undang secara Nasional, dan bukan aturan teroris KKB OPM tersebut.

Kondisi OPM, “Apakah Semakin Kuat?”

Sejak Mei 2021, para separatis OPM melancarkan aksi tantangan perang melawan TNI – Polri. Dan merasa mampu untuk menghadapi pasukan setan yang memiliki kehebatan dalam perang termasuk gerilya.

Stratagi jitu ini membuat OPM semakin terdesak, hingga OPM yang dalam posisi stress menembak warga sipil untuk membangun desain skenario bahwa penembak adalah TNI.

Tujuan dari OPM dalam pemberontakan berlanjut tersebut menambah amunisi pasukan yang saat ini semakin tersudut. Dan dalam sisi lain banyak petinggi OPM yang menyerahkan diri kepangkuan ibu pertiwi Indonesia.

Meski demikian, dalam ruang media sosial masih banyak yang menyuarakan genggaman Bendera bintang Kejora, dan kemerdekaan Papua, tanpa mereka sadari bahwa komentar mereka dalam pantauan negara.

Yang pada akhirnya akan menjadi bukti pemberontakan secara online (sama dengan pemberontakan OPM), dan akan menjadi bukti negara menangkap mereka.

Kita sedang perang, maka bela negara NKRI adalah hal wajib, termasuk mematahkan ambisi para Buzzer OPM di Media Sosial.

Namun harus kita pikirkan bahwa KKB OPM saat ini memiliki persiapan semakin kuat, maksudnya persiapan semakin kuat untuk berlari sebab telah terdesak dalam kandangnya.

NKRI
Harga Mati

Penulis Ramdhan Walid Kaishar
(GEMA NUSA Foundation)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 Komentar